Presiden Filipina: Kami Tidak Mau Mengalah dalam Sengketa Wilayah dengan China

Pernyataan Ferdinand Marcos Jr disampaikan setelah serangkaian konfrontasi Manila dilaporkan meningkat dengan Beijing di Laut China Selatan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 23 Jul 2024, 10:09 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2024, 10:09 WIB
Pertemuan Jokowi dan Ferdinand Marcos Jr
Presiden Jokowi berterima kasih atas sambutan hangat Presiden Marcos Jr. dan menyampaikan arti penting kunjungan ke Filipina bagi Indonesia. (Ezra Acayan/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengatakan bahwa negaranya tak akan mengalah dalam sengketa wilayah dengan pihak China.

Hal ini ia katakan pada Senin (22/7/2024) setelah serangkaian konfrontasi dilaporkan meningkat dengan Beijing di Laut China Selatan.

Manila terkunci dalam pertikaian wilayah yang sudah berlangsung lama dengan Beijing atas beberapa bagian jalur perairan strategis yang dilalui perdagangan senilai triliunan dolar setiap tahunnya.

Tanpa menyebut nama China, Marcos mengatakan bahwa Filipina akan terus menemukan cara untuk meredakan ketegangan di wilayah yang disengketakan tanpa mengorbankan posisi dan prinsip kami," dikutip dari Channel News Asia, Selasa (23/7).

"Filipina tidak bisa mengalah. Filipina tidak bisa goyah," kata Marcos dalam pidato tahunannya kenegaraan di hadapan Kongres.

Pernyataannya disampaikan setelah Filipina dan China menyetujui "pengaturan sementara" untuk misi pasokan ulang bagi pasukan Filipina yang ditempatkan di Second Thomas Shoal, yang telah menjadi fokus bentrokan hebat dalam beberapa bulan terakhir.

Beijing mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan dan menegaskan pendiriannya dengan mengerahkan penjaga pantai dan kapal-kapal lain untuk berpatroli di perairan dan terumbu karang yang disengketakan.

Hubungan Filipina dengan China telah bergejolak sejak Marcos menjabat pada tahun 2022 dan bersumpah untuk membela klaim negaranya atas Laut China Selatan.

Serangkaian bentrokan antara kapal-kapal Filipina dan China di terumbu karang yang menjadi titik api telah memicu kekhawatiran akan konflik yang dapat menyeret Amerika Serikat karena perjanjian pertahanan bersama dengan Manila.

Pakta tersebut mengharuskan kedua belah pihak untuk saling membela jika terjadi "serangan bersenjata" terhadap kapal, pesawat, militer, dan penjaga pantai di mana pun di wilayah Pasifik, yang menurut Washington termasuk Laut China Selatan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kerja Sama Filipina dengan Sejumlah Negara

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr., menyampaikan pidato kenegaraan pertamanya di kota Quezon, Filipina, Senin, 25 Juli 2022. (Jamillah Sta Rosa/Foto Pool via AP)
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr., menyampaikan pidato kenegaraan pertamanya di kota Quezon, Filipina, Senin, 25 Juli 2022. (Jamillah Sta Rosa/Foto Pool via AP)

Filipina juga telah memperdalam kerja sama pertahanan dengan negara-negara lain, termasuk Australia, Prancis, dan Jepang, dalam menghadapi meningkatnya ketegasan Cina di jalur perairan tersebut.

Manila menandatangani pakta pertahanan utama dengan Tokyo bulan ini yang akan memungkinkan pengerahan pasukan di wilayah masing-masing.

Manila menyebut perairan Laut China Selatan di sebelah barat negara itu sebagai Laut Filipina Barat.

Beijing telah menepis klaim-klaim yang bersaing atas Laut China Selatan dari beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Filipina, dan putusan internasional bahwa klaim-klaimnya yang luas tidak memiliki dasar hukum.

Infografis Putra Diktator Ferdinand Marcos Unggul di Pilpres Filipina 2022. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Putra Diktator Ferdinand Marcos Unggul di Pilpres Filipina 2022. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya