Liputan6.com, Washington DC - Setelah pemerintahan Bashar al-Assad jatuh, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan bahwa pihaknya akan mendukung transisi menuju pemerintahan non-sektarian yang bertanggung jawab kepada rakyat Suriah.
Namun, pemerintahan baru AS di bawah kepemimpinan Donald Trump, mengisyaratkan ketidakinginan untuk ikut campur, dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (14/12/2024).
Advertisement
Baca Juga
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan: "Apa yang ingin kami lihat dalam hal pemerintahan di Suriah, adalah pemerintahan yang dipandang kredibel dan sah, berkelanjutan, memenuhi aspirasi rakyat Suriah, dan itulah hasil dari proses yang dipimpin Suriah yang membawa mereka ke sana."
Advertisement
Hayat Tahrir al-Sham, kelompok pemberontak yang menggulingkan Assad, ditetapkan AS sebagai kelompok teroris asing.
Ada imbalan USD 10 juta untuk informasi yang mengarahkan pada penangkapan pemimpinnya, Abu Mohammed al-Golani.
Usai menggulingkan Assad, Mohammed al-Golani mengatakan: "Kemenangan ini adalah babak baru dalam sejarah seluruh umat Islam. Ini adalah momen penting bagi kawasan ini."
Dalam beberapa tahun terakhir, Golani menjauhkan diri dari ideologi ekstremis. Namun ia menyampaikan pidato kemenangannya dari sebuah masjid kuno Sunni di Damaskus, bukan dari istana presiden -- sebuah tanda yang mengkhawatirkan bagi sebagian orang, kata Michael Rubin, seorang cendikiawan di American Enterprise Institute.
"Di saluran Telegram milik pemberontak, ada pernyataan yang mengatakan, 'Kami telah merebut Masjid Umayyah' selanjutnya, 'Kami akan pergi ke Al Aqsa' yang tentu saja berada di Yerusalem," jelas Rubin.
Merespons hal ini, Joe Biden bergerak cepat dengan melancarkan serangan udara terhadap sasaran-sasaran ISIS di Suriah. Lalu ia mengirimkan diplomat utamanya ke Turki dan Yordania untuk berkonsultasi dengan para pemimpin.
Namun pada 20 Januari 2024, Biden akan digantikan oleh Donald Trump, yang mengisyaratkan tidak ingin ikut campur.
Di media sosial, Trump memperingatkan: "Biarkan saja. Jangan terlibat."
Â
Keterlibatan AS
Namun Amerika Serikat sudah terlibat. AS memiliki sekitar 900 tentara yang dikerahkan di Suriah dan mendukung kelompok pemberontak Kurdi Suriah.
Washington juga memiliki hubungan dekat dengan semua negara tetangga Suriah -- Irak, Lebanon, dan sekutu-sekutu Amerika Serikat, yakni Israel, Yordania, dan Turki.
Mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Suriah Ryan Crocker tidak setuju dengan pendekatan Trump.
"Jangan sampai kita melepaskan diri sepenuhnya. Namun jika Anda tidak ingin terlalu terlibat, sebagai Amerika Serikat, inilah saat yang tepat untuk bekerja sama erat dengan mitra-mitra di kawasan tersebut," kata Ryan.
Advertisement