Mengenal Air Tertua di Bumi Berusia 2 Miliar Tahun

Air tertua di Bumi ini juga mengandung sulfat dalam jumlah tinggi. Senyawa kimia inilah yang membuat para ahli menduga adanya kemungkinan kehidupan mikroba di dalamnya.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 21 Feb 2025, 01:00 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2025, 01:00 WIB
Planet Bumi
Planet Bumi (Sumber: Pinterest/moris)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Air telah terperangkap di dalam bumi selama miliaran tahun. Pada 2016 lalu, sekelompok ilmuwan menemukan air tertua di bumi.

Air tertua di bumi ditemukan saat para ilmuwan menelusuri sebuah tambang logam basal terdalam di dunia yang berlokasi di Ontario, Kanada. Melansir laman IFL Science pada Kamis (20/02/2025), cairan yang terperangkap di antara batuan selama 2 miliar tahun ini ditemukan setelah pencarian selama 17 tahun di Tambang Kidd Creek.

Selama bertahun-tahun, mereka mencari air yang terperangkap di batuan bekas tambang tersebut. Tim peneliti menjelajah hingga kedalaman 2,4 km di bawah tanah.

Dalam pencarian itu, mereka dipandu oleh bau apak air tersebut sebagai petunjuk utama. Air tersebut terisolasi sepenuhnya jauh di dalam tambang, tanpa adanya kontak dengan permukaan selama miliaran tahun.

Usia air dipelajari dengan mengukur gas-gas yang terperangkap di dalamnya seperti helium, neon, argon, hingga xenon. Air mengandung unsur-unsur tersebut karena berada di sedimen selama waktu yang sangat lama.

Pengukuran ini memungkinkan para ilmuwan untuk menelusuri sejarah air dan memahami proses geokimia yang berlangsung di dalam kerak bumi. Dibutuhkan lebih dari empat tahun pengujian ketat untuk mengonfirmasi usia yang akurat.

Bagian mencengangkannya, temuan air itu bukan hanya berupa tetesan kecil melainkan dalam volume besar yang masih mengalir di dalam batuan. Hal ini menunjukkan bahwa ada proses geologis yang masih aktif mempertahankan keberadaan air tersebut, meskipun telah terjebak selama miliaran tahun.

Sejauh ini, air tersebut merupakan yang tertua yang pernah ditemukan di Bumi. Uniknya, air ini memiliki rasa yang sangat asin dan pahit, bahkan lebih asin dari air laut.

Konsentrasi mineral yang sangat tinggi dalam air ini diyakini berasal dari proses pelarutan mineral dalam batuan selama jutaan hingga miliaran tahun. Rasa pada air itu dipengaruhi oleh usianya serta reaksi kimia yang terjadi antara air dan batuan di sekitarnya.

Selama miliaran tahun, air ini tetap mengalir dengan kecepatan dan volume yang tak terduga. Hal ini memberikan wawasan baru mengenai dinamika air di dalam kerak bumi yang sebelumnya kurang dipahami.

Air tertua di Bumi ini juga mengandung sulfat dalam jumlah tinggi. Senyawa kimia inilah yang membuat para ahli menduga adanya kemungkinan kehidupan mikroba di dalamnya.

Sulfat dapat digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang hidup dalam kondisi ekstrem, seperti yang ditemukan di lingkungan bawah laut yang kaya akan senyawa belerang.

(Tifani)

Promosi 1

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya