Diam-diam, Biden Izinkan Ukraina Serang Wilayah Rusia dengan Senjata AS

Selama ini AS melarang Ukraina menyerang wilayah Rusia dengan senjata kiriman AS menyusul kekhawatiran bahwa hal itu dapat menyeret NATO ke dalam konflik langsung atau bahkan kebuntuan nuklir dengan Rusia.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 01 Jun 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2024, 07:00 WIB
Volodymyr Zelenskyy Temui Joe Biden di Gedung Putih
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berjalan di sepanjang barisan tiang Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, 21 Desember 2022. Biden mengatakan, AS dan Ukraina akan terus memproyeksikan pertahanan bersama, karena Rusia melancarkan serangan brutal terhadap hak Ukraina untuk hidup sebagai sebuah bangsa. (AP Photo/Patrick Semansky)

Liputan6.com, Washington, DC - Joe Biden diam-diam mencabut pembatasan penggunaan senjata yang dipasok negaranya ke Ukraina terkait sasaran di wilayah Rusia, namun hanya untuk mempertahankan wilayah Kharkiv yang mendapat serangan. Demikian disampaikan para pejabat AS pada Kamis (30/5/2024).

Presiden Amerika Serikat (AS) itu mendapat tekanan yang semakin besar dari Ukraina yang putus asa untuk melonggarkan larangannya.

"Presiden baru-baru ini mengarahkan timnya untuk memastikan bahwa Ukraina dapat menggunakan senjata yang dipasok AS untuk tujuan kontra-tembakan di wilayah Kharkiv, sehingga Ukraina dapat membalas pasukan Rusia yang menyerang atau bersiap menyerang mereka," kata seorang pejabat AS, seperti dilansir CNA, Sabtu (1/6).

"Kebijakan kami sehubungan dengan pelarangan penggunaan ATACMS atau serangan jarak jauh di dalam wilayah Rusia tidak berubah," kata pejabat yang enggan disebutkan namanya, merujuk pada rudal jarak jauh yang baru-baru ini dikirim oleh AS ke Kyiv.

Pejabat AS kedua mengonfirmasi perubahan kebijakan Biden, yang terjadi ketika pasukan Rusia terus melancarkan serangan terhadap wilayah timur laut Kharkiv.

Presiden Volodymyr Zelenskyy telah menekan para pendukung Ukraina – terutama AS – untuk mengizinkan negara tersebut menggunakan persenjataan jarak jauh yang mereka pasok dalam menargetkan sasaran di wilayah Rusia.

AS bergegas mengirim senjata ke Ukraina pada bulan April setelah Kongres AS meloloskan paket bantuan militer dalam jumlah besar menyusul penundaan enam bulan, namun Biden enggan mengizinkan serangan lintas batas.

Pada hari Rabu (29/5), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah mengisyaratkan bahwa Biden mengubah arah, dengan mengatakan bahwa AS telah beradaptasi dan menyesuaikan diri.

Pergeseran Biden ini menyusul diskusi di balik layar selama berminggu-minggu antara Gedung Putih dan pejabat tinggi militer AS serta Kementerian Luar Negeri AS pada hari-hari setelah Rusia melancarkan serangan ke Kharkiv pada 10 Mei.

Ukraina meminta izin untuk menggunakan senjata AS di wilayah Rusia pada 13 Mei dan Biden secara prinsip menyetujuinya pada 15 Mei setelah Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan menyatakan hal ini ditujukan agar Ukraina dapat mempertahankan diri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Negara Lain Diduga Juga Mengubah Kebijakannya

Potret 1 Tahun Invasi Rusia ke Ukraina
Tentara Ukraina menembakkan sistem artileri Pion ke posisi Rusia dekat Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina, 16 Desember 2022. Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO dan sejumlah pengamat mengungkapkan perang bisa terjadi dalam beberapa bulan, tahun atau bahkan hingga waktu yang tak terbatas. (AP Photo/LIBKOS, File)

Biden kemudian bertemu pada 17 Mei dengan Blinken, yang melakukan perjalanan ke Kyiv awal bulan ini untuk melihat situasi yang semakin buruk ketika Rusia bergerak menuju Kharkiv. Blinken dilaporkan secara luas menekan Biden untuk melonggarkan aturan tersebut.

Setelah membahas rinciannya, Biden disebut memberikan persetujuan akhir dalam beberapa hari terakhir, namun keputusan tersebut dirahasiakan karena alasan operasional dan baru berlaku efektif pada hari Kamis (30/5).

Meski demikian, Gedung Putih menjelaskan kepada Kyiv bahwa izin untuk serangan lintas batas hanya terbatas pada sasaran di perbatasan dan digunakan oleh Rusia untuk melancarkan serangan.

Para pejabat juga menegaskan bahwa mereka telah memperkirakan adanya serangan Rusia dan dengan masuknya senjata AS, serangan tersebut terhenti, sehingga mencegah kemungkinan perebutan Kota Kharkiv.

Tekanan meningkat terhadap Biden dan negara-negara Barat lainnya agar mengakhiri larangan terhadap Ukraina menggunakan senjata kiriman mereka untuk menyerang wilayah Rusia.

Menjelang pertemuan para menteri luar negeri NATO di Praha, Sekjen NATO Jens Stoltenberg berulang kali mengatakan sudah waktunya bagi para anggota untuk mempertimbangkan kembali batasan-batasan tersebut.

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga diduga mengubah keputusannya pada hari Selasa ketika dia mengatakan Ukraina harus diizinkan untuk menetralisir pangkalan di Rusia yang digunakan untuk melancarkan serangan.

Beberapa negara termasuk Inggris dan Belanda telah mengatakan Ukraina mempunyai hak untuk menggunakan senjata mereka untuk menyerang sasaran militer di Rusia.

Perubahan yang dilakukan Biden juga terjadi sesaat sebelum dia berangkat ke Eropa untuk serangkaian pertemuan di mana penderitaan Ukraina akan menjadi fokus utama.

Biden akan menghadiri upacara di Prancis yang menandai pendaratan D-Day Perang Dunia II pada awal Juni di mana Zelenskyy juga akan hadir. Biden juga akan bertemu dengan para pemimpin negara-negara dengan perekonomian terbesar dunia pada KTT G7 di Italia.

Namun, Zelenskyy mengkritik Biden karena diyakini berencana absen menghadiri KTT Perdamaian Ukraina di Swiss tepat setelah G7, yang bentrok dengan penggalangan dana pemilu untuk presiden AS yang dipandu oleh bintang Hollywood George Clooney dan Julia Roberts.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya