Liputan6.com, Jakarta - Keragaman agama dan budaya yang dimiliki oleh kawasan Asia Tenggara seharusnya bisa menjadi kekuatan dan pendorong kemajuan bagi masyarakatnya. Demikian diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn.
"Meskipun masing-masing negara anggota ASEAN mungkin memiliki pendekatan berbeda terhadap multikulturalisme, kita tetap bersatu dalam merangkul keragaman budaya dan agama, yang berkontribusi terhadap kekayaan warisan budaya dan tatanan sosial komunitas dan Kawasan," kata dia dalam salah satu sesi panel "International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy" yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) dan Institut Leimena di Jakarta, Kamis (11/7/2024).
Baca Juga
"Keragaman ini bukan sekadar ciri khas identitas kita, namun merupakan kekuatan yang dapat memperkaya masyarakat kita dan mendorong kemajuan kolektif kita."
Advertisement
Hourn menyebut bahwa dengan adanya multikulturalisme, masyarakat ASEAN justru dapat saling bertukar ide, pengalaman dan perspektif yang diharapkan dapat mendorong inovasi dan ketahanan.
Dengan keragaman budaya yang dimiliki oleh kawasan ini, ia juga mengatakan bahwa ASEAN terus berupaya untuk merangkul seluruh negara anggota dan menciptakan inklusivitas.
"Lebih dari 5,5 dekade sejak kami berdiri, kami bekerja sama tanpa kenal lelah untuk hidup berdampingan dan menciptakan kesetaraan bagi seluruh masyarakat ASEAN," tuturnya.
Hal tersebut dilakukan untuk menegaskan integrasi masyarakat yang berbasis partisipatif, inklusif dan berkelanjutan guna menjamin kesejahteraan bersama, terutama di kalangan kelompok rentan dan tidak meninggalkan siapa pun.
Pentingnya Dialog Antar Agama
Sekjen asal Kamboja tersebut juga menekankan soal pentingnya dialog antar agama dan budaya dalam meningkatkan toleransi dan menciptakan perdamaian.
"Sangat penting untuk melakukan dialog dan program-program yang memberikan wawasan tentang multiagama sebagai cara untuk mendorong rasa saling pengertian dan perdamaian serta melawan ujaran kebencian, sejalan dengan hukum hak asasi manusia internasional," tutur Hourn.
Ia juga menegaskan pentingnya upaya melawan kejahatan rasial guna melindungi kelompok tertentu. Menurutnya, pendidikan dan sanksi dapat digunakan sebagai alat untuk mencegah hal tersebut terjadi.
"Pemerintah harus melakukan upaya untuk mencegah, menyelidiki dan menghukum tindakan kekerasan terhadap kelompok minoritas," sambungnya.
Selain itu, Hourn menyebut bahwa pendidikan juga menjadi komponen kunci dalam upaya kolektif untuk memperkuat dialog lintas budaya dan antar agama.
Advertisement
Peran Pendidikan
Pendidikan, sebut Hourn, juga memiliki peran yang lebih luas dalam mempromosikan toleransi dan keharmonisan antar agama.
"Dengan memasukkan Pendidikan ke dalam kurikulum, kita dapat membekali generasi masa depan dengan alat yang mereka perlukan untuk menavigasi dunia yang beragam dengan keterbukaan dan rasa hormat," tutur dia.
Literasi digital, sebagai bagian dari pendidikan, juga memainkan peran penting untuk memberdayakan warga negara dalam memahami toleransi keragaman.