Liputan6.com, Beijing - Sebuah sekolah swasta di Yangjiang, Provinsi Guangdong, China menjadi sorotan setelah meminta orang tua siswa menyetujui aturan yang memperbolehkan hukuman fisik bagi murid. Kebijakan ini terungkap pada pertengahan Februari dan langsung memicu kecaman publik.
Sekolah bernama Longyuan Experimental School tersebut mengajukan peraturan yang mengizinkan guru menghukum siswa dengan memukul telapak tangan hingga 10 kali dan memberikan sanksi berdiri selama maksimal dua jam.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari laman SCMP, Senin (24/2/2025), dalam dokumen peraturan yang dilaporkan oleh Jimu News, pihak sekolah menyatakan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk menanamkan tanggung jawab pada siswa atas kesalahan mereka. Dengan demikian, diharapkan mereka lebih sadar untuk tidak mengulanginya dan tumbuh menjadi warga negara yang baik dan taat hukum.
Advertisement
Selain hukuman fisik, sekolah ini juga memiliki aturan ketat terkait penampilan siswa. Siswa laki-laki dilarang berambut panjang, sedangkan siswi perempuan dilarang memakai lipstik, mengecat kuku, atau mengenakan perhiasan.
Untuk menanamkan pola hidup hemat, sekolah mewajibkan siswa mengenakan pakaian dengan harga di bawah 100 yuan (Rp220 ribu) dan sepatu di bawah 80 yuan (Rp175 ribu).
Sekolah ini memiliki 2.500 siswa dari kelas satu hingga sembilan dan dikenal sebagai salah satu yang terbaik di kota tersebut karena prestasi akademik para siswanya dalam ujian masuk sekolah menengah.
Tanamkan Tanggung Jawab
Dalam dokumen peraturan yang dilaporkan oleh Jimu News, pihak sekolah menyatakan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk menanamkan tanggung jawab pada siswa atas kesalahan mereka. Dengan demikian, diharapkan mereka lebih sadar untuk tidak mengulanginya dan tumbuh menjadi warga negara yang baik dan taat hukum.
Selain hukuman fisik, sekolah ini juga memiliki aturan ketat terkait penampilan siswa.
Siswa laki-laki dilarang berambut panjang, sedangkan siswi perempuan dilarang memakai lipstik, mengecat kuku, atau mengenakan perhiasan.
Untuk menanamkan pola hidup hemat, sekolah mewajibkan siswa mengenakan pakaian dengan harga di bawah 100 yuan (Rp220 ribu) dan sepatu di bawah 80 yuan (Rp175 ribu).
Sekolah ini memiliki 2.500 siswa dari kelas satu hingga sembilan dan dikenal sebagai salah satu yang terbaik di kota tersebut karena prestasi akademik para siswanya dalam ujian masuk sekolah menengah.
Advertisement
Meninjau Aturan
Pihak sekolah mengklaim bahwa kebijakan ini sudah sesuai dengan aturan Kementerian Pendidikan China dalam Disciplinary Punishment Rule for Primary and Secondary Schools yang mulai berlaku pada 2021.
Namun, peraturan tersebut sebenarnya melarang segala bentuk hukuman fisik dan membatasi hukuman berdiri maksimal hanya selama satu sesi pelajaran (45 menit).
Kontroversi ini membuat departemen pendidikan setempat turun tangan dan meminta sekolah untuk segera meninjau ulang aturan tersebut.
Berita ini memicu perdebatan luas di kalangan masyarakat terkait legitimasi hukuman fisik dalam dunia pendidikan.
Seorang pengguna media sosial menulis, "Hukuman fisik seharusnya dilarang di sekolah. Guru harus membimbing siswa dengan kasih sayang dan kesabaran."
Namun, ada juga yang mendukung aturan sekolah tersebut.
Seorang orang tua berkomentar, "Sejak anak saya pindah ke sekolah ini, mereka menjadi lebih sopan dan nilai akademiknya meningkat. Guru rutin berkomunikasi dengan saya dan menghukum mereka jika melakukan kesalahan. Saya mendukung aturan sekolah."
Meski menuai pro dan kontra, otoritas pendidikan setempat memastikan bahwa sekolah tidak akan lagi meminta orang tua untuk menandatangani perjanjian semacam ini di masa mendatang.
