Uni Eropa hingga Mesir Kecam Menteri Israel soal Kelaparan di Gaza

Apa yang disampaikan Smotrich hingga membuat sekutu Israel mengecamnya?

oleh Khairisa Ferida diperbarui 10 Agu 2024, 07:09 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2024, 07:09 WIB
Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich.
Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich, seorang nasionalis Yahudi, berpendapat bahwa gagasan kebangsaan Palestina ditemukan pada abad yang lalu sebagai respons atas gerakan Zionis untuk mendirikan Israel modern. (Dok. Gil Cohen-Magen/Pool via AP)

Liputan6.com, Brussels - Barat mengecam pernyataan Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich yang menyatakan bahwa kelaparan yang dialami penduduk Jalur Gaza yang berjumlah lebih dari 2 juta warga Palestina "mungkin adil dan bermoral" hingga para sandera yang ditawan dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dipulangkan.

Smotrich menuturkan pula dalam pidatonya pada hari Senin (5/8/2024) bahwa Israel tidak punya pilihan selain mengirim bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

"Tidak mungkin dalam realitas global saat ini untuk mengelola perang — tidak seorang pun akan membiarkan kita membuat 2 juta orang kelaparan, meskipun itu mungkin adil dan bermoral hingga mereka memulangkan para sandera," katanya pada sebuah konferensi yang mendukung permukiman Yahudi seperti dilansir kantor berita AP, Sabtu (10/8).

Smotrich, mitra utama dalam koalisi pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mendukung pendudukan kembali Jalur Gaza, pembangunan kembali permukiman Yahudi yang disingkirkan pada tahun 2005, dan apa yang dia gambarkan sebagai migrasi sukarela sejumlah besar warga Palestina keluar dari wilayah tersebut.

Uni Eropa pada hari Rabu (7/8) mengutuk pernyataannya, dengan menyatakan, "Kelaparan yang disengaja terhadap warga sipil adalah kejahatan perang."

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyebut pernyataan itu sangat memalukan.

"Itu menunjukkan, sekali lagi, penghinaannya terhadap hukum internasional dan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan," tegas Borrell.

Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy menuturkan tidak ada pembenaran atas pernyataan Smotrich.

"Kami berharap pemerintah Israel … akan menarik kembali (pernyataan tersebut) dan mengutuknya," tulisnya di platform media sosial X.

Duta Besar Jerman untuk Israel Steffen Siebert menyebut pernyataan itu tidak dapat diterima dan mengerikan.

"Merupakan prinsip hukum internasional dan kemanusiaan untuk melindungi warga sipil dalam perang dan memberi mereka akses ke air dan makanan," tulisnya di X.

Kementerian Luar Negeri Mesir pada hari Kamis (8/8) juga mengutuk pernyataan Smotrich, menggambarkannya sebagai pernyataan memalukan yang tidak dapat diterima dan melanggar hukum humaniter internasional.

"Pernyataan yang tidak bertanggung jawab seperti itu menciptakan hasutan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza,” tambah kementerian tersebut.

Klaim Israel

Perang hanya Membawa Duka
Warga Palestina menerima makanan di sekolah yang dikelola PBB di Rafah, di Jalur Gaza selatan pada 23 Oktober 2023. (Mohammed Abed/AFP)

Perang yang sedang berlangsung telah menjerumuskan Jalur Gaza ke dalam bencana kemanusiaan. Sebagian besar penduduknya telah mengungsi, seringkali beberapa kali, di mana ratusan ribu orang berjejal-jejalan ke dalam tenda-tenda yang kumuh. Otoritas internasional terkemuka mengenai tingkat keparahan krisis kelaparan, Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu, mengatakan pada bulan Juni bahwa Jalur Gaza berada pada "risiko tinggi" kelaparan.

Organisasi-organisasi bantuan menyebutkan upaya untuk mengirimkan makanan dan bantuan lainnya telah terhambat oleh pembatasan Israel, pertempuran yang sedang berlangsung, serta pelanggaran hukum dan ketertiban. Israel mengklaim bahwa mereka mengizinkan bantuan kemanusiaan tanpa batas masuk dan menyalahkan badan-badan PBB karena gagal mengirimkannya dengan segera.

Militan yang dipimpin Hamas diklaim Israel menewaskan sekitar 1.200 orang dalam serangan ke Israel selatan dan menyandera sekitar 250 orang. Sekitar 110 sandera masih ditahan di Jalur Gaza, meskipun Israel yakin bahwa sekitar sepertiga dari mereka tewas.

Sebagian besar sisanya dibebaskan selama gencatan senjata selama seminggu di bulan November.

Menurut otoritas kesehatan Jalur Gaza, serangan Israel yang terus berlanjut telah menewaskan hampir 40.000 warga Palestina, dan telah menyebabkan kerusakan yang meluas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya