22 Agustus 1978: Bapak Pendiri Kenya Jomo Kenyatta Meninggal Dunia di Usia 89 Tahun

Jomo Kenyatta secara luas dianggap sebagai bapak pendiri Kenya yang telah memimpin negara tersebut sejak kemerdekaannya pada tahun 1963.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 22 Agu 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2024, 06:00 WIB
Jomo Kenyatta, presiden pertama Kenya pasca-merdeka dari Inggris (Wikimedia Commons)
Jomo Kenyatta, presiden pertama Kenya pasca-merdeka dari Inggris (Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Nairobi - Tepat hari ini di tahun 1978, Presiden Kenya kala itu Jomo Kenyatta meninggal dunia di rumahnya di Mombasa.

Pengumuman resmi diumumkan di radio Voice of Kenya yang menyebut bahwa Kenyatta meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya pada Selasa (22/8/1978) pagi.

Toko-toko dan kantor-kantor di ibu kota Nairobi dan kota-kota lain tutup untuk hari itu sebagai tanda penghormatan.

Dalam penampilan publik sebelum hari kematiannya, Kenyatta (89) tampak dalam keadaan sehat sehingga berita kematiannya mengejutkan sebagian besar warga Kenya, dikutip dari BBC, Kamis (22/8/2024).

Namun, minggu sebelumnya ia mengadakan konferensi keluarga di Mombasa yang menimbulkan spekulasi tentang kesehatannya.

Kenyatta secara luas dianggap sebagai bapak pendiri Kenya yang telah memimpin negara tersebut sejak kemerdekaannya pada tahun 1963.

Sebagai anggota suku terbesar di Kenya, Kikuyu, ia adalah salah satu pemimpin nasionalis Afrika pertama dan paling terkenal.

Dibaptis dengan nama Johnstone Kamau, ia mengubah namanya menjadi Kenyatta - dalam bahasa Swahili berarti "cahaya Kenya" pada tahun 1920-an.

Setelah menghabiskan 15 tahun di London untuk memperjuangkan kemerdekaan Kenya dari Inggris, ia kembali ke negaranya pada tahun 1946.

Pada tahun 1952 ia dipenjara oleh Inggris dan menghabiskan sembilan tahun berikutnya dalam tahanan.

Meskipun ia dipenjara, Kenyatta dianggap sebagai presiden Afrika yang paling pro-Inggris dan di bawah kepemimpinannya ekonomi Kenya menjadi makmur.

Namun, ia tidak toleran terhadap perbedaan pendapat di Kenya dan melarang beberapa partai oposisi pada tahun 1969.

Ratu Elizabeth II saat itu mengirimkan pesan simpati kepada istri Kenyatta dan rakyat Kenya.

Sementara itu, sekretaris Jenderal Persemakmuran, Shridath Ramphal, mengatakan kematian Kenyatta telah membuat Kenya kehilangan seorang pemimpin yang hebat.

"Kita telah kehilangan seorang tokoh penting di zaman kita," kata Ramphal.

Wakil Kenyatta, Daniel arap Moi, telah memangku jabatan presiden selama 90 hari, dan selama masa itu pemilihan umum baru harus diadakan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya