Indonesia-Ukraina Perdana Kolaborasi Gelar Ukraine-Indonesia Movie Days, Sajikan Film Pilihan 2 Negara

Acara pemutaran film Ukraina dan Indonesia menjadi ajang pertukaran budaya dan memiliki arti istimewa bagi Ukraina yang sedang dilanda perang.

oleh Siti Syafania Kose diperbarui 22 Sep 2024, 09:13 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2024, 09:13 WIB
Ukraine-Indonesia Movie Days fotbar
Foto bersama di Ukraine-Indonesia Movie Days (Liputan6/Siti Syafania Kose)

Liputan6.com, Jakarta - Pada Jumat (20/9/2024), Kedutaan Besar Ukraina di Indonesia dan Direktorat Jenderal Kebudayaan Indonesia di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) bekerja sama untuk menyelenggarakan acara pemutaran film dokumenter Ukraine-Indonesia Movie Days. Pada acara ini, pengunjung dapat menonton film-film terpilih dari kedua negara dan menyaksikan pertukaran budaya lewat film secara gratis.

Dilaksanakan di aula Museum Perumusan Naskah Proklamasi, film screening ini berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 20 sampai dengan 22 September 2024.

Berikut adalah film-film yang ditayangkam pada Sabtu, 21 September:

  1. Nadi The Movie (asal Ukraina)
  2. Bersama Membangun Negeri (Always Until Victory) (asal Indonesia)
  3. Unbreakable Children (asal Ukraina)
  4. Kabar dari Kubur (One Little Prayer) (asal Indonesia)

Sedangkan, pada Minggu, 22 September, pengunjung dapat menonton film-film berikut:

  1. Yongky’s First Heartbeats (asal Indonesia)
  2. Bloody Rose (asal Indonesia)
  3. UNESCO Cultural Heritage of Ukraine (asal Ukraina)
  4. Lightning Bolt Save the House (asal Ukraina)

Acara Ukraine-Indonesia Movie Days gratis dan terbuka untuk umum sehingga siapa saja yang mendaftar dapat menonton tanpa dipungut biaya apapun. Namun, kuota acara ini terbatas.

Menariknya, acara ini adalah pemutaran film bilateral Ukraina-Indonesia merupakan pertama kalinya dalam sejarah 32 tahun hubungan diplomatik kedua negara.

“Hari ini (Jumat 20 September), kami menyelenggarakan acara pemutaran film bersama bilateral pertama di antara Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Kedutaan Besar Ukraina,” ujar Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Lita Rahmiati yang mewakili Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Sementara itu dalam pidatonya, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin juga menambahkan, “di 30 tahun terakhir…, kita masih merasakan kala-kala pertama di hubungan bilateral kita, seperti acara pemutaran film ini. Sayangnya, tapi juga dengan bahagia, kita akan mengalami berbagai pengalaman pertama bersama ke depannya.”

Acara ini diselenggarakan sebagai bentuk pertukaran budaya antara kedua negara. Namun, pemutaran film ini memiliki signifikansi yang unik bagi Ukraina yang sedang dilanda perang.

“Saya berdoa agar kalian tidak akan pernah menjadi saksi dari perjuangan untuk kemerdekaan. Saya mendoakan kalian kedamaian, kemakmuran, dan stabilitas bagi Republik Indonesia. Untuk Ukraina… seperti yang kami nyanyikan di lagu kebangsaan kami, ‘kami akan memberi jiwa dan raga kami untuk kemerdekaan kami’. Dua tahun yang lalu, hal ini menjadi kata-kata penting bagi kami karena sekali lagi, masyarakat Ukraina berdiri untuk mempertahankan kemerdekaan kami,” ujar Duta Besar Vasyl Hamianin.

“(Acara ini dilaksanakan) untuk memberi bagian dari jiwa kami. Untuk memberi pesan spiritual yang tidak tertulis, pesan yang tersirat tentang diri kami. Dan kami berharap acara ini dapat membuat kita saling memahami satu sama lain, menjadikan kita lebih dekat, dan menjadikan dunia ini tempat yang lebih aman dan baik,” lanjutnya.

Pertukaran Budaya sebagai Bentuk Perjuangan

Ukraine-Indonesia Movie Days gift
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin (kiri) memberi oleh-oleh kepada Museum Perumusan Naskah Proklamasi berupa poster kutipan-kutipan Ir. Soekarno yang diterjemahkan ke Bahasa Ukraina. (Liputan6/Siti Syafania Kose)

Pada pembukaan Ukraine-Indonesia Movie Days, Dubes Hamianin menekankan pentingnya penonton untuk mengerti pesan-pesan dalam film-film yang ditayangkan. 

“Saya berharap kalian untuk, tidak hanya menikmati, tetapi saya ingin kalian untuk mengerti dan melihat apa yang kami rasakan sekarang,” ujar Dubes Ukraina.

Baginya, pertukaran budaya merupakan salah satu bentuk perjuangan Ukraina dalam perangnya melawan Rusia.

Dubes Vasyl Hamianin mengatakan, “saat melawan agresi brutal Rusia terhadap Ukraina, kami mengerti kalau semua hal dapat menjadi senjata kami... Dan kebudayaan adalah senjata yang sangat kuat yang kami pakai untuk bertahan hidup, untuk mengenal diri kami sendiri, dan untuk membuat orang lain mengerti diri kami.”

Bagi Ukraina, acara ini bukan sekedar pertunjukkan film atau acara kebudayaan semata, tetapi juga bagian dalam perjuangan mereka untuk menjaga kebudayaan dan identitas bangsa mereka.

“Kami bukan bagian dari kebudayaan kedua atau ketiga. Kami unik, kami adalah budaya tersebut. Kami adalah pembawa budaya tersebut. Kami adalah orang-orang yang tanpanya budaya ini tidak akan ada. Jadi memperjuangkan budaya dan memperjuangkan kelangsungan hidup kami memiliki arti yang sama bagi kami,” ucap Duta Besar Ukraina itu.

“Bayangkan bahasa kalian menghilang karena kalian lupa. Itu akan menjadi akhir untuk budaya kalian dan kalian akan berubah menjadi sesuatu yang lain. Maka dari itu, kami melakukan ini di setiap saat dan seluruh penjuru dunia, terutama di Ukraina, tetapi juga di sini, di Indonesia,” lanjutnya.

Dua Film Ditayangkan Saat Pembukaan

Ukraine-Indonesia Movie Days
Film Lightning Bolt Save the House (atas) dan Ibu Ora Sare (bawah). (Liputan6/Siti Syafania Kose)

Tidak hanya mendengar pidato dari berbagai figur, pembukaan Ukraine-Indonesia Movie Days juga memberi kesempatan bagi para pengunjung untuk menonton dua film: Ibu Ora Sare (Sleepless Mom) dan Lightning Bolt Save the House.

Ibu Ora Sare adalah film pendek asal Indonesia keluaran tahun 2021 yang menceritakan kisah Gogor, seorang siswa sekolah dasar, dan ibunya. Gogor tidak memiliki sosok ayah di hidupnya, sehingga ia hanya dirawat oleh ibunya. Tanpa bantuan dari seorang suami, ibunya harus bekerja serabutan sekaligus merawat anaknya. Disampaikan sebagian besar dengan bahasa daerah, film ini menunjukkan dinamika keluarga yang tidak lazim dan perjuangan-perjuangan yang harus dilakukan seorang ibu tunggal.

Sedangkan Lightning Bolt Save the House, film pendek asal Ukraina, menunjukkan tradisi Malanka, perayaan tahun baru khas Ukraina. Film ini menunjukkan proses tradisi tersebut, mulai dari pembuatan topeng-topeng yang dipakai saat Malanka, hingga perayaannya. Suasana malam tahun baru yang ceria dalam film ini disandingkan dengan renungan tentang betapa sepinya sebuah pemukiman di Ukraina setelah satu demi satu orang meninggalkan tempat tersebut.

Kedua film ini menunjukkan potret dari masyarakat masing-masing negara. Sikap, budaya, dan tradisi terlihat pekat dalam film-film ini. 

Namun, masih banyak lagi film yang akan ditayangkan di dua hari berikutnya dalam acara ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya