Liputan6.com, Jakarta - Bulan merupakan satu-satunya satelit alami yang dimiliki bumi. Bulan juga merupakan satelit terbesar kelima di tata surya.
Satelit alami ini memiliki diameter 3.476 km, atau setara dengan 0,27 kali diameter bumi. Bulan tidak memiliki atmosfer di permukaannya, namun suhu permukaannya dapat mencapai -230°C hingga 123°C.
Bulan juga memiliki gaya gravitasi, yaitu sebesar 0,16 kali Gravitasi bumi. Melansir laman NASA pada Selasa (30/07/2024), para ilmuwan mendapat petunjuk pertama tentang asal-usul bulan pada Juli 1969.
Advertisement
Baca Juga
Saat itu astronaut NASA, Neil Armstrong dan Buzz Aldrin, membawa sampel batu dan debu bulan kembali ke bumi. Sampel tersebut diperkirakan berasal dari sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, sehingga bulan diperkirakan terbentuk sekitar 150 juta tahun setelah tata surya terbentuk.
Para ahli terus melakukan penelitian untuk mengungkap misteri tentang bulan yang seolah tidak pernah habis, bahkan hingga saat ini. Banyak ilmuwan sepakat bahwa bulan terbentuk ketika sebuah planet menabrak bumi.
Protoplanet yang dinamakan Theia tersebut menabrak bumi saat masih dalam tahap awal terbentuk, pada sekitar 4,5 miliar tahun silam. Bahkan, ilmuwan menyebut material Planet Theia mungkin dapat dijumpai di lapisan bebatuan yang terkubur jauh di dalam mantel Bumi ini.
Dikutip dari Science Mag pada Selasa (30/07/2024), pakar seismolog menemukan dua gumpalan massa besar bebatuan misterius di bawah permukaan Bumi. Satu di bawah Afrika dan satu lagi di bawah lautan Pasifik.
Keduanya disebut dengan large low-shear-velocity provinces (LLSVPs). Gumpalan itu dianggap sebagai anomali, dengan tinggi sampai seribu kilometer dan sangat dekat dengan inti bumi.
Material itu pun lebih padat dan secara kimiawi berbeda dengan bebatuan yang mengelilinginya. Maka muncullah teori bahwa gumpalan itu bukan asli berasal dari Planet Theia.
Terlebih bahan kimia yang terkait dengan gumpalan itu kemungkinan sama tuanya dengan usia Planet Theia. Lapisan Planet Theia sendiri diperkirakan lebih padat dari bumi.
para ilmuwan menilai, mineral plane ini terakumuluasi di dekat inti bumi setelah tabrakan terjadi. Meskipun keberadaan Theia belum dapat dibuktikan secara langsung, bukti-bukti ilmiah yang semakin kuat mendukung hipotesis tabrakan besar.
Analisis sampel batuan bulan yang dibawa oleh misi Apollo menunjukkan bahwa komposisi Bulan sangat mirip dengan bumi. Hal ini mengindikasikan bahwa bulan terbentuk dari material yang berasal dari kedua benda langit tersebut.
Selain itu, studi terbaru menunjukkan bahwa isotop oksigen pada Bulan hampir identik dengan isotop oksigen pada bumi. Temuan ini semakin memperkuat hipotesis bahwa Bulan terbentuk dari material yang berasal dari kedua benda langit tersebut.
(Tifani)