Mengenal Hujan Meteor Draconid dan Orionid, Dapat Disaksikan Oktober 2024

Hujan meteor Draconid berasal dari puing-puing komet. Induk dari hujan meteor Draconid bernama komet P/Giacobini-Zinner.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 09 Okt 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2024, 03:00 WIB
Ilustrasi hujan meteor
Ilustrasi hujan meteor. (Photo by Austin Schmid on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Ada dua hujan meteor yang akan menghiasi langit pada Oktober 2024 ini yakni, hujan meteor Draconid dan Orionid. Melansir laman BRIN pada Selasa (08/10/2024), hujan meteor Draconid akan mencapai puncaknya pada 7 hingga 8 Oktober 2024.

Sementara hujan meteor Orionid akan mencapai puncaknya pada 21 hingga 22 Oktober 2024. Fenomena astronomi hujan meteor terjadi ketika meteoroid, sisa komet atau asteroid, terbakar saat memasuki atmosfer bumi.

Dikutip dari laman Space pada Selasa (08/10/2024), hujan meteor Draconid termasuk salah satu hujan meteor minor dengan guguran sedikit. Jika langit dalam kondisi gelap, kamu dapat melihat sekitar 5 hingga 10 meteor per jam.

Pada 2024, pengamat diuntungkan karena waktu tersebut bulan sedang berada dalam fase sabit dan kecerahannya hanya sekitar 27 persen. Titik puncak guguran hujan meteor Draconid dapat diamati di kepala konstelasi Draco sang naga.

Namun, untuk bisa melihatnya sebetulnya tidak harus dengan menemukan titik konstelasi Draco ini. Hujan meteor ini tetap dapat diamati selama langit cerah dan pencahayaan sekitar minim.

Hujan meteor Draconid berasal dari puing-puing komet. Induk dari hujan meteor Draconid bernama komet P/Giacobini-Zinner.

Komet tersebut ditemukan pada 20 Desember 1900 oleh Giacobini di Observatorium Nice di Prancis. Selanjutnya, komet diamati oleh Ernst Zinner pada 23 Oktober 1913.

Dibanding komet lain, komet P/Giacobini-Zinner memiliki ukuran yang cukup kecil. Diameter komet tersebut 1,24 mil atau sekitar 2 kilometer.

 


6,6 Tahun

Komet induk hujan meteor Draconid ini membutuhkan waktu sekitar 6,6 tahun untuk mengorbit matahari. Pada masa lalu, puing-puing komet P/Giacobini-Zinner pernah menghasilkan badai meteor.

Peristiwa tersebut terjadi pada 1933 dan 1940. Fenomena badai meteor tersebut menghasilkan ratusan bahkan ribuan meteor per jam yang bisa diamati dari bumi.

Perlu diketahui, sebagian puing komet tersebar secara tidak merata di sekitar orbitnya. Namun, sebagian besar berkumpul di dekat komet.

Ketika komet mendekati tata surya dan atmosfer bumi, akan muncul hujan meteor yang spektakuler. Pada 1985, 1998, dan 2018, guguran hujan meteor Draconid mengalami peningkatan.

Selanjutnya, pada 2011, pengamat di Eropa bahkan melihat lebih dari 600 meteor per jam dari hujan meteor Draconid. Meski demikian, tidak terjadi fenomena badai meteor sebagaimana pada puluhan tahun lalu.

Komet 21P/Giacobini-Zinner juga berada di perihelion atau titik terdekatnya dengan bumi pada 10 September 2018 lalu. Pada waktu tersebut pun terjadi peningkatan guguran meteor.

Menghitung periode orbitnya, diperkirakan perihelion berikutnya terjadi pada 2025. Meski demikian, peneliti tidak dapat memperkirakan adanya ledakan walaupun mungkin saja terjadi.

Sementara itu, hujan meteor orionid mencapai puncaknya pada pertengahan Oktober setiap tahun. Fenomena langit ini dianggap sebagai salah satu hujan meteor terindah pada 2024 ini.

 


Komet Halley

Melansir laman NASA pada Selasa (08/10/2024), hujan meteor Orionid disebabkan oleh Komet Halley. Komet ini mengorbit matahari setiap 76 tahun dan melepaskan gas serta debu di jalurnya.

Ketika Bumi melewati jalur Komet Halley, partikel-partikel kecil tersebut masuk ke atmosfer dengan kecepatan tinggi yang dapat mencapai hingga 66 km/detik ke atmosfer bumi. Proses dari gesekan ini yang menyebabkan timbulnya garis-garis berwarna-warni yang sering kali terlihat seperti bintang jatuh.

Meskipun Komet Halley memerlukan waktu yang sangat lama untuk sekali mengorbit matahari. Hujan meteor Orionid tetap muncul setiap tahunnya.

Meteor orionid dikenal karena kecerahan dan kecepatannya. Meteor ini bergerak cepat melaju dengan kecepatan sekitar 148.000 mph (66 km/s) ke atmosfer bumi.

Meteor cepat dapat meninggalkan kereta bercahaya yang berlangsung selama beberapa detik hingga menit. Meteor cepat terkadang juga dapat berubah menjadi bola api.

Hujan meteor Orionid akan berlangsung hingga 7 November 2024. Saat puncak, diperkirakan akan muncul sebanyak 20 meteor per jam.

Orionid dapat dilihat di belahan bumi utara dan selatan selama beberapa jam setelah tengah malam. Titik radian atau titik di langit tempat Orionid muncul adalah konstelasi Orion.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya