Liputan6.com, Beijing - Dua orang koki di sebuah restoran di Jiangsu, China dijatuhi hukuman penjara karena mencampurkan obat antidiare ke hidangan untuk memastikan bahan yang basi tidak membuat perut orang sakit.
Pada tanggal 30 Juli, Biro Manajemen Pasar Distrik Chongzhou, Kota Nantong, mengeluarkan pernyataan yang mengumumkan bahwa dua koki yang pernah bekerja di restoran hotel dijatuhi hukuman penjara dan dipaksa membayar denda sebesar 160.000 yuan karena menyajikan kedaluwarsa yang dicampur dengan gentamisin sulfat, antibiotik yang digunakan untuk mengobati diare.
Baca Juga
Kedua pelaku dilaporkan telah menggunakan bahan yang kedaluwarsa dalam hidangan mereka dan mencampurnya dengan gentamisin untuk meminimalkan risiko pelanggan menderita sakit perut, dikutip dari laman Oddity Central, Jumat (2/8/2024).
Advertisement
Menurut penyelidikan polisi, para koki tersebut menjual sedikitnya 1.612 porsi makanan yang dicampur dengan gentamisin sulfat.
8World baru-baru ini melaporkan bahwa kasus aneh ini menjadi perhatian Biro Manajemen Pasar oleh seorang karyawan Guanyinshan Garden Hotel yang melaporkan bahwa para koki di sana menggunakan gentamisin untuk meniadakan efek bahan makanan yang kedaluwarsa. Hidangan seperti perut ikan rebus dengan saus ayam dan urat daging rebus dengan saus ayam dicampur dengan gentamisin sulfat dengan dosis "satu suntikan per meja" untuk memastikan efek yang diharapkan.
Polisi Temukan 101 Kotak Gentamisin Sulfat
Ketika polisi menggerebek restoran di Nantong, mereka menemukan 101 kotak gentamisin sulfat di dapur, yang telah dibeli oleh seorang tukang bermarga Zhang. Penyelidikan selanjutnya mengungkapkan bahwa Zhang secara teratur membeli sekitar 100 kotak sekaligus tanpa memberikan resep.
Awal tahun ini, kedua koki, yang hanya dikenal sebagai Sha dan Fu, dinyatakan bersalah karena menjual hidangan yang terkontaminasi untuk keuntungan finansial dan dijatuhi hukuman masing-masing dua tahun dan satu tahun enam bulan penjara, dan dipaksa membayar denda 160.000 yuan.
"Ini menggunakan satu metode kriminal untuk menutupi kejahatan makanan lainnya."
"Hal ini sangat bodoh dan sangat rakus," tulis surat kabar China The Paper.
Advertisement