Turki Segera Gabung BRICS? Ini Penjelasannya

BRICS memiliki tujuan memperkuat suara negara-negara berkembang. Para anggota pendirinya telah menyerukan tatanan dunia yang lebih adil dan reformasi lembaga-lembaga internasional seperti PBB, IMF, dan Bank Dunia.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 05 Sep 2024, 12:24 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2024, 12:24 WIB
Ilustrasi Turki.
Ilustrasi Turki. (Dok.Unsplash)

Liputan6.com, Ankara - Seorang pejabat senior pada hari Selasa (3/9/2024) membenarkan laporan bahwa Turki ingin bergabung dengan blok ekonomi berkembang, BRICS, namun tidak mengonfirmasi negara anggota NATO tersebut telah secara resmi mengajukan keanggotaan.

Kantor berita Bloomberg melaporkan pada hari Senin (2/9) bahwa Turki telah secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung dengan BRICS beberapa bulan lalu. Ketika ditanya tentang laporan itu, Omer Celik, juru bicara partai pimpinan Recep Tayyip Erdogan, mengatakan Erdogan telah menyatakan beberapa kali bahwa Turki bercita-cita untuk menjadi anggota.

"Permintaan kami mengenai masalah ini jelas. Proses ini sedang berlangsung. Namun, tidak ada perkembangan konkret mengenai hal ini," kata Celik seperti dilansir kantor berita AP, Kamis (5/9). "Presiden kami telah dengan jelas menyatakan bahwa Turki ingin ambil bagian dalam semua platform penting, termasuk BRICS."

Aliansi BRICS didirikan pada tahun 2006 oleh Brasil, Rusia, India, dan China, dengan Afrika Selatan bergabung pada tahun 2010. Baru-baru ini, BRICS mengalami perluasan besar dan sekarang mencakup Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab.

Arab Saudi telah mengatakan bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk bergabung dan Azerbaijan telah secara resmi mengajukan permohonan.

 

Pesan Erdogan

Recep Tayyip Erdogan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (Dok. AP Photo/Burhan Ozbilici)

Erdogan, yang telah berkuasa selama lebih dari dua dekade, telah berupaya untuk mengukir kebijakan luar negeri yang lebih independen bagi Turki dan meningkatkan pengaruh globalnya. Negara tersebut juga frustrasi dengan kurangnya kemajuan dalam pembicaraan keanggotaannya dengan Uni Eropa.

Pekan lalu, Erdogan mengatakan Turki harus mengembangkan hubungan dengan Timur dan Barat secara bersamaan.

"Kita tidak harus memilih antara Uni Eropa dan Organisasi Kerja Sama Shanghai," kata Erdogan mengacu pada organisasi kerja sama regional yang didirikan oleh China dan Rusia.

"Sebaliknya, kita harus mengembangkan hubungan kita dengan kedua organisasi ini dan organisasi lainnya atas dasar saling menguntungkan."

BRICS diperkirakan akan membahas penerimaan anggota baru dalam pertemuan di Rusia bulan depan.

Turki, yang membentang di antara Eropa dan Asia, bergabung dengan aliansi militer NATO pada tahun 1952. Negara ini memulai perundingan untuk bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 2005, tetapi negosiasi tersebut terhenti karena kekhawatiran atas kemunduran demokrasi di bawah pemerintahan Erdogan dan perselisihan yang sedang berlangsung dengan Siprus, anggota Uni Eropa, di antara berbagai tantangan lainnya.

Awal tahun ini, Menteri Luar Negeri Hakan Fidan mengatakan Turki menjajaki peluang baru untuk kerja sama dengan beberapa mitra di berbagai platform, seperti BRICS.

Pada hari Senin, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov, juga mengatakan Turki telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan BRICS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya