Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa kita berupaya untuk bersembunyi ketika kita merasa takut akan sesuatu. Misalnya, ketika menonton film horor, seketika kita bersembunyi di balik selimut.
Alasan tersebut pertama kali dicetuskan pada tahun 1915 oleh ahli fisiologi Walter Bradford Cannon.
Frasa melawan atau lari menggambarkan dua naluri inti yang dapat dimiliki hewan (termasuk manusia) saat merasakan ancaman: melawan atau melarikan diri, dikutip dari laman Mentalfloss, Jumat (4/10/2024).
Advertisement
Melawan dan lari sekarang sudah dikenal luas, tetapi reaksi ketiga yang muncul ada membeku.
Respons membeku memengaruhi semua orang, tetapi baru mulai mendapat perhatian signifikan pada tahun 1970-an, ketika psikolog Gordon G. Gallup Jr. menyamakan imobilitas tonik --respons membeli hewan sebagai respons terhadap predator -- dengan respons terhadap rasa takut.
Apa yang membuat kita membeku atau berusaha bersembunyi ketika ada rasa takut?
Saat Anda merasa terancam, reaksi berantai dimulai di otak Anda. Amigdala, yang bertanggung jawab untuk merasakan rasa takut, mengirimkan sinyal ke hipotalamus, yang mengatur zat pada tubuh dan otak Anda.
Hipotalamus kemudian merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon stres seperti adrenalin. Ini memicu dua bagian sistem saraf otonom (tidak sadar) Anda: sistem saraf simpatik dan parasimpatik.
Â
Sistem Saraf Mengendalikan Tubuh
Sistem saraf simpatik dalam tubuh ini lalu mengendalikan tindakan. Saat sistem ini dominan, rasanya seperti ledakan energi yang mengarahkan Anda ke arah ancaman atau menjauh darinya alias melawan atau lari.
Sistem saraf parasimpatik melakukan yang sebaliknya. Perannya adalah membantu Anda untuk tenang dan pulih setelah ancaman berlalu. Jadi ketika sistem ini dominan, ia membuat Anda tetap diam. Dengan kata lain: Anda membeku.
Dalam respons membeku, otak dan tubuh Anda bekerja untuk mengevaluasi ancaman.
Ini adalah padanan naluriah dari menekan jeda atau mengambil napas dalam-dalam sebelum bertindak. Pendengaran Anda menjadi lebih tajam sehingga Anda dapat melihat sekeliling dengan lebih jelas; detak jantung dan napas Anda melambat untuk menghemat energi; rasa sakit mengganggu, sehingga persepsi Anda terhadap rasa sakit sering kali berkurang.
Semua ini terjadi dalam sepersekian detik, sebelum "otak berpikir" Anda terlibat dan mulai menganalisis situasi dengan lebih rasional.
Advertisement