60 Organisasi Pers Serukan Uni Eropa Tindak Tegas Israel Atas Pembunuhan 120 Jurnalis di Gaza

Surat tertanggal Senin (26/8/2024) mendesak penangguhan Perjanjian Asosiasi UE-Israel dan penerapan sanksi yang ditargetkan pada pejabat Israel yang bertanggung jawab.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 27 Agu 2024, 12:03 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2024, 12:03 WIB
Jurnalis Palestina Wael Al-Dahdouh
Kepala biro Al Jazeera di Gaza, Wael Al-Dahdouh (tengah) memeluk putrinya saat ia berduka atas jenazah putranya Hamza Wael Dahdouh, seorang jurnalis jaringan televisi Al Jazeera, saat pemakamannya, setelah dia tewas dalam serangan udara Israel yang dilaporkan di Rafah di Jalur Gaza pada 7 Januari 2024. (AFP)

Liputan6.com, Gaza - Sebanyak 60 organisasi kebebasan pers dan hak asasi manusia global telah menandatangani surat yang menyerukan Uni Eropa (UE) untuk mengambil tindakan tegas terhadap Israel, atas meningkatnya pelanggaran kebebasan media dan pembunuhan jurnalis di Gaza, Tepi Barat yang diduduki, dan Israel.

Surat pada hari Senin (26/8/2024) mendesak penangguhan Perjanjian Asosiasi UE-Israel dan penerapan sanksi yang ditargetkan pada pejabat Israel yang bertanggung jawab. Surat itu ditandatangani oleh organisasi termasuk International Press Institute (IPI), Human Rights Watch (HRW), dan Free Press Unlimited (FPU).

Menanggapi diplomat tinggi UE Josep Borrell dan Wakil Presiden Eksekutif Komisi Eropa Valdis Dombrovskis, seruan tersebut menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk mengambil tindakan terhadap apa yang mereka gambarkan sebagai "pelanggaran kebebasan media yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh otoritas Israel".

“Ini adalah bagian dari pelanggaran yang meluas dan sistematis yang dilakukan oleh otoritas Israel di Gaza, Tepi Barat, Israel, dan di tempat lain, sebagaimana didokumentasikan atau diakui oleh LSM Israel, Palestina, dan internasional, pakar PBB, Mahkamah Internasional, dan dalam permintaan surat perintah penangkapan oleh Jaksa Penuntut Mahkamah Kriminal Internasional,” kata surat itu seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa (27/8/2024).

“Pelanggaran ini seharusnya memicu penangguhan Perjanjian Asosiasi UE-Israel dan sanksi lebih lanjut yang ditargetkan UE terhadap mereka yang bertanggung jawab,” demikian sambungan isi surat itu.

Organisasi-organisasi tersebut menguraikan delapan tindakan yang diambil oleh Israel yang memerlukan tanggapan mendesak oleh UE, termasuk pembunuhan yang ditargetkan terhadap jurnalis, larangan akses media independen ke Gaza, dan penahanan sewenang-wenang terhadap jurnalis yang mencapai rekor tertinggi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


120 Jurnalis Palestina Tewas

Pemakaman jurnalis Samer Abudaqa dari Al Jazeera. (AP)
Pemakaman jurnalis Samer Abudaqa dari Al Jazeera. (AP)

Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah menghadapi tuduhan pelanggaran sistematis, termasuk pembunuhan lebih dari 120 jurnalis Palestina dan pekerja media di Gaza, serta penangkapan dan penahanan sewenang-wenang terhadap sedikitnya 49 jurnalis.

Surat itu juga menyoroti tuduhan penyiksaan, penghilangan paksa, dan penyensoran yang signifikan di Israel dan wilayah Palestina yang didudukinya.

Surat itu mengatakan, dampak kumulatif dari pelanggaran ini adalah terciptanya kondisi yang mendukung propaganda dan misinformasi, yang pada akhirnya merusak jalan menuju perdamaian dan keamanan.

Pada bulan Juli, Israel membunuh jurnalis Al Jazeera Arab Ismail al-Ghoul dan juru kameranya Rami al-Rifi dalam serangan udara, yang mengenai mobil mereka di kamp pengungsi Shati, sebelah barat Kota Gaza.

Pada bulan Januari, Israel membunuh Hamza Dahdouh, putra tertua Wael Dahdouh, kepala biro Al Jazeera Arab di Gaza, yang juga seorang jurnalis.

Pada bulan Oktober tahun lalu, Israel telah membunuh istri Dahdouh, putranya yang berusia 15 tahun, putrinya yang berusia tujuh tahun, dan cucunya yang masih balita dalam sebuah serangan udara.

Pada bulan Desember, Israel menyerang dan membunuh jurnalis Al Jazeera Arab Samer Abudaqa dan melukai Dahdouh dalam sebuah serangan di Khan Younis, Gaza selatan.


Korban Tewas Perang Israel Vs Hamas 11 Bulan di Gaza 40.334 Jiwa, 93.356 Orang Terluka

Citra Satelit Jalur Gaza
Citra satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies menunjukkan orang-orang berjalan di sepanjang Jalan Salah al-Din, Gaza, 26 November 2023. Gencatan senjata antara Israel dan Hamas dimulai sejak Jumat, 24 November 2023. (Satellite image ©2023 Maxar Technologies via AP)

Sementara itu, kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan Sabtu (24/8) bahwa sedikitnya 40.334 orang tewas dalam konflik antara Israel dan pejuang Palestina, yang kini telah berlangsung selama 11 bulan.

Laporan yang dikutip dari AFP menurut data kementerian, Minggu (25/8/2024), menyebut jumlah korban termasuk 69 orang tewas dalam 48 jam sebelumnya dan mencantumkan 93.356 orang terluka di Jalur Gaza sejak konflik dimulai ketika Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.

Badan PBB yang mempromosikan pendidikan dan budaya dunia menganugerahkan Penghargaan Kebebasan Pers Dunia kepada semua jurnalis Palestina yang telah berjuang dalam meliput kondisi perang di Gaza. Mereka telah bertaruh nyawa dalam menyampaikan informasi kepada publik selama perang berlangsung.

Mengutip TRT World pada Sabtu, 4 Mei 2024, Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, mengatakan bahwa penghormatan tersebut diberikan sebagai wujud apresiasi keberanian para jurnalis menghadapi "keadaan berbahaya" di Gaza yang dibombardir Israel tanpa henti. Lebih dari 140 jurnalis terbunuh sejak Oktober 2023.

"Dalam masa kegelapan dan keputusasaan ini, kami ingin menyampaikan pesan solidaritas dan pengakuan yang kuat kepada para jurnalis Palestina yang meliput krisis ini dalam keadaan yang begitu dramatis," ujar ketua juri profesional media internasional, Mauricio Weibel,  mengumumkannya pada Kamis, 2 Mei 2024.

"Sebagai umat manusia, kita berutang besar atas keberanian dan komitmen mereka terhadap kebebasan berekspresi," tambahnya.

Pekan lalu, seorang jurnalis Palestina tewas dalam serangan udara Israel di Gaza. Reporter TV Al-Quds yang bernama Salem Abu Toyor dan putranya tersebut kehilangan nyawa ketika jet tempur Israel menyerang rumah mereka di kamp Nuseirat di Gaza tengah, kata stasiun TV tersebut. Sepasang ayah dan anak tersebut dimakamkan di pusat kota Deir al Balah.

Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), sebuah badan global yang berfokus pada kebebasan pers di seluruh dunia mengatakan jurnalis di Gaza menghadapi risiko yang sangat tinggi ketika mereka meliput konflik selama serangan Israel, termasuk serangan udara Israel yang menghancurkan. 


Tidak Ada Jurnalis di Gaza yang Bisa Menghindar

Ilustrasi PERS, media, jurnalis
Ilustrasi PERS, media, jurnalis. (Photo by engin akyurt on Unsplash)

Sekretaris jenderal Reporters Without Borders (organisasi non-pemerintah yang berbasis di Paris yang fokus pada perlindungan hak atas kebebasan informasi), Christophe Deloire mengatakan bahwa tidak seorang pun jurnalis yang aman selama di Gaza.

"Jika angka-angka tersebut menunjukkan sesuatu, maka sejak 7 Oktober, tidak ada tempat di Gaza yang aman, tidak ada jurnalis di Gaza yang selamat, dan pembantaian belum berhenti. Kami mengulangi seruan mendesak kami untuk melindungi jurnalis di Gaza," katanya.

Penghargaan Kebebasan Pers Dunia ini merupakan satu-satunya penghargaan yang diberikan kepada jurnalis oleh PBB. Penghargaan atas kontribusi luar biasa terhadap pembelaan dan/atau promosi kebebasan pers di mana pun di dunia, terutama ketika hal ini dicapai dalam menghadapi bahaya.

Perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza telah mengakibatkan banyak korban jiwa. Militer Israel telah membunuh sedikitnya 34.596 warga Palestina, dan 70 persennya adalah bayi, anak-anak, dan wanita, kata para pejabat Palestina. Selain itu, lebih dari 77.816 orang terluka, sementara lebih dari 10.000 orang dikhawatirkan terkubur di bawah puing-puing bangunan yang dibom. 

Infografis Ambisi Israel Bangun Zona Demiliterisasi di Gaza dan Tudingan Genosida. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ambisi Israel Bangun Zona Demiliterisasi di Gaza dan Tudingan Genosida. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya