Studi Ungkap Bagaimana Cara Otak Manusia Memperbaiki Diri

Meskipun manusia dapat memperbaiki luka pada kulit dengan menumbuhkan sel kulit baru, proses yang sama tidak terjadi pada cedera otak. Lalu, bagaimana otak manusia memperbaiki diri setelah mengalami kerusakan?

oleh Switzy Sabandar diperbarui 23 Okt 2024, 05:00 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2024, 05:00 WIB
Ilustrasi otak manusia
Ilustrasi otak manusia Credit by unsplash.com/robina weermeijer

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar makhluk hidup memiliki kemampuan regeneratif yang mengesankan, seperti menumbuhkan kaki dan ekor baru. Ikan dan salamander bahkan dapat menumbuhkan sel otak baru untuk memperbaiki bagian otak yang rusak.

Kemampuan ini memungkinkan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan yang keras dan menghadapi berbagai tantangan. Sayangnya, mamalia, termasuk manusia, memiliki kemampuan regenerasi yang lebih terbatas, terutama dalam konteks perbaikan jaringan otak.

Dikutip dari laman Science Fokus pada Selasa (22/10/2024), hewan vertebrata lain dapat terus mengganti neuron sepanjang hidup mereka, sementara mamalia mengalami penurunan kemampuan tersebut seiring bertambahnya usia.

Meskipun manusia dapat memperbaiki luka pada kulit dengan menumbuhkan sel kulit baru, proses yang sama tidak terjadi pada cedera otak. Lalu, bagaimana otak manusia memperbaiki diri setelah mengalami kerusakan?

Setiap sel otak memiliki ribuan koneksi yang berbeda, dan otak mampu melakukan perutean ulang yang cukup luas. Saat otak terluka, ia dapat mencoba melewati sel-sel yang rusak dengan membentuk koneksi baru antarneuron untuk menggerakkan fungsi yang hilang.

Hal ini adalah bentuk adaptasi yang menunjukkan fleksibilitas otak manusia. Dengan cedera otak yang parah, hal itu dapat mengakibatkan perubahan bentuk yang dramatis, hingga seluruh fungsi dialihkan ke bagian otak yang berbeda.

Misalnya, fungsi pendengaran dapat diambil alih oleh korteks visual, dan sebaliknya. Fenomena ini menunjukkan bagaimana otak manusia berusaha untuk mempertahankan fungsinya meskipun mengalami kerusakan.

 

Neuroplastisitas

Proses neuroplastisitas juga terjadi saat manusia mempelajari keterampilan baru. Neuroplastisitas bergantung pada sel saraf itu sendiri serta sel pendukung yang disebut sel glial.

Sel glial berperan penting dalam membantu membuat koneksi baru dan memperbaiki myelin, yaitu penutup pelindung di sekitar serat saraf yang mempercepat impuls saraf. Tanpa myelin yang sehat, komunikasi antar sel saraf menjadi terganggu, yang dapat mempengaruhi fungsi otak secara keseluruhan.

Selain itu, serabut saraf (akson) yang membawa sinyal juga memiliki kapasitas untuk menumbuhkan cabang baru ketika badan utama sel saraf masih utuh. Hl ini menambah potensi otak untuk memperbaiki dan menyesuaikan diri dengan pengalaman baru serta kerusakan.

Tidak hanya kulit, ada beberapa bagian tubuh manusia yang dapat melakukan proses regeneratif. Hati, misalnya, memiliki kemampuan luar biasa untuk memperbaiki diri.

Hati dapat menumbuhkan jaringan sel baru meskipun sebagian jaringan telah mati, selama organ tersebut tidak terkena penyakit sirosis atau kanker hati. Kemampuan regeneratif ini menjadikan hati organ yang vital dan memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan tubuh.

Selain itu, tubuh manusia dapat menciptakan melebarkan arteri jika terjadi penyumbatan. Proses ini disebut dengan angiogenesis yang memungkinkan tubuh untuk membangun beberapa arteri baru agar aliran darah dapat kembali normal.

Namun, angiogenesis ini tidak terjadi pada semua orang, hanya mereka yang memiliki tubuh sehat dengan kadar kolesterol yang rendah yang mampu melakukannya. Jika kadar kolesterol tinggi, proses pembesaran dan pembentukan arteri baru bisa gagal karena sel darah dapat tersumbat.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya