Liputan6.com, Jakarta - Rusia merasa yakin dan optimistis pihaknya bisa kembali menguasai wilayah Kursk usai diserang Ukraina sejak 6 Agustus 2024. Hal ini disampaikan oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia Sergei Gennadievich Tolchenov.
"Situasinya tidak mudah. Tapi kami cukup yakin bahwa Ukraina tidak akan mendapatkan tujuan yang ingin mereka capai lewat serangan ini terhadap negara saya," ujar Sergei dalam pernyataan pers kepada media di kediamannya di Jakarta, Selasa (20/8/2024).
Baca Juga
Sergei mengungkapkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyiapkan rencana untuk kembali merebut wilayahnya, yang telah diklaim oleh Presiden Volodymyr Zelenskyy sebagai milik Ukraina.
Advertisement
"Presiden Putin memiliki gagasan untuk mengerahkan gerakan yang sangat efektif dari pasukan Rusia di wilayah Donetsk dan Lugansk, di mana kami secara bertahap akan membebaskan lebih banyak kota dan desa serta mendapatkan kembali lebih banyak wilayah," lanjut dia.
Rusia, sebut Sergei, berkomitmen untuk kembali menguasai seluruh wilayahnya dan mengusir pasukan Ukraina.
"Tentu saja sebagian wilayah Kursk berada di bawah kendali pasukan Ukraina, tetapi saya yakin selangkah demi selangkah kita akan membebaskannya kembali dan merebutnya kembali. Dan kita akan menyapu bersih semua pasukan Ukraina dari wilayah Federasi Rusia," tegas Sergei.
Rusia Siap Lanjutkan Perundingan Damai
Sergei memaparkan bahwa perkembangan konflik Rusia-Ukraina saat ini sebagian besar lantaran dipengaruhi oleh negara Barat. Hal ini lantaran upaya perundingan damai yang dilakukan sejak tahun 2022 sempat tersendat karena pengaruh negara Barat yang membuat Ukraina tidak melanjutkannya.
Rusia pun disebutnya siap melanjutkan perundingan damai, dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi.
"Kami sedang mencari putaran perundingan damai lainnya Kami percaya bahwa kami harus melanjutkan perundingan damai sejak ini dihentikan pada April 2022," tutur Sergei.
"Kami juga harus memahami dengan siapa kami akan melakukan perundingan tersebut, karena menurut konstitusi Ukraina, sejak Mei tahun ini, Zelenskyy tidak boleh menjadi presiden sah negara ini."
Selain itu, Rusia juga harus menarik semua pasukan Ukraina dari wilayahnya jika ingin melanjutkan perundingan damai.
"Artinya, kami harus menarik semua pasukan dari wilayah baru seperti Zaporozhye, Kherson, Donetsk, dan Lugansk. Kami juga harus menghentikan semua pertempuran, menghentikan semua serangan terhadap wilayah Rusia, serta demiliterisasi dan denasionalisasi Ukraina," papar dia.
Meski begitu, Sergei menambahkan bahwa hubungan kedua negara terlanjur memanas sejak serangan Ukraina ke wilayah Kursk di Rusia yang berimbas perundingan damai semakin alot untuk dilakukan.
"Setelah serangan teroris yang sangat biadab ini, kami tidak tahu apakah kami dapat melakukan pembicaraan dengan orang-orang yang mengorganisir serangan yang sangat mematikan terhadap negara saya," tambahnya.
Advertisement
Gencatan Senjata Bukan Solusi
Sementara itu, Sergei juga menilai bahwa upaya gencatan senjata bukanlah cara terbaik untuk menghentikan konflik.
"Gencatan senjata saja tidak akan menyelesaikan situasi. Kami cukup yakin bahwa pihak Ukraina dan pendukung Barat Kiev akan menggunakan gencatan senjata hanya untuk meningkatkan kemampuan tempur mereka," jelasnya.
"Itu berarti perang akan terus berlanjut setelah gencatan senjata."
Menurut dia, konflik Rusia dan Ukraina memerlukan solusi yang komprehensif, maka kemudian gencatan senjata akan mengikuti.