Liputan6.com, Vientiane - Para Menteri Luar Negeri ASEAN tengah melakukan rangkaian pertemuan ASEAN Ministerial Meeting (AMM/PMC) di Vientiane, Laos.
Dalam kesempatan itu, Menteri Luar Negeri RI (Menlu RI) Retno Marsudi menekankan pentingnya kesinambungan alam penanganan suatu masalah.
Baca Juga
Adapun sejumlah topik yang dibahas dalam rangkaian pertemuan tersebut adalah sebagai berikut:
Advertisement
Pertama, mengenai pengarusutamaan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).
Menlu Retno mengatakan bahwa para mitra ASEAN menyampaikan dukungannya terhadap AOIP.
Indonesia sendiri telah menyelenggarakan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) di sela-sela penyelenggaraan KTT ASEAN tahun lalu.
"AIPF merupakan inisiatif baru, sebagai platform untuk menerjemahkan visi ASEAN mengenai Indo-Pasifik dalam kerja sama yang konkret. Sebagai bagian dari kesinambungan ini, saya sampaikan bahwa tahun ini, untuk kedua kalinya AIPF akan dilakukan disela-sela KTT di Laos pada bulan Oktober nanti," kata Menlu Retno dalam pernyataan pers, Kamis (25/7/2024).
Indonesia, sebut Menlu Retno, berharap agar AIPF juga dapat diselenggarakan selama keketuaan Malaysia tahun depan.
Kedua, mengenai kerja sama ekonomi biru.
Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan ASEAN Blue Economy Framework, Indonesia dan Laos menginisiasi dibentuknya ASEAN Coordinating Task Force on Blue Economy atau Satgas Ekonomi Biru ASEAN.
"Satgas ini merupakan mekanisme lintas pilar ASEAN yang bertujuan memberikan panduan strategis dalam memanfaatkan potensi Blue Economy ASEAN sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baru yang berkelanjutan," sambung Menlu Retno.
Tekankan Pentingnya Peran dan Solidaritas ASEAN
Ketiga, pentingnya ASEAN berorientasi ke depan, adaptif dan mampu menjawab berbagai tantangan dunia seperti ekonomi yang berbasis AI, transisi hijau, perubahan iklim, ketahanan pangan dan juga kelangkaan air.
Keempat, Indonesia juga menekankan pentingnya peran dan solidaritas ASEAN.
"Saya menyampaikan bahwa situasi global saat ini harus mendorong kita untuk berupaya lebih dalam menjaga perdamaian dan stabilitas, dan tidak membiarkan terjadinya konflik terbuka di Kawasan," tambah dia.
Hal ini juga diharapkan berlaku dalam masalah Palestina, di mana ASEAN didorong untuk dapat menunjukkan solidaritasnya dan memiliki posisi yang jelas agar kekejaman dan genosida dapat segera diakhiri di Gaza.
Terakhir, Indonesia turut menyampaikan komitmen dukungan capacity building untuk Timor Leste agar dapat mengimplementasikan Peta Jalan menuju keanggotaan penuh ASEAN.
"Saya menyampaikan komitmen Indonesia menyelenggarakan berbagai bantuan pengembangan kapasitas sesuai kebutuhan Timor Leste," tutur Menlu Retno.
"Indonesia menyarankan Sekretariat untuk membentuk suatu unit khusus yang didedikasikan untuk membantu Timor Leste menjadi anggota penuh ASEAN."
Advertisement
Isu yang Dibahas dalam Pertemuan Retreat
Sementara dalam pertemuan Retreat, Menlu Retno menyampaikan lima isu utama:
Pertama, menekankan pentingnya menjaga agar ASEAN tidak menjadi proxy bagi kekuatan manapun.
"Jika ASEAN menjadi proxy, maka akan sulit bagi ASEAN untuk menjadi jangkar bagi stabilitas dan perdamaian kawasan," ungkap Menlu Retno.
Kedua, pentingnya isu AOIP.
Ketiga, mengenai isu Myanmar.
Menlu Retno menyadari bahwa situasi di Myanmar masih belum menunjukkan perubahan signifikan.
"Semua data menunjukkan bahwa konflik internal semakin meningkat, yang menyebabkan jumlah IDPs semakin meningkat. Dan disinilah diperlukan peningkatan bantuan kemanusiaan," ungkap Menlu Retno.
Terlebih, kejahatan lintas batas seperti perdagangan manusia dan online scamming juga dilaporkan meningkat.
Indonesia pun mendorong bahwa ASEAN perlu bekerja lebih keras lagi agar Myanmar dapat kembali damai dan stabil.
Isu Laut China Selatan
Keempat, mengenai isu Laut China Selatan.
"Kita berulang-ulang menekankan pentingnya penyelesaian Code of Conduct (CoC) dan implementasinya, tapi negosiasi kita ketahui sampai saat ini masih belum selesai," ungkap Menlu Retno.
"Sekarang adalah waktu yang tepat untuk menerjemahkan komitmen menjadi aksi nyata, antara lain melalui penyelesaian Practical Guidelines to Accelerate CoC, yang tahun lalu kita sepakati."
Kelima, terkait masalah Palestina.
"Saya kembali menekankan pentingnya ASEAN untuk bersatu dalam menyuarakan dihentikannya genosida dan segera dilakukannya gencatan senjata yang permanen di Gaza," tutur Menlu Retno.
ASEAN, kata Menlu Retno, harus terus menegaskan pentingnya menghormati hukum internasional secara konsisten, termasuk untuk kasus Gaza dan Palestina.
Advertisement