Pentagon Sebut Korea Utara Kirim 10.000 Tentara ke Rusia untuk Berperang di Ukraina

Langkah Korea Utara dinilai akan mengintensifkan perang Ukraina yang telah berlangsung hampir tiga tahun.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 29 Okt 2024, 09:13 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2024, 09:13 WIB
Vladimir Putin dan Kim Jong Un di ibu kota Korea Utara pada Rabu (19/6/2024).
Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pyongyang Sunan International Airport pada Rabu (19/6/2024). (Dok. AP Photo/Gavriil Grigorov, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Washington, DC - Korea Utara mengirim sekitar 10.000 tentara ke Rusia untuk berlatih dan bertempur di Ukraina dalam beberapa pekan ke depan. Demikian disampaikan Pentagon pada hari Senin (28/10/2024).

Beberapa tentara Korea Utara telah bergerak mendekati Ukraina, kata juru bicara Pentagon Sabrina Singh, dan diyakini sedang menuju wilayah perbatasan Kursk, di mana Rusia berjuang memukul mundur serangan Ukraina.

Sebelumnya pada hari Senin, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengonfirmasi laporan intelijen Ukraina baru-baru ini bahwa beberapa unit militer Korea Utara telah berada di wilayah Kursk.

Menambahkan ribuan tentara Korea Utara ke konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II akan menambah tekanan pada tentara Ukraina yang lelah dan kewalahan. Barat meyakini hal ini juga akan memicu ketegangan geopolitik di Semenanjung Korea dan kawasan Indo-Pasifik yang lebih luas, termasuk Jepang dan Australia.

Rutte mengatakan kepada wartawan di Brussels bahwa pengerahan pasukan Korea Utara merupakan "eskalasi signifikan" dan "ekspansi berbahaya".

Menyusul perkembangan yang terjadi, Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinkend dilaporkan akan bertemu dengan rekan-rekan mereka dari Korea Selatan pada akhir pekan ini di Washington.

Singh menuturkan Austin dan Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Yong-hyun akan membahas pengerahan tentara Korea Utara di Ukraina. Menurut Singh, tidak akan ada batasan penggunaan senjata yang disediakan AS terhadap pasukan Korea Utara.

"Jika kita melihat pasukan DPRK (merujuk pada akronim nama resmi Korea Utara) bergerak ke garis depan mereka adalah pihak yang berperang bersama," kata Singh seperti dilansir AP, Selasa (29/10).

"Ini adalah perhitungan yang harus dilakukan Korea Utara."

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menepis komentar Rutte dan menggarisbawahi bahwa Korea Utara dan Rusia menandatangani pakta keamanan bersama Juni lalu. Namun, Lavrov tidak mengonfirmasi keberadaan tentara Korea Utara di Rusia.

Sebaliknya, Lavrov menekankan bahwa instruktur militer Barat telah lama dikerahkan secara diam-diam ke Ukraina untuk membantu militer negara itu menggunakan senjata jarak jauh yang disediakan oleh mitra Barat.

Tidak jelas bagaimana atau kapan sekutu NATO akan menanggapi keterlibatan Korea Utara. Mereka dapat, misalnya, mencabut pembatasan yang mencegah Ukraina menggunakan senjata yang dipasok Barat untuk serangan jarak jauh di tanah Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mengutip laporan intelijen, mengklaim pada Jumat (25/10) bahwa pasukan Korea Utara akan berada di medan perang dalam beberapa hari.

Sebelumnya, dia menuturkan pemerintahnya memiliki informasi bahwa sekitar 10.000 tentara dari Korea Utara sedang dipersiapkan untuk bergabung dengan pasukan Rusia yang berperang melawan negaranya.

Beberapa hari sebelum Zelenskyy berbicara, pejabat AS dan Korea Selatan mengatakan ada bukti Korea Utara telah mengirim pasukan ke Rusia.

Ukraina, yang pertahanannya berada di bawah tekanan Rusia yang parah di wilayah Donetsk timur, bisa mendapatkan berita yang lebih suram dari Pilpres AS pekan depan. Kemenangan Donald Trump dapat menyebabkan bantuan militer utama AS berkurang.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya