Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian baru mengungkapkan potensi risiko kesehatan baru bagi para astronaut. Penelitian ini dipimpin oleh University College London (UCL) dan diterbitkan dalam Nature Communications.
Melansir laman ZME Science pada Kamis (13/06/2024), penelitian ini menyoroti dampak buruk perjalanan luar angkasa terhadap kesehatan ginjal astronaut. Dalam studi ini, para ilmuwan yang berasal dari lebih dari 40 institusi di lima benua melakukan analisis kesehatan ginjal paling ekstensif selama penerbangan luar angkasa hingga saat ini.
Penelitian tersebut mencakup data dan sampel dari lebih dari 40 misi luar angkasa Low Earth Orbit (LEO). Objek penelitian ini adalah manusia dan tikus serta 11 simulasi luar angkasa menggunakan hewan pengerat.
Advertisement
Baca Juga
Simulasi tersebut memaparkan subjek pada dosis Galactic Cosmic Radiatio n (GCR) yang setara dengan misi Mars selama 1,5 tahun dan 2,5 tahun. GCR dibangun hampir serupa dengan kondisi di luar medan magnet Bumi.
Melansir Space, Kamis (13/06/2024), sejak 1970-an, diketahui bahwa penerbangan luar angkasa menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti pengeroposan massa tulang, melemahnya jantung, masalah penglihatan, dan batu ginjal. Masalah-masalah ini sering kali disebabkan oleh paparan gaya berat mikro dan radiasi luar angkasa, seperti angin matahari dan GCR.
Sebagian besar penerbangan luar angkasa berawak dilakukan di LEO, di mana para astronaut diberikan perlindungan sebagian dari medan magnet Bumi. Hanya 24 astronaut yang melakukan perjalanan ke bulan yang mengalami GCR.
Hal ini pun hanya dalam jangka waktu singkat yakni 6 hingga 12 hari.
Masalah Kesehatan Ginjal Astronaut
Sebelum penelitian ini dilakukan, belum ada penyelidikan komprehensif mengenai bagaimana ginjal terpengaruh selama perjalanan ruang angkasa. Ternyata, potensi kerusakan yang ditimbulkan mungkin lebih besar dari perkiraan semula.
Studi tersebut menemukan, ginjal manusia dan hewan mengalami renovasi signifikan di luar angkasa. Tubulus ginjal yang bertanggung jawab untuk mengatur keseimbangan kalsium dan garam, menunjukkan tanda-tanda penyusutan setelah kurang dari sebulan berada di luar angkasa.
Kemungkinan penyebab penyusutan ini adalah gaya berat mikro, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah interaksi gaya berat mikro dan GCR dapat mempercepat atau memperburuk perubahan struktural ini.
Bahaya Mikro Gravitasi bagi Ginjal
Berbeda dengan di bumi, mikro gravitasi di luar angkasa membawa efek signifikan pada tubuh manusia. Mikro gravitasi memicu pengeroposan tulang, melepaskan kalsium ke dalam darah.
Kelebihan kalsium ini dapat menyumbat filter ginjal, meningkatkan risiko batu ginjal dan kerusakan ginjal. Di luar angkasa, cairan tubuh cenderung berpindah ke bagian atas tubuh, membebani ginjal dan jantung. Hal ini dapat menyebabkan edema dan penurunan fungsi ginjal.
Advertisement
Risiko Serangan Jantung
Tak hanya gangguan ginjal, berada di luar angkasa juga meningkatkan risiko serang jantung bagi para astronaut. Dikutip dari laman NASA pada Kamis (13/06/2024), kondisi minim gravitasi misalnya sistem kardiovaskular manusia akan tak berjalan dengan baik.
Darah akan mengalir ke dada dan kepala membuat wajah membengkak dan menyebabkan tekanan darah tinggi. Degupan jantung juga bisa jadi tak teratur (cardiac arrythmia) sehingga meningkatkan risiko serangan jantung.
Radiasi kosmik dan partikel berenergi tinggi di luar angkasa dapat merusak sel-sel tubuh, termasuk sel-sel jantung. Hal ini dapat meningkatkan risiko aterosklerosis, penumpukan plak pada arteri yang dapat memicu serangan jantung.
Sebuah studi NASA menemukan bahwa astronaut memiliki risiko 4 kali lebih tinggi terkena penyakit koroner dibandingkan populasi umum. Meskipun para astronaut menjalani pemeriksaan kesehatan yang ketat sebelum dan selama misi, risiko serangan jantung di luar angkasa masih menjadi masalah kesehatan yang serius.
(Tifani)