Naim Qassem Jadi Sekjen Hizbullah, Reaksi Israel: Dia Tidak Akan Lama

Qassem telah lama berada di jajaran pejabat tinggi Hizbullah sebelum akhirnya diumumkan sebagai sekjen.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 30 Okt 2024, 07:19 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2024, 07:19 WIB
Pemimpin Hizbullah Naim Qassem.
Pemimpin Hizbullah Naim Qassem. (Dok. AP/Hussein Malla)

Liputan6.com, Tel Aviv - Hizbullah telah menunjuk Naim Qassem (71) sebagai pemimpin barunya pada hari Selasa (29/10/2024) dan Israel meresponsnya dengan mengatakan bahwa masa jabatannya akan berlangsung dengan singkat.

Qassem memimpin kelompok itu setelah Israel membunuh pendahulunya Hassan Nasrallah di Beirut, Lebanon, pada 27 September. Sepekan setelah kematian Nasrallah, tokoh senior yang dianggap kuat sebagai penerusnya, Hashem Safieddine, juga tewas dalam serangan Israel.

"Penunjukan sementara. Tidak akan lama," tulis Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant di platform media sosial X disertai dengan foto Qassem.

Sebelumnya, Hizbullah mengumumkan bahwa Dewan Syura-nya telah memilih Qassem sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan untuk memilih sekretaris jenderal.

Qassem diangkat sebagai wakil kepala Hizbullah pada tahun 1991 oleh sekretaris jenderal kelompok bersenjata itu saat itu, Abbas al-Musawi, yang tewas dalam serangan helikopter Israel pada tahun berikutnya. Demikian seperti dilansir CNA, Rabu (30/10).

Qassem tetap menjabat saat Nasrallah menjadi pemimpin dan telah lama menjadi salah satu juru bicara utama Hizbullah, melakukan wawancara dengan media asing, termasuk saat permusuhan lintas batas dengan Israel berkecamuk selama setahun terakhir.

Sejak pembunuhan Nasrallah, Qassem telah memberikan tiga pidato di televisi, termasuk satu pidato pada 8 Oktober, di mana dia mengatakan mendukung upaya untuk mencapai gencatan senjata bagi Lebanon.

Dalam akun resmi berbahasa Arab di X, pemerintah Israel juga mengatakan, "Masa jabatannya mungkin menjadi yang terpendek dalam sejarah organisasi teroris ini jika dia mengikuti jejak pendahulunya Hassan Nasrallah dan Hashem Safieddine."

"Tidak ada solusi di Lebanon kecuali membubarkan organisasi ini sebagai kekuatan militer."

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya