Begini Cara Astronom Menghitung Umur Bintang

Semua bintang yang ada di alam semesta lahir pada waktu yang berbeda-beda, dan yang paling tua memiliki usia hampir sama dengan alam semesta. Lalu, bagaimana para astronom menghitung umur bintang?

oleh Switzy Sabandar diperbarui 30 Agu 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2024, 01:00 WIB
Periode Kepler 452b mengitari bintangnya mirip dengan revolusi Bumi
Periode Kepler 452b mengitari bintangnya mirip dengan revolusi Bumi (BBC/NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya dan panas dari reaksi fusi nuklir yang terjadi di intinya. Benda langit ini serupa bola gas bercahaya raksasa yang disatukan oleh gravitasinya sendiri dan terutama terdiri dari hidrogen dan helium.

Semua bintang yang ada di alam semesta lahir pada waktu yang berbeda-beda, dan yang paling tua memiliki usia hampir sama dengan alam semesta. Lalu, bagaimana para astronom menghitung umur bintang?

Dikutip dari laman Science News for Students pada Kamis (29/08/2024), ada beberapa cara dan metode yang digunakan para astronom untuk menghitung umur bintang seperti berikut.

1. Gyrchronology

Ahli astronomi mengembangkan cara baru yaitu gyrochronology. Gyrochronology ditemukan oleh ahli astronomer bernama Andrew Skumanich pada 1972.

Teknik ini paling baik digunakan untuk menghitung umur bintang yang lebih muda dari matahari. Teknik ini mampu menghitung umur bintang dari kecepatan rotasi suatu bintang.

Kecepatan suatu bintang akan terus berubah teratur sesuai dengan umurnya. Selain dari kecepatan rotasi, teknik gyrochronology juga menggunakan warna suatu bintang sebagai bagian dari umur bintang tersebut.

Teknik ini mampu menghitung umur bintang dengan estimasi kesalahan sebesar 15 persen.

2. Seismologi bintang

Data yang didapatkan dari teknik kecepatan rotasi bukan data yang paling akurat untuk mendapatkan umur suatu bintang. Oleh karena itu, teleskop luar angkasa Kepler digunakan.

Kepler digunakan untuk mengamati bintang yang sama dalam waktu yang sangat panjang. Cara ini mampu mengetahui umur suatu bintang dengan mengetahui perubahan keterangan suatu bintang.

Data tersebut menjadi indikator untuk mengetahui apa yang terjadi di bawah permukaan bintang dan mampu memperkirakan umur bintang. Tidak hanya teleskop Kepler, teleskop lainnya seperti TESS milik NASA dan CHEOPS miliki European Space Agency juga digunakan untuk mengamati bintang-bintang.

Hal ini agar kita bisa menghitung usia lebih banyak bintang, bahkan mengetahui evolusi galaksi dan pembentukan planet.

 

Diagram Hertzsprung-Russell

3. Diagram Hertzsprung-Russell

Diagram Hertzsprung-Russell menjadi salah satu cara menentukan umur bintang dengan mudah. Diagram H-R ditemukan oleh dua ahli astronomi, yaitu Ejnar Hertzsprung dan Henry Norris Russell pada awal abad ke-20.

Ahli astronomi menentukan umur bintang dengan mengamati spektrum, luminositas, dan pergerakan suat bintang. Informasi ini akan dibandingkan dengan bintang lain untuk mengetahui berbagai karakteristik bintang tersebut.

Termasuk umur bintang dan berapa lama lagi bintang itu akan hidup. Cara ini disebut memiliki tingkat kesalahan 10 sampai 20 persen saja.

Cara ini mudah dilakukan karena hampir semua bintang menghabiskan sekitar 90 persen hidupnya pada fase utama. Fase utama adalah waktu dimana bintang terus menerus mengeluarkan energi dan radiasi yang merupakan hasil pembakaran nuklir pada inti bintang.

Fase utama ini memberikan banyak sekali informasi, misalnya bintang paling biru merupakan bintang paling panas. Bintang tersebut masih memiliki banyak sekali bahan bakar pada inti bintang.

Semakin terang, maka semakin muda umur bintang tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan teori yang disampaikan para ilmuwan bahwa ketika bahan bakar di inti bintang mati, maka bintang tersebut akan menjadi tidak stabil.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya