Prihatin Peningkatan Ketegangan Israel Vs Hizbullah, Sekjen PBB: Lebanon Tak Boleh jadi Seperti Gaza

Sementara itu, puluhan ribu warga Lebanon juga meninggalkan rumah mereka akibat serangan Israel di Lebanon selatan.

oleh Tim Global diperbarui 23 Jun 2024, 08:08 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2024, 08:08 WIB
Bendera Lebanon. (Unsplash/ Charbel Karam)
Ilustrasi Lebanon. (Unsplash/ Charbel Karam)

Liputan6.com, Jenewa - Perang Israel vs Hamas di Gaza telah memicu ketegangan antara negeri pimpinan PM Benjamin Netanyahu dan Lebanon. Serangan demi serangan terpantau terjadi dan memakan korban jiwa.

Laporan VOA Indonesia yang dikutip Minggu (23/6/2024) menyebut Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Jumat (21/6) sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hizbullah Lebanon. Ia memastikan pasukan penjaga perdamaian PBB berupaya untuk menenangkan situasi dan mencegah kesalahan perhitungan.

"Satu tindakan gegabah – satu kesalahan perhitungan – dapat memicu bencana yang melampaui batas negara, dan sejujurnya, di luar imajinasi," kata Guterres kepada wartawan.

"Mari kita perjelas: Masyarakat di kawasan ini dan masyarakat dunia tidak mampu membiarkan Lebanon menjadi Gaza yang lain," ujar Guterres.

Hizbullah yang didukung Iran menembakkan roket ke Israel sebagai solidaritas dengan sekutunya di Palestina, Hamas, sejak perang Gaza meletus pada Oktober. Serangan tersebut memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka di Israel, di mana tekanan politik meningkat untuk melakukan tindakan yang lebih keras.

Sementara itu, puluhan ribu warga Lebanon juga meninggalkan rumah mereka akibat serangan Israel di Lebanon selatan.

Misi Iran untuk PBB mengatakan pada Jumat (21/6) bahwa Hizbullah memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri dan Lebanon melawan Israel. Ia memperingatkan bahwa "mungkin waktunya untuk penghancuran diri rezim tidak sah ini telah tiba."

"Setiap keputusan yang tidak hati-hati oleh rezim pendudukan Israel untuk menyelamatkan diri dapat menjerumuskan kawasan ini ke dalam perang baru," misi Iran di PBB memposting di X.

 

 

Upaya Penjaga Perdamaian Redakan Ketegangan

Mantan Perdana Menteri Portugal, Antonio Gutteres yang disebut-sebut sebagai calon tunggal pengganti Sekjen PBB Ban Ki-Moon. (Portugal-India.com)
Antonio Gutteres. (Portugal-India.com)

Adapun pasukan penjaga perdamaian PBB UNIFIL, serta pengamat teknis tak bersenjata yang dikenal sebagai UNTSO, telah lama ditempatkan di Lebanon selatan. Mereka bertugas memantau permusuhan di sepanjang garis demarkasi antara Lebanon dan Israel, yang dikenal sebagai Garis Biru.

"Pasukan penjaga perdamaian PBB berada di lapangan berupaya meredakan ketegangan dan membantu mencegah kesalahan perhitungan,” kata Guterres.

"Dunia harus menyatakan dengan lantang dan jelas: deeskalasi dalam waktu dekat tidak hanya mungkin dilakukan – tetapi hal ini penting," katanya. "Tidak ada solusi militer."

 

Peringatan Terbaru Hizbullah ke Israel: Kami Punya Senjata Baru

Pemimpin Hizbullah, Sayyid Hassan Nasrallah (AP Photo)
Pemimpin Hizbullah, Sayyid Hassan Nasrallah (AP Photo)

Hizbullah memiliki senjata dan kemampuan intelijen baru yang dapat membantunya menargetkan posisi yang lebih penting di wilayah Israel jika terjadi perang habis-habisan. Demikian peringatan pemimpin kelompok militan tersebut pada hari Rabu (19/6/2024).

Pernyataan Hassan Nasrallah muncul ketika konflik lintas batas yang berlangsung selama berbulan-bulan antara Hizbullah dan Israel mencapai titik didih dan sehari setelah utusan Amerika Serikat (AS) bertemu dengan para pejabat Lebanon dalam upaya terbarunya untuk meredakan ketegangan.

"Kami sekarang memiliki senjata baru. Tapi saya tidak akan menguaknya," kata dia dalam pidato yang disiarkan televisi untuk mengenang seorang komandan penting Hizbullah yang tewas dalam serangan udara Israel di Lebanon selatan pekan lalu, seperti dilansir AP, Kamis (20/6).

"Ketika keputusan sudah diambil, mereka (senjata baru) akan diperlihatkan di garis depan."

Hizbullah telah menggunakan drone peledak buatan lokal untuk pertama kalinya sejak dimulainya perang Israel Vs Hamas di Jalur Gaza pada Oktober 2023, serta rudal permukaan ke udara untuk mengusir jet Israel.

Nasrallah mengatakan pada tahun 2021 bahwa Hizbullah memiliki 100.000 pejuang, namun sekarang dia mengklaim jumlahnya jauh lebih tinggi, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Dia juga mengatakan dia telah menolak tawaran dari negara-negara sekutu dan milisi di wilayah tersebut yang dapat menambah puluhan ribu anggota milisinya.

Sebuah video berdurasi hampir 10 menit yang diduga direkam oleh drone pengintai Hizbullah dan dirilis pada hari Selasa menunjukkan bagian dari Haifa – sebuah kota yang jauh dari perbatasan Israel-Lebanon. Dalam pidatonya pada hari Rabu, Nasrallah mengatakan Hizbullah memiliki lebih banyak rekaman – sebuah ancaman nyata bahwa mereka dapat menjangkau lokasi-lokasi jauh di Israel.

Panglima militer Israel Letjen Herzi Halevi, yang mengunjungi tentara pertahanan udara Israel di dekat perbatasan dengan Lebanon pada hari Rabu, mengatakan Israel menyadari kemampuan Hizbullah yang ditunjukkan dalam video tersebut dan memiliki solusi untuk ancaman ini.

"Kami tentu saja memiliki kemampuan yang jauh lebih besar," ujarnya. "Kami akan menghadapi mereka pada waktu yang tepat."

Siprus Menolak Dilibatkan Perang Israel Vs Hizbullah

Konflik Israel - Lebanon
Hubungan Israel dan Hizbullah makin memanas. Pasukan Zionis mengatakan akan menyerang sasaran Hizbullah di Lebanon selatan. (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

Hizbullah, sekutu kelompok militan Hamas, telah melakukan serangan terhadap Israel hampir setiap hari sejak perang di Jalur Gaza meletus pada 7 Oktober, dengan tujuan menarik pasukan Israel menjauh dari Jalur Gaza.

Serangan Hizbullah meningkat setelah Israel memperluas serangannya ke Kota Rafah di Gaza Selatan pada bulan Mei dan meningkat lebih jauh pada bulan Juni setelah serangan Israel menewaskan komandan tinggi Hizbullah Taleb Sami Abdullah, militan paling senior yang tewas sejauh ini dalam perang Israel Vs Hamas.

Tentara Israel mengatakan mereka telah menyetujui dan memvalidasi rencana serangan di Lebanon, meskipun keputusan untuk benar-benar melancarkan operasi semacam itu harus datang dari kepemimpinan politik negara itu.

Peringatan dari kedua belah pihak menyusul kunjungan penasihat senior Presiden AS Joe Biden, Amos Hochstein, yang bertemu dengan para pejabat di Lebanon dan Israel dalam upaya terbarunya untuk meredakan ketegangan. Hochstein mengatakan kepada wartawan di Beirut pada hari Selasa bahwa ini adalah "situasi yang sangat serius" dan solusi diplomatik untuk mencegah perang yang lebih besar sangatlah mendesak.

Nasrallah sendiri sudah menekankan bahwa perang yang lebih luas dengan Lebanon akan memiliki implikasi regional dan Hizbullah akan menyerang negara lain di kawasan yang membantu Israel dalam upaya perang tersebut, termasuk Siprus, yang menjadi tuan rumah bagi pasukan Israel untuk melakukan latihan.

Sebagai tanggapan, Presiden Siprus Nikos Christodoulides mengatakan negara kepulauannya sama sekali tidak terlibat dalam operasi militer apa pun di wilayah tersebut.

"Siprus adalah bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah," tutur Christodoulides, seraya menunjuk pada koridor maritim Siprus-Gaza yang digunakan untuk menyalurkan bantuan ke wilayah Palestina.

Israel memandang Hizbullah sebagai ancaman paling langsung. Keduanya terlibat perang selama 34 hari pada tahun 2006, yang berakhir dengan jalan buntu. Kemampuan militer Hizbullah telah berkembang secara signifikan sejak saat itu dan Amerika Serikat serta Israel memperkirakan kelompok tersebut, bersama dengan faksi militan Lebanon lainnya, memiliki sekitar 150.000 rudal dan roket.

Infografis Perang Israel-Hamas Lewati 100 Hari. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Perang Israel-Hamas Lewati 100 Hari. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya