Kemlu RI: Indonesia Mainkan Peran Aktif Jaga Toleransi di Tengah Keragaman Penduduk ASEAN

Upaya menciptakan toleransi di tengah kemajemukan penduduk dunia merupakan salah satu prioritas kebijakan luar negeri Indonesia.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 11 Jul 2024, 13:19 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2024, 13:19 WIB
"International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy" yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI dan Institut Leimena di Jakarta, Kamis (11/7/2024).
"International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy" yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI dan Institut Leimena di Jakarta, Kamis (11/7/2024).

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia turut memainkan perannya secara aktif dalam menjaga toleransi terhadap keragaman agama di tengah kemajemukan penduduk di wilayah Asia Tenggara.

Hal ini dikemukakan oleh Kepala Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) Yayan Ganda Hayat Mulyana.

Ia juga mengatakan bahwa hal tersebut merupakan salah satu prioritas kebijakan luar negeri Indonesia.

"Salah satu prioritas kebijakan luar negeri Indonesia adalah diplomasi berbasis agama. Dan fokus utama diplomasi adalah menjaga keutuhan NKRI," katanya dalam salah satu sesi panel "International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy" yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI dan Institut Leimena di Jakarta, Kamis (11/7/2024).

Yayan mengatakan bahwa peran Indonesia untuk menjaga toleransi, salah satunya tertuang melalui dialog antar agama yang selama ini telah dilakukan di kawasan ASEAN. Dalam hal ini, Kemlu RI bekerja sama dengan kementerian lain termasuk Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan organisasi masyarakat sipil untuk melakukan dialog dalam lingkup regional hingga multilateral.

"Dialog semacam ini hampir tertanam dalam semua upaya diplomasi Indonesia. Diplomasi telah menjadi kekuatan dan pendorong dalam mempromosikan dialog antar agama antar komunitas," lanjutnya.

Dialog Lintas Agama (DLA) telah digelar oleh Kemlu RI sejak tahun 2004. Selain menjaga toleransi, dialog ini juga bertujuan untuk menemukan identitas diri serta menangkal radikalisme dan ekstremisme.

Yayan mengatakan bahwa DLA telah memiliki 34 mitra dialog, termasuk dalam beberapa framework seperti ASEAN, Asia Pasifik, ASEM, dan MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia).

Sementara di tingkat global, Indonesia aktif terlibat dalam United Nations Alliance of Civilizations (UNAOC), Islamic Conference Organization serta forum G20.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tantangan dalam Keberagaman

Jokowi Buka KTT ASEAN
Dia mengatakan hal yang wajar apabila ada perbedaan pendapat dalam kesatuan. Jokowi menyebut perbedaan merupakan bagian dari demokrasi dan menunjukkan kedudukan yang setara dalam keluarga. (Willy Kurniawan/Pool Photo via AP)

Sementara dalam upayanya menyuarakan toleransi, Yayan juga mengemukakan sejumlah tantangan yang dihadapi.

Adapun masalah seperti konflik agama berkelanjutan, intoleransi, penolakan terhadap perubahan, kurangnya kesadaran, keterbatasan sumber daya dan literasi agama di masyarakat menjadi hambatan dalam menciptakan masyarakat yang toleran.

Maka dari itu, Indonesia juga mendorong sejumlah strategi untuk mengatasi masalah tersebut, seperti membangun aliansi dan mengamankan pendanaan, serta memanfaatkan teknologi dan inovasi.

"Dukungan dari kampanye lintas negara dan global, serta pendidikan, juga bisa menjadi cara kita mengatasi masalah-masalah ini," sebutnya.


Upaya Lebih Lanjut

Dialog Lintas Agama, Indonesia-Austria
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI dan Austria, menggelar dialog lintas agama di Hotel Pullman, Kota Bandung, Senin, Senin, 8 Juli 2024. (Liputan6.com/Dikdik Ripaldi).

Lebih jauh, Yayan juga menjabarkan cara-cara lain yang juga bisa dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut adalah sebagai berikut:

  • Dukungan sodial dan pendanaan dalam meningkatkan moderasi beragama di tingkat daerah
  • Meningkatkan literasi media dan digital dalam menyaring hoaks, ujaran kebencian dan disinformasi terkait agama
  • Mengakui dan menerima tanggung jawab bersama untuk memastikan bahwa agama berfungsi sebagai sumber solusi yang sejati dan dinamis
  • Melakukan kolaborasi riset antar negara ASEAN terkait hubungan kearifan lokal dengan dialog keagamaan di Asia Tenggara
  • Memetakan institusi keagamaan yang dapat dijadikan role model dalam berdialog
  • Melakukan pertukaran guru agama antar negara di kawasan untuk menyebarkan agama sebagai soft power
Infografis Presiden Ukraina Geram Ditolak NATO
Infografis Presiden Ukraina Geram Ditolak NATO (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya