Liputan6.com, Taipei - Peristiwa turbulensi kembali terjadi. Kali ini dialami pesawat EVA Air.
Situs ftvnews.com.tw yang dikutip Selasa (13/8/2024) menyebut, penerbangan EVA Air mengalami turbulensi hebat hari Minggu (11/8) lalu dalam perjalanan dari Jakarta Indonesia ke Taipei Taiwan. Enam pramugari mengalami luka ringan.
Advertisement
Insiden turbulensi terjadi selama layanan makanan sekitar dua jam dalam penerbangan. Piring dan makanan berserakan di seluruh kabin. Pesawat akhirnya mendarat dengan selamat di Taiwan.
Makanan yang setengah dimakan dilaporkan berserakan di mana-mana, dan penumpang basah dengan minuman yang tumpah. Bahkan tempat sampah di atas kepala pun tak berantakan. Insiden itu terjadi pada Minggu (11/8) pada pukul 16.55, ketika pesawat EVA BR238 dari Jakarta ke Taipei mengalami turbulensi hebat di ketinggian 37.000 kaki.
Kabin berantakan, dengan piring dan cangkir berserakan di sepanjang lorong. Turbulensi kabarnya terjadi selama layanan makanan, menyebabkan enam pramugari mengalami luka ringan.
Salah seorang mengatakan dia diselamatkan dari benturan ke langit-langit berkat seorang penumpang yang memegang lengannya. Seorang penumpang bercanda di media sosial bahwa ia baru pertama kali merasakan keramas dengan cola.
Meskipun terjadi kekacauan, tidak ada penumpang yang terluka. Pesawat mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Taoyuan pada pukul 9:16 malam hari itu.
Ini yang Harus Dilakukan Penumpang Pesawat Saat Turbulensi
Adapun penumpang harus tetap duduk dengan sabuk pengaman terpasang, dan berpegangan pada sandaran tangan, menjaga kaki tetap di tanah selebar bahu. Itu dapat mencegah guncangan keras yang menyebabkan cedera tulang belakang atau cedera pada tulang ekor. Guncangan yang kuat dapat menyebabkan cedera seperti itu.
Pilot dapat melihat turbulensi menggunakan radar di pesawat, yang menunjukkan awan tebal atau sel badai di depan. Jika turbulensi terdeteksi, penumpang dapat diperingatkan sebelumnya. Namun, clear-air turbulence (turbulensi udara bersih) tidak mungkin diprediksi.
Dengan perubahan iklim, arus udara yang tidak dapat diprediksi seperti turbulensi udara bersih diperkirakan akan meningkat intensitas dan frekuensinya.
Turbulensi diklasifikasikan berdasarkan empat intensitas: ringan, sedang, parah, dan ekstrem. Di musim panas, arus konvektif dan petir di dalam awan merupakan hal yang umum. Di musim dingin, pesawat terbang dapat terbang saat angin bertiup kencang. Di tengah pemanasan global dan semakin kuatnya peristiwa cuaca ekstrem, turbulensi dapat menjadi lebih umum di masa mendatang.
Intensitasnya dapat sedemikian rupa sehingga dalam satu detik, pesawat dapat naik atau turun hingga 30 atau 40 kaki. Hal itu dapat menyebabkan pramugari menabrak langit-langit atau lantai. Tentu saja, meskipun situasinya tampak sangat menakutkan, pesawat akan aman. Namun, selalu ada kemungkinan turbulensi menyebabkan kerusakan struktural.
EVA Air menghimbau penumpang untuk tetap mengenakan sabuk pengaman selama penerbangan demi keselamatan mereka.
Advertisement
Ilmuwan Sebut Perubahan Iklim Picu Turbulensi Meningkat, Cek Serba-Serbinya Berikut Ini
Turbulensi merupakan hal yang sering terjadi dalam penerbangan. Turbulensi parah bahkan bisa menyebabkan cedera, meski tingkat kematian sangat jarang terjadi.
Meski demikian belum lama ini dunia dikejutkan oleh kematian satu orang pria akibat serangan jantung saat penerbangan Singapore Airlines dari London mengalami turbulensi parah, di mana 30 orang lainnya terluka.
Saat sedang berada di ketinggian 37.000 kaki, pesawat secara tiba-tiba turun, dan para penumpang terlempar dari tempat duduk mereka.
Para ilmuwan mengatakan bahwa ketika perubahan iklim menyebabkan suhu global meningkat, turbulensi menjadi meningkat.
Berikut ini serba-serbi soal turbulensi dilansir dari ABC News, Jumat (7/6/2024):
Apa Itu Turbulensi Pesawat?Jika Anda membayangkan langit seperti lautan, turbulensi mirip seperti ombaknya, menurut Profesor Todd Lane, seorang ilmuwan atmosfer di University of Melbourne.
Turbulensi disebabkan oleh gangguan pada pola udara yang dilalui pesawat.
"Turbulensi yang dialami pesawat terbang adalah ketika angin di atmosfer berubah dari yang semula mendatar menjadi naik turun," Profesor Lane menjelaskan.
"Sebuah pesawat yang terbang dengan mulus akan mulai bergerak naik dan turun secara radikal karena angin bergerak naik dan turun."
Apa yang Menyebabkan Turbulensi?
Penyebab utama turbulensi adalah gunung, badai, dan jet stream (arus jet), yang membuat tugas memperkirakan dan menghindarinya menjadi mudah dalam beberapa situasi.
Pilot dapat merencanakan rute untuk menghindari udara yang naik di atas pegunungan, atau di sekitar badai sebanyak mungkin.
Jet stream adalah angin kencang di atmosfer bagian atas tempat pesawat terbang melintas, menurut Profesor Lane.
"Di atas dan di bawah jet stream terdapat apa yang disebut dengan geseran angin yang kuat, sehingga kecepatan angin berubah ketinggiannya secara dramatis. Anda akan merasakan turbulensi yang kuat jika berada di daerah geseran angin tersebut,"ujar Profesor Lane.
"Jadi di atas dan di bawah daerah aliran jet ini, ada cukup banyak turbulensi yang biasanya disebut turbulensi udara jernih karena tidak ada awan yang terlihat," sambung Profesor Lane.
Pada tahap ini belum diketahui jenis turbulensi apa yang menyebabkan gangguan pada penerbangan Singapore Airlines.
Advertisement