3 Fakta Menarik Kelahiran dan Kematian Bintang

Bintang terlihat menyala dan bulat, seperti planet, karena pengaruh gravitasi. Bintang dapat terlihat pada malam hari, dan berjarak sangat jauh dari Bumi sehingga cahayanya sulit untuk dilihat.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 11 Jul 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2024, 03:00 WIB
Teleskop Milik James Webb Ungkap Rahasia Bintang Lahir
Memberikan wawasan baru mengenai proses lahirnya bintang, teleskop luar angkasa milik James Webb ungkap rahasia alam. Sumber: Nypost

Liputan6.com, Jakarta - Di antara segala keajaiban alam semesta yang tak terhitung jumlahnya, kelahiran dan kematian bintang adalah salah satu proses paling dramatis dan penting. Bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya dan panas dari reaksi fusi nuklir di intinya.

Bintang terlihat menyala dan bulat, seperti planet, karena pengaruh gravitasi. Bintang dapat terlihat pada malam hari, dan berjarak sangat jauh dari Bumi sehingga cahayanya sulit untuk dilihat.

Berikut fakta menarik kelahiran dan kematian bintang.

1. Proses Kelahiran Bintang

Melansir laman Space pada Rabu (10/07/2024), pembentukan bintang dimulai dari awan gas dan debu kosmik raksasa di ruang antarbintang. Gumpalan materi ini, yang disebut nebula molekuler, mulai menyusut dan menggumpal di bawah gaya gravitasi yang intens.

Proses ini bisa dipicu oleh lonjakan energi dari ledakan bintang terdekat atau gelombang kejut dari supernova. Pada titik tertentu, tekanan dan suhu di dalam inti nebula cukup tinggi untuk memicu reaksi fusi nuklir, mengubah hidrogen menjadi helium.

Proses ini melepaskan energi luar biasa dalam bentuk cahaya dan panas, dan inilah awal dari kehidupan bintang. Dengan kata lain, kelahiran bintang melibatkan sebuah reaksi termonuklir di bagian inti calon bintang.

Meskipun ada reaksi dari partikel-partikel lainnya, namun jika tidak cukup kuat untuk membentuk reaksi fusi atau termonuklir, maka bintang tak akan terbentuk.

 

Usia Bintang

2. Usia Bintang

Bintang di alam semesta bisa berusia sangat lama, ada banyak bintang purba yang usianya sangat tua nyaris menyamai usia alam semesta itu sendiri. Kebanyakan bintang di alam semesta berusia 1 hingga 10 miliar tahun.

Ada banyak bintang yang sudah mulai memasuki fase akhir dari kehidupannya. Para ilmuwan dan ahli astronomi dapat mengukur usia sekelompok bintang dalam sebuah gugusan tertentu.

Mengukur usia sekelompok bintang jauh lebih mudah ketimbang mengukur usia satu buah bintang. Hal tersebut dimungkinkan karena sekelompok bintang yang terdapat dalam sebuah gugusan yang sama biasanya memiliki usia yang sama pula.

Dengan data, analisa, dan pengamatan sebuah bintang melalui teleskop luar angkasa, didapatkan angka-angka matematis untuk menyimpulkan berapa kira-kira usia kelompok bintang yang sedang diamati tersebut. Bahkan, dengan teknologi penghitungan yang lebih baik, ilmuwan dapat memperoleh data dan diagram mengenai keberadaan bintang-bintang yang ada pada gugusan klaster tertentu.

Data dan diagram tersebut didapatkan dari teleskop luar angkasa Hubble yang selama ini sudah sering digunakan untuk menangkap objek jauh di alam semesta.

 

Proses Kematian Bintang

3. Proses Kematian Bintang

Dikutip dari laman NASA pada Rabu (10/07/2024), bintang dapat mati jika sudah kehabisan bahan bakar nuklirnya. Biasanya, bintang dengan massa yang sangat besar akan menghabiskan bahan bakarnya dengan cepat.

Begitu bahan bakarnya habis, bintang tersebut meledak menjadi supernova. Setelah bintang meledak menjadi ledakan supernova, di zona tersebut akan ada sisa-sisa dari bintang hancur tersebut yang dinamakan bintang neutron (inti bintang yang runtuh).

Jika massanya cukup besar, biasanya bintang mati akan membentuk sebuah black hole atau lubang hitam. Itu sebabnya, lubang hitam memiliki gaya gravitasi yang sangat kuat dan bahkan dapat mengisap cahaya.

Bintang-bintang yang hanya berukuran Matahari biasanya hanya menjalani proses kematian yang biasa saja. Biasanya, bintang mati dengan ukuran kecil akan menjadi sebuah raksasa merah, yakni hasil dari penggabungan helium di inti bintang.

Inti dari bintang mati ukuran kecil akan tetap sebagai katai putih yang dapat bertahan miliaran tahun atau mungkin selamanya. Namun, jika bintang mati tersebut memiliki ukuran massa puluhan atau bahkan jutaan kali Matahari, maka bintang tersebut akan menjadi sebuah ledakan supernova.

Fenomena ini dapat menjadi lubang hitam dengan gaya gravitasi yang luar biasa masif. Proses kematian bintang di alam semesta sudah terjadi sejak zaman purba dan ledakannya baru terlihat di saat ini.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya