Kanada dan India Saling Usir Diplomat terkait Kasus Pembunuhan Hardeep Singh Nijjar

Hubungan Kanada dan India tegang sejak pembunuhan Hardeep Singh Nijjar pada 18 Juni 2023.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 15 Okt 2024, 09:31 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2024, 09:31 WIB
Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan dia tidak akan mentolerir separatisme, sementara Justin Trudeau berusaha keras untuk menghilangkan persepsi di India bahwa Kanada miliknya adalah tempat yang aman bagi ekstremis Sikh. (Foto: AFP / Money Sharma)
Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan dia tidak akan mentolerir separatisme, sementara Justin Trudeau berusaha keras untuk menghilangkan persepsi di India bahwa Kanada miliknya adalah tempat yang aman bagi ekstremis Sikh. (Foto: AFP / Money Sharma)

Liputan6.com, Ottawa - Kanada mengatakan telah mengidentifikasi diplomat tertinggi India di wilayahnya sebagai orang yang berkepentingan dalam pembunuhan seorang aktivis Sikh di sana dan mengusirnya beserta lima diplomat lainnya pada hari Senin (14/10/2024). Langkah ini menandai meningkatnya pertikaian atas pembunuhan pada bulan Juni 2023 dan tuduhan kejahatan lainnya.

"Kami tidak akan pernah menoleransi keterlibatan pemerintah asing yang mengancam dan membunuh warga negara Kanada di tanah Kanada," kata Perdana Menteri (PM) Justin Trudeau, seperti dilansir kantor berita AP, Selasa (15/10).

Dia menuduh bahwa para diplomat tersebut mengumpulkan informasi tentang warga negara Kanada dan meneruskannya ke kejahatan terorganisir untuk menyerang warga negara Kanada.

"India telah melakukan kesalahan besar," ujarnya.

India menolak tuduhan dengan menyebutnya tidak masuk akal, menuduh Trudeau menjilat komunitas Sikh yang besar di Kanada demi keuntungan politik.

Kementerian Luar Negeri India pada gilirannya mengatakan akan mengusir komisaris tinggi sementara Kanada dan lima diplomat lainnya, menambahkan bahwa mereka diperintahkan untuk pergi paling lambat Sabtu (19/10) malam.

Tahun lalu, PM Trudeau mengatakan ada tuduhan kredibel bahwa pemerintah India memiliki keterkaitan dengan pembunuhan aktivis Sikh Hardeep Singh Nijjar di Kanada.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Kanada Melanie Joly pada Senin memastikan Kepolisian Kanada telah mengumpulkan bukti yang cukup, jelas, dan konkret yang mengidentifikasi enam orang sebagai orang yang berkepentingan dalam kasus Nijjar.

Joly mengatakan India diminta untuk melepaskan kekebalan diplomatik dan konsuler serta bekerja sama dalam penyelidikan, namun menolak. Dia meminta agar pemerintah India mendukung penyelidikan yang sedang berlangsung karena kedua negara berkepentingan menyelesaikan masalah ini.

Mendukung pernyataan Menlu Joly, Komisaris Polisi Kanada Mike Duheme mengatakan polisi memiliki bukti yang diduga menghubungkan agen pemerintah India dengan pembunuhan dan tindakan kekerasan lainnya di Kanada.

"Tim telah mempelajari sejumlah besar informasi tentang luas dan dalamnya aktivitas kriminal yang diatur oleh agen pemerintah India dan ancaman konsekuensial terhadap keselamatan dan keamanan warga Kanada dan individu yang tinggal di Kanada," tutur Duheme.

Duheme menolak memberikan keterangan spesifik, dengan alasan investigasi yang sedang berlangsung. Namun, dia mengatakan ada lebih dari selusin ancaman yang kredibel dan mendesak yang mengakibatkan polisi memperingatkan anggota komunitas Asia Selatan, terutama gerakan pro-Khalistan atau gerakan kemerdekaan Sikh.

Upaya untuk berdiskusi dengan penegak hukum India, klaim Duheme, tidak berhasil.

Siapa Hardeep Singh Nijjar?

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Perdana Menteri India Narendra Modi di sela-sela KTT G20 di New Delhi, India. (Twitter/@narendramodi)
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Perdana Menteri India Narendra Modi di sela-sela KTT G20 di New Delhi, India. (Twitter/@narendramodi)

Nijjar ditembak mati di luar kuil Sikh yang dipimpinnya di Surrey, British Columbia. Sebagai warga negara Kanada kelahiran India, dia memiliki bisnis perpipaan dan menjadi pemimpin dalam apa yang tersisa dari gerakan yang dulunya kuat untuk menciptakan tanah air Sikh yang merdeka.

Empat warga negara India yang tinggal di Kanada didakwa atas pembunuhan Niijar.

India menetapkan Nijjar sebagai teroris pada tahun 2020 dan pada saat kematiannya, New Delhi telah berupaya menangkapnya atas dugaan keterlibatan dalam serangan terhadap seorang pendeta Hindu.

Pemerintahan Narendra Modi telah berulang kali mengkritik pemerintah Trudeau karena bersikap lunak terhadap pendukung gerakan Khalistan yang tinggal di Kanada. Gerakan Khalistan sendiri dilarang di India, namun mendapat dukungan dari diaspora Sikh, khususnya di Kanada.

India telah meminta negara-negara seperti Kanada, Australia, dan Inggris untuk mengambil tindakan hukum terhadap aktivis Sikh. India khususnya telah menyampaikan kekhawatiran ini kepada Kanada, di mana kaum Sikh mencakup hampir 2 persen dari populasi negara tersebut.

Menanggapi tuduhan Kanada sebelumnya, India meminta Kanada tahun lalu untuk mendeportasi 41 dari 62 diplomatnya di wilayahnya. Hubungan antara kedua negara dingin sejak saat itu.

Kementerian Luar Negeri India mengatakan pada hari Senin, "India berhak mengambil langkah lebih lanjut sebagai tanggapan atas dukungan pemerintah Trudeau terhadap ekstremisme, kekerasan, dan separatisme terhadap India."

Kementerian tersebut juga memanggil diplomat tertinggi Kanada di New Delhi dan mengatakan kepadanya bahwa "penargetan yang tidak berdasar" terhadap komisaris tinggi India dan diplomat serta pejabat lainnya di Kanada sama sekali tidak dapat diterima.

Salah satu diplomat, Stewart Wheeler, mengatakan kepada wartawan setelah dipanggil bahwa India harus menyelidiki tuduhan tersebut dan bahwa Kanada "siap untuk bekerja sama dengan India".

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyebutkan bahwa komite penyelidikan India yang dibentuk untuk menyelidiki rencana pembunuhan terhadap pemimpin separatis Sikh terkemuka lainnya yang tinggal di New York akan melakukan perjalanan ke Washington pada hari Selasa sebagai bagian dari penyelidikan yang sedang berlangsung untuk membahas kasus tersebut.

"Selain itu, India telah memberi tahu AS bahwa mereka melanjutkan upaya mereka untuk menyelidiki hubungan lain dengan mantan pegawai pemerintah dan akan menentukan langkah-langkah tindak lanjut, sebagaimana diperlukan," sebut Kementerian Luar Negeri AS.

Tahun lalu, jaksa penuntut AS mengatakan seorang pejabat pemerintah India mengarahkan rencana pembunuhan pemimpin separatis Sikh Gurpatwant Singh Pannun di wilayah AS dan mengumumkan dakwaan terhadap seorang pria yang mereka katakan sebagai bagian dari konspirasi yang digagalkan.

Pejabat tersebut tidak didakwa atau diidentifikasi namanya, namun digambarkan sebagai "perwira lapangan senior" dengan tanggung jawab dalam manajemen keamanan dan intelijen, dan dikatakan sebelumnya bertugas di Kepolisian Cadangan Pusat India.

India pada saat itu menyatakan keprihatinannya setelah AS mengangkat masalah tersebut dan mengatakan India menanggapinya dengan serius.

Menlu Kanada pada hari Senin mencatat bahwa India bekerja sama dengan pejabat AS dan dapat melakukannya dengan Kanada juga.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya