Paus Fransiskus Serukan Penyidikan terkait Dugaan Genosida di Gaza

Serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 membuat Jalur Gaza hampir tidak dapat dihuni.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 18 Nov 2024, 08:13 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2024, 08:13 WIB
Paus Fransiskus
Paus Fransiskus saat mengunjungi Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (5/9/2024). (Dok. Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Vatican City - Paus Fransiskus menyerukan penyelidikan untuk menentukan apakah genosida sedang terjadi di Jalur Gaza, wilayah kantong Palestina. Demikian dilaporkan kantor berita Vatikan pada hari Minggu (17/11/2024).

"Menurut beberapa ahli, apa yang terjadi di Gaza memiliki ciri-ciri genosida. Hal ini perlu diselidiki dengan hati-hati untuk menentukan apakah kejadian tersebut sesuai dengan definisi teknis yang dirumuskan oleh para ahli hukum dan badan internasional," kata Paus Fransiskus dalam sebuah kutipan saat wawancara buku terbarunya, "Hope Never Disappoints: Pilgrims Towards a Better World", yang akan diterbitkan dalam pekan ini seperti dilansir Anadolu, Senin (18/11).

"Saya terutama memikirkan mereka yang meninggalkan Gaza di tengah kelaparan yang menimpa saudara-saudara Palestina mereka, mengingat kesulitan untuk memasukkan makanan dan bantuan ke wilayah mereka," tambah Paus Fransiskus, merujuk pada blokade Israel yang hanya memungkinkan sebagian kecil bantuan yang sangat dibutuhkan oleh lebih dari 2 juta orang masuk ke wilayah kantong tersebut.

Israel saat ini terus melanjutkan serangan yang menghancurkan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang telah menewaskan hampir 44.000 warga Palestina. Kebanyakan dari korban jiwa adalah perempuan dan anak-anak.

Paus Fransiskus sering menyesalkan jumlah korban perang Israel di Jalur Gaza. Namun, menurut Al Jazeera, seruannya atas penyelidikan menandai pertama kalinya dia secara terbuka menggunakan istilah "genosida" dalam konteks serangan militer Israel di Gaza.

Kedutaan Besar Israel di Vatikan pada hari Minggu merespons pernyataan Paus Fransiskus via platform media sosial X.

"Terjadi pembantaian genosida pada tanggal 7 Oktober 2023 terhadap warga negara Israel, dan sejak itu, Israel telah menggunakan haknya untuk membela diri terhadap upaya dari tujuh front berbeda untuk membunuh warga negaranya," sebut Kedutaan Besar Israel untuk Vatikan mengutip pernyataan Duta Besar Yaron Sideman.

"Setiap upaya untuk menyebutnya dengan nama lain adalah tindakan yang membedakan Negara Yahudi."

Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang memiliki 1,4 miliar umat, biasanya berhati-hati untuk tidak memihak dalam konflik internasional dan menekankan de-eskalasi. Namun, dia telah meningkatkan kritiknya terhadap perilaku Israel dalam perang melawan Palestina.

Pada bulan September, dia mengecam pembunuhan anak-anak Palestina dalam serangan Israel di Jalur Gaza. Dia juga mengkritik keras serangan udara Israel di Lebanon melampaui "batas moral".

Di lain sisi, Paus Fransiskus juga sering menyerukan pembebasan para tawanan Israel yang diculik oleh kelompok militan Palestina pimpinan Hamas pada 7 Oktober 2023. Dari 251 orang yang ditawan pada hari itu, setidaknya 97 masih ditahan di wilayah Palestina, termasuk 34 yang menurut Israel sudah tewas.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya