Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Tel Aviv University mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa tanaman ternyata dapat mengeluarkan suara. Penelitian ini, yang dipublikasikan dalam jurnal Cell pada 2023.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa tanaman bisa mengeluarkan suara "teriakan" saat mereka dicabut, mengalami stres, atau kekurangan air. Melansir laman Live Science pada Selasa (12/11/2024), suara yang dihasilkan oleh tanaman mirip dengan letupan atau bunyi klik yang berada dalam frekuensi ultrasonik, yaitu di atas 20.000 Hz.
Frekuensi suara ini sangat tinggi dan berada di luar jangkauan pendengaran manusia, yang hanya dapat mendengar suara dalam kisaran frekuensi audiosonik antara 20 Hz hingga 20.000 Hz. Namun, sejumlah hewan, seperti kelelawar, tikus, dan ngengat, kemungkinan besar dapat mendengar suara teriakan tanaman tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Liliach Hadany, seorang ahli biologi evolusioner dari Tel Aviv University yang terlibat dalam penelitian ini, menjelaskan bahwa hewan-hewan tertentu dapat mendengar suara-suara yang dihasilkan oleh tanaman, yang membuka kemungkinan adanya interaksi akustik antara tanaman dan organisme lain. Ketika tanaman mengalami stres, perubahan yang terjadi bisa cukup dramatis.
Selain mengeluarkan suara, tanaman yang stres juga seringkali menunjukkan perubahan visual seperti warna atau bentuk yang berbeda, serta mengeluarkan aroma yang lebih kuat. Untuk mengeksplorasi lebih lanjut apakah tanaman memancarkan sinyal lainnya, tim peneliti melakukan eksperimen untuk mendeteksi suara yang dihasilkan oleh tanaman.
Mereka memilih tanaman tomat dan tembakau sebagai objek penelitian. Tanaman ini ditempatkan dalam kotak-kotak kecil yang dilengkapi dengan mikrofon untuk merekam suara yang dikeluarkan. Perekaman dilakukan di ruang akustik yang kedap suara serta di rumah kaca biasa.
Dalam percobaan pertama, peneliti mengamati tanaman yang tidak sedang stres. Sementara itu, pada percobaan kedua, mereka menguji tanaman yang mengalami dehidrasi dengan batang yang dipotong.
Hasilnya, tanaman yang kekurangan air dan memiliki batang yang terpotong mengeluarkan suara letupan atau bunyi klik sekitar 35 kali per jam. Suara tersebut dapat terdeteksi dalam radius lebih dari satu meter.
Tidak Stres
Sebaliknya, tanaman yang tidak mengalami stres sama sekali tidak mengeluarkan suara dan tetap melakukan aktivitasnya dengan tenang. Peneliti juga menemukan bahwa tanaman yang mengalami stres bisa mengeluarkan suara dengan intensitas yang lebih tinggi, yaitu sekitar 40 klik per jam, tergantung pada spesiesnya.
Untuk memastikan bahwa suara tersebut bukan hanya fenomena yang terjadi pada satu jenis tanaman saja, tim peneliti kemudian menguji berbagai spesies lain, seperti kaktus, gandum, jagung, dan anggur. Hasilnya, semua tanaman tersebut terbukti mengeluarkan suara yang serupa.
Suara yang dikeluarkan oleh tanaman ini, tentu saja, bukan berasal dari pita suara seperti pada manusia. Sebaliknya, suara tersebut berasal dari xilem, yaitu tabung yang mengangkut air dan nutrisi dari akar ke batang dan daun tanaman.
Di dalam xilem, air disangga oleh tegangan permukaan, mirip dengan cara air disedot melalui sedotan. Ketika gelembung udara terbentuk dan pecah dalam xilem, suara letupan kecil dapat terjadi.
Suara teriakan yang dihasilkan oleh tanaman ini berpotensi memicu respons dari organisme lain. Sebagai contoh, suara ini bisa memengaruhi perilaku seekor ngengat yang sedang mencari tempat untuk bertelur, atau hewan herbivora yang sedang mempertimbangkan untuk memakan tanaman tersebut.
Namun, satu hal yang masih belum jelas adalah apakah tanaman dapat merespons suara dari tanaman lain. Apakah tanaman yang sedang stres dapat mendeteksi dan merespons suara tanaman lain yang mengalami situasi serupa masih menjadi pertanyaan yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
(Tifani)
Advertisement