Penelitian Terbaru Ungkap Cara Medan Magnet Bantu Penyu Berimigrasi

Penyu tempayan merupakan salah satu spesies penyu terbesar dengan panjang karapas (cangkang) mencapai 90 hingga 110 cm dan berat bisa mencapai 135 hingga 450 kg

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 20 Feb 2025, 01:00 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2025, 01:00 WIB
perbedaan penyu dan kura kura
perbedaan penyu dan kura kura ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Penyu tempayan atau loggerhead sea turtle (Caretta caretta) dikenal sebagai spesies penyu yang memiliki kemampuan migrasi luar biasa. Hewan ini dapat menempuh ribuan kilometer melintasi lautan, dari tempat mereka menetas hingga ke wilayah mencari makan dan kembali lagi ke pantai tempat mereka bertelur.

Penyu tempayan merupakan salah satu spesies penyu terbesar dengan panjang karapas (cangkang) mencapai 90 hingga 110 cm dan berat bisa mencapai 135 hingga 450 kg. Mereka memiliki kepala besar yang kuat dan rahang yang kokoh, yang digunakan untuk memakan berbagai jenis mangsa seperti moluska, krustasea, dan ikan.

Habitat utama mereka tersebar di perairan hangat dan subtropis di seluruh dunia, termasuk Samudra Atlantik, Samudra Pasifik, dan Samudra Hindia. Penyu tempayan bermigrasi melintasi berbagai samudra, misalnya dari pantai timur Amerika ke Eropa atau Afrika, bahkan ada yang menyeberangi Samudra Atlantik.

Sebuah studi terbaru mengungkap hubungan antara penyu tempayan dan medan magnet bumi yang membantu mereka dalam navigasi selama migrasi. Menurut penelitian yang dimuat dalam jurnal Nature dan dikutip dari laman Science Direct pada Rabu (19/02/2025), medan magnet bumi membantu penyu tempayan menavigasi dengan dua cara utama.

Pertama, mereka menggunakan peta magnetik untuk melacak lokasi mereka di lautan luas. Kedua, mereka mengandalkan kompas magnetik untuk mengarahkan mereka ke tujuan yang benar.

Dalam studi ini, para peneliti menemukan bahwa penyu yang bermigrasi dapat mengingat medan magnet tertentu untuk membantu mereka menemukan makanan setelah menempuh perjalanan jauh. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati perilaku penyu dalam penangkaran sebagai respons terhadap variasi medan magnet bumi.

Para peneliti mengumpulkan 14 hingga 16 penyu tempayan yang baru menetas setiap bulan Agustus dari tahun 2017 hingga 2020. Penyu-penyu ini berasal dari delapan hingga sepuluh sarang yang berbeda di Bald Head Island, North Carolina, Amerika Serikat.

Tim peneliti menempatkan penyu tersebut dalam tangki-tangki individu dengan suhu air yang dikendalikan dan makanan yang sesuai standar untuk mensimulasikan kondisi alami lautan. Dalam eksperimen sebelumnya, penyu telah terbukti mampu mendeteksi intensitas medan magnetik dengan kisaran 25.000 hingga 65.000 nanotesla.

Dalam studi ini, para ilmuwan memilih lokasi di sepanjang Pantai Timur Amerika Serikat hingga seluruh Samudra Atlantik dan mengembangkan sistem koil untuk menghasilkan medan magnet dengan intensitas antara 2.000 hingga 10.000 nanotesla sebagai variasi. Selama dua bulan periode pengkondisian, penyu ditempatkan dalam ember kecil berisi air laut buatan dan diekspos pada dua medan magnetik yang berbeda untuk durasi yang sama.

Satu medan magnet cocok dengan medan magnet dari sebuah lokasi di Teluk Meksiko, di mana makanan tersedia. Sementara itu, medan lainnya mensimulasikan fluks magnetik dari sebuah lokasi di dekat New Hampshire, yang tidak memiliki makanan.

Menariknya, di medan magnet yang terkait dengan makanan, penyu tempayan menunjukkan aktivitas yang disebut "tarian penyu". Perilaku ini meliputi memiringkan tubuh secara vertikal, memegangi kepala di dekat atau di atas permukaan air, membuka mulut, dengan cepat menggerakkan sirip depan, dan kadang-kadang bahkan berputar di tempat.

Untuk memastikan konsistensi hasil, eksperimen serupa dilakukan dengan menggunakan medan magnet yang meniru lokasi di lepas pantai Kuba dibandingkan dengan Delaware, serta lokasi lain seperti Maine versus Florida. Dari lima percobaan yang dilakukan, sekitar 80 persen penyu menunjukkan lebih banyak aktivitas "tarian" di area yang menawarkan makanan dibandingkan dengan area yang tidak memiliki makanan.

Meskipun "tarian penyu" ini menarik, para ilmuwan menduga bahwa perilaku ini kemungkinan hanya terjadi dalam lingkungan penangkaran. Namun, pola gerakan ini tetap memberikan wawasan penting tentang bagaimana penyu mempelajari medan magnet dan menggunakannya untuk menghubungkan lokasi dengan sumber makanan.

(Tifani)

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya