Liputan6.com, Jakarta - Alam semesta tempat yang sangat luas dan kompleks, tempat di mana galaksi, bintang, planet dan materi berada. Dalam sains, usia alam semesta bisa diperkirakan menggunakan sejumlah teori.
Melansir laman Live Science pada Senin (14/10/2024), teleskop Ruang Angkasa Planck Badan Antariksa Eropa (ESA) memperkirakan usia alam semesta ini adalah 13,82 miliar tahun. Perhitungan tersebut didasarkan pada peta paling detail dari latar belakang gelombang mikro kosmik atau radiasi elektromagnetik.
Gelombang ini telah ditinggalkan sejak tahun-tahun awal alam semesta, untuk menciptakan citra baru alam semesta ini. Perkiraan lainnya berdasarkan Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) NASA yang diluncurkan untuk mengukur perbedaan suhu di langit dengan latar belakang gelombang mikro kosmik.
Advertisement
Baca Juga
Pada 2016, NASA menyebut bahwa perkiraan usia alam semesta adalah 13,77 miliar tahun. Sementara, berdasarkan Teori Hubble yang mendasarkan perhitungan pada tingkat ekspansi alam semesta, perkiraan usia alam semesta berkisar 13,6 hingga 14 miliar tahun.
Kisaran ini berbeda-beda tergantung konstanta Hubble yang digunakan. Namun, penelitian terbaru dari Universitas Ottawa menyebut usia alam semesta kemungkinan dua kali lebih tua dari perkiraan di atas.
Penelitian yang dilakukan Universitas Ottawa memperpanjang waktu pembentukan galaksi selama beberapa miliar tahun dan membuat alam semesta berusia 26,7 miliar tahun. Terlepas dari hasil penelitian tentang umur alam semesta di atas, ada beberapa cara yang digunakan astronom untuk menghitung alam semesta.
Dikutip dari laman NASA pada Senin (14/10/2024), salah satu teori tentang usia alam semesta adalah dengan mengetahui umur bintang. Umur bintang dapat diketahui dengan mempelajari gugus bola, yaitu kumpulan padat yang terdiri dari sekitar satu juta bintang.
Gugus bola dianggap sebagai jam kosmik karena semua bintang dalam gugus bola terbentuk dalam waktu yang hampir bersamaan. Para astronom tinggal menghitung umur bintang berdasarkan pada massanya.
Cara Menghitung
Cara menghitung usia alam semesta juga bisa berdasarkan teori bahwa alam semesta terus berkembang atau memuai atau berekstrapolasi. Para ilmuwan dapat memperkirakan usia alam semesta dengan mengukur konstanta Hubble (H0).
Hal ini berkaitan dengan Teori Big Bang, yaitu teori tentang ledakan yang mengawali pembentukan alam semesta hingga ukurannya terus mengembang hingga sekarang. Ada sejumlah teknik berbeda untuk menentukan konstanta Hubble.
Masing-masing teknik menghasilkan angka berbeda. Namun, rentang perbedaan nilai konstanta Hubble ini semakin menyempit sehingga menghasilkan angka yang tak jauh berbeda.
Namun yang menjadi dasar asumsi mengenai umur alam semesta adalah usia dari alam semesta pasti lebih tua daripada bintang tertua. Jika hasil perhitungan usia alam semesta lebih kecil dari usia bintang tertua, maka perlu dipertanyakan, apakah yang salah adalah Teori Big Bang, atau kita harus memodifikasi teori relativitas, atau mungkin kita harus mengubah keyakinan tentang evolusi bintang.
Advertisement
Bintang Tertua di Alam Semesta
Bintang Methuselah juga dikenal sebagai HD 140283 adalah salah satu bintang tertua yang diketahui di alam semesta. Diperkirakan usianya mencapai sekitar 14,46 miliar tahun.
Bintang ini hanya sekitar 200 juta tahun lebih muda dari usia alam semesta. Hal ini menjadikan Methuselah sebagai salah satu bintang tertua yang masih ada.
Melansir laman Space pada Senin (14/10/2024), bintang tertua di alam semesta ini terletak di antara rasi bintang Ophiuchus dan bintang Zubeneschamali (beta Librae), bintang paling terang dalam rasi bintang Libra. Bintang Methuselah pertama kali ditemukan pada 1912 oleh seorang astronom Amerika bernama Walter Adams.
Berdasarkan pengamatan menggunakan Teleskop Antariksa Hubble, astronom memperkirakan bintang Methuselah berjarak 190,1 tahun cahaya dari bumi. Sekelompok astronom dari European Space Agency (ESA) mencoba menentukan umur bintang Methuselah menggunakan satelit Hipparcos pada 2000-an.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dipublikasikan, ditemukan usia bintang Methuselah, yakni 16 miliar tahun. Jika bintang Methuselah berusia 16 miliar tahun, berarti bintang ini berusia 2,2 miliar tahun lebih tua dari alam semesta.
Secara logika, tidak mungkin, sebuah bintang bisa tercipta jika bahan-bahan pembentuknya saja belum ada. Ilmuan tentunya tidak menerima begitu saja usia bintang Methuselah seperti yang diungkapkan pada penelitian sebelumnya.
Berbagai penelitian terus dilakukan untuk mengungkap kebenaran di balik usia bintang ini. Bond dan timnya meneliti usia bintang Methuselah menggunakan bantuan Teleskop Antariksa Hubble.
Pada 2013, mereka mempublikasikan usia bintang Methuselah, yakni 14,46 miliar tahun (dengan kekeliruan perhitungan ±0,8 miliar tahun). Meskipun masih tua dari alam semesta, setidaknya usia ini jauh lebih muda dari perkiraan usia sebelumnya.
Pada 2021, Tang dan timnya memublikasikan jurnal mengenai revisi usia dan massa bintang Methuselah. Dalam jurnalnya, Tang menyimpulkan usia bintang Methuselah adalah 12,01 miliar tahun (dengan kekeliruan perhitungan ±0,5 miliar tahun), membuat bintang Methuselah sekitar 1-2 miliar tahun lebih muda dari alam semesta.
(Tifani)