Liputan6.com, Jakarta - Sputnik 1 adalah sebuah bola logam sederhana yang diluncurkan oleh Uni Soviet pada tanggal 4 Oktober 1957. Peluncuran Saputnik 1 menandai tonggak sejarah yang signifikan dalam penjelajahan luar angkasa.
Peluncuran Sputnik 1 tidak hanya sekadar peristiwa teknis, tetapi juga memicu perlombaan antariksa yang sengit antara Uni Soviet dan Amerika Serikat selama Perang Dingin. Melansir laman Britannica pada Senin (29/07/2024), Sputnik 1 adalah satelit buatan manusia pertama yang berhasil mengorbit bumi.
Satelit sederhana ini berbentuk bola dengan diameter sekitar 58 sentimeter dan berat kurang dari 90 kilogram. Meskipun bentuknya sederhana, Sputnik 1 membawa dampak yang luar biasa bagi dunia.
Advertisement
Baca Juga
Satelit ini berputar mengitari bumi setiap 1 jam 36 menit sebanyak satu kali dengan kecepatan 18.000 mil/jam. Sputnik dapat terlihat menggunakan teropong sebelum matahari terbit atau setelah terbenam.
Proses pembuatan satelit ciptaan Uni Soviet dimulai Sergei Korolev, kepala roket Soviet, Ia mengusulkan rencana pengembangan satelit buatan kepada Menteri Industri Pertahanan, Dimitri Ustinov pada 17 Desember 1954.
Sejak 1950-an, Uni Soviet sudah mengembangkan sebuah teknologi baru, termasuk pembuatan satelit. Pengembangan satelit ini merupakan bagian dari tujuan yang sudah ditetapkan oleh International Council of Scientific Unions, yang menyerukan peluncuran teknologi satelit pada akhir 1957 dan 1958.
Satelit Buatan
Pada 8 Agustus, Politbiro Partai Komunis Uni Soviet menyetujui proposal untuk membuat satelit buatan. Pada 30 Agustus, kepala komisi negara untuk peluncuran roket R-7, yaitu Vasily Rybakow mengadakan pertemuan di mana Korolev mempresentasikan data kalkulasi untuk lintasan penerbangan luar angkasa ke bulan.
Akhirnya, mereka memutuskan untuk mengembangkan versi tiga tahap dari roket R-7 untuk meluncurkan satelit. Pada 30 Januari 1956, Dewan Menteri menyetujui proyek satelit buatan yang mengorbit bumi.
Satelit ini bernama Object D, yang rencana akan terselesaikan pada 1957 hingga 1958. Satelit ini diperkirakan dapat membawa massa 1000 hingga 1400 kilogram dan membawa 200-300 kilogram instrumen ilmiah.
Desain awal Object D selesai bulan Juli 1956. Namun, menjelang akhir tahun, kompleksitas desain Object D tidak dapat diluncurkan karena terjadi hambatan dalam menciptakan instrumen ilmiah di dalamnya dan spesifikasi rendah dari mesin R-7 yang sudah dibuat.
Sputnik dirancang di OKB-1 (Biro Desain Khusus) oleh tim yang beranggotakan Mikhail Stepanovich Khomyakov, Maksim Khramov, dan Oleg Genrikhovich Ivanovsky. Satelit ini dibuat dengan bentuk bola berdiameter 58,0 cm, dan terbuat dari paduan alumunium dengan ketebalan 2 milimeter.
Kedua bagian ini disambungkan dengan 36 baut dan diisi dengan nitrogen bertekanan. Dengan menggunakan tiga baterai dan peralatan berbahan perak-seng, massa Sputnik adalah 83,6 kilogram.
Advertisement
Bahan Bakar Cair
Sputnik diluncurkan menggunakan roket berbahan bakar cair dua tahap yang rancangannya mengacu pada rudal balistik antarbenua R-7 Semyorka. Roket R-7 dirancang oleh Sergei Pavlovich Korolev atau yang dikenal The Chief Designer.
Panjang roket ini mencapai 29,167 meter dan diameter 10,3 meter. Tujuan peluncuran Sputnik 1 adalah untuk membantu dalam mengidentifikasi kepadatan lapisan pada atmosfer dengan mengukur perubahan orbitnya, sehingga satelit ini dapat mengirimkan data dari distribusi sinyal radio ke lapisan ionosfer.
Pada akhirnya, Sputnik 1 diluncurkan pada 4 Oktober 1957, yang menjadi pelopor perkembangan teknologi luar angkasa. Satelit pertama dunia ini beroperasi sekitar empat bulan lamanya, dan benar-benar berakhir pada 2 Januari 1958.
Sputnik 1 terbakar saat memasuki kembali atmosfer bumi. Pada saat itu, satelit tersebut telah menyelesaikan 1.440 orbit bumi dan menempuh jarak sekitar 70.000.000 km (43.000.000 mi).
Sinyal dari Sputnik 1, yang ditransmisikan pada 20.005 dan 40.002 MHz, dapat dipantau oleh operator radio di seluruh dunia selama 22 hari hingga baterai pemancar habis pada 26 Oktober 1957.
(Tifani)