Dukungan Rakyat Ukraina Usai Presiden Zelenskyy Adu Mulut dengan Donald Trump, Serukan Persatuan hingga Kumpul di Jalanan Ibu Kota

Donald Trump menuduh Zelenskyy sedang mempertaruhkan pecahnya Perang Dunia Ketiga dan tidak berterima kasih kepada Washington atas bantuan militer yang diberikan kepada Ukraina.

oleh Tim Global Diperbarui 02 Mar 2025, 08:02 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2025, 08:02 WIB
Presiden Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy adu mulut di Ruang Oval, Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025), saat membahas perang Ukraina-Rusia. (AP)
Presiden Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy adu mulut di Ruang Oval, Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025), saat membahas perang Ukraina-Rusia. (AP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Washington D.C - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy adu mulut dengan Presiden AS Donald Trump pada sebuah pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih, Jumat (1/3/2025). Ia secara terbuka menantang Trump atas pendekatannya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan tersebut dan mendesaknya untuk "tidak berkompromi dengan seorang pembunuh."

Donald Trump menuduh Zelenskyy sedang mempertaruhkan pecahnya Perang Dunia Ketiga dan tidak berterima kasih kepada Washington atas bantuan militer yang diberikan kepada Ukraina.

"Trump akhirnya mengerti bahwa Zelenskyy adalah seorang presiden yang tidak akan menyerah begitu saja," kata Mila, seorang manajer sumber daya manusia (SDM) yang tidak menyebutkan nama belakangnya seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (2/3). Dia berbicara pada suatu malam yang dingin di pusat kota Kyiv.

"Bukan Ukraina yang berjudi dengan Perang Dunia Ketiga - lebih mungkin kami dimanfaatkan sebagai alat tawar-menawar dalam permainan ini," kata Oksana, seorang konsultan bisnis.

Di media sosial, para pejabat Ukraina dan tokoh terkemuka lainnya juga mendukung Zelenskyy. Mereka menyerukan persatuan di negara yang kelelahan karena pertempuran yang melelahkan selama tiga tahun.

"Presiden Zelenskyy memiliki keberanian dan kekuatan untuk membela apa yang benar," tulis Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha, yang berada di pertemuan dengan Trump, di media sosial.

Sementara sebagian besar warga Kyiv yang diwawancarai Reuters mengatakan Ukraina akan dapat terus maju apa pun yang akan terjadi, sejumlah warga lainnya khawatir dengan putusnya hubungan antara kedua pemimpin.

"Tanpa pasokan senjata dari Amerika Serikat, kita tidak akan memenangkan perang ini dan saya tidak tahu apa yang akan terjadi," kata Andriy, seorang dosen universitas berusia 59 tahun.

Pertemuan di Washington dimaksudkan untuk meredakan hubungan pribadi yang tidak harmonis antara Donald Trump dan Volodymyr Zelenskyy. Kedua pemimpin itu sedianya akan menandatangani perjanjian yang akan membagi keuntungan dari cadangan bahan baku penting Ukraina dengan Amerika Serikat.

Namun, pertemuan dengan cepat berubah menjadi adu mulut sengit di depan kamera karena Trump tampaknya membuat Zelenskyy kesal dengan menolak mengutuk Rusia, yang melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada tiga tahun lalu dan menduduki sebagian wilayahnya sejak 2014.

"Perjanjian dan partisipasi Amerika Serikat dalam transaksi mineral akan menstabilkan hubungan. Sekarang sangat menakutkan," kata Petro, seorang mahasiswa berusia 20 tahun.

"Saya pikir itu bisa didekati dengan cara yang lebih diplomatis, tetapi dari sudut pandang individu saya dapat memahami Zelenskyy karena nada dialog dengan Trump dan Vance mengindikasikan bahwa itu akan berakhir seperti ini," ujar Petro.

Rakyat Ukraina kemudian dilaporkan berkumpul di jalan-jalan di ibu kota Ukraina, Kyiv, untuk menunjukkan dukungan kepada Presiden Volodymyr Zelenskyy, Jumat (28/2), setelah terlibat perdebatan sengit dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Gedung Putih.

Akhirnya Meninggalkan Gedung Putih

Presiden Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy adu mulut di Ruang Oval, Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025), saat membahas perang Ukraina-Rusia. (AP)
Presiden Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy adu mulut di Ruang Oval, Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025), saat membahas perang Ukraina-Rusia. (AP)... Selengkapnya

Sang pemimpin Ukraina itu meninggalkan Gedung Putih tak lama setelah Trump meneriakinya, menunjukkan penghinaan terbuka. Piring salad yang belum tersentuh dan makanan makan siang lainnya sedang dikemas di luar ruang Kabinet, tempat makan siang antara Trump dan Zelenskyy serta delegasi mereka seharusnya berlangsung.

Gedung Putih mengatakan delegasi Ukraina diperintahkan untuk pergi.

"Anda mempertaruhkan Perang Dunia III, dan apa yang Anda lakukan sangat tidak menghormati negara ini, negara yang mendukung Anda jauh lebih banyak daripada yang seharusnya," kata Donald Trump kepada Zelenskky.

10 menit terakhir dari pertemuan yang berlangsung hampir 45 menit itu berubah menjadi adu pendapat yang menegangkan antara Trump, Wakil Presiden JD Vance, dan Zelenskyy, yang telah mendesak skeptisisme tentang komitmen Rusia terhadap diplomasi, dengan mengutip komitmen Moskow selama bertahun-tahun di panggung global. Momen adu mulut tersebut terekam kamera wartawan.

Tujuan utama Zelenskyy dalam pertemuan itu adalah untuk menekan Trump agar tidak meninggalkan negaranya dan memperingatkan agar tidak terlalu dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebaliknya, ia malah dimarahi

Adu Mulut Saat Kunjungan Kelima Zelenskyy ke Gedung Putih

Presiden Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy adu mulut di Ruang Oval, Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025), saat membahas perang Ukraina-Rusia. (AP)
Presiden Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy adu mulut di Ruang Oval, Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025), saat membahas perang Ukraina-Rusia. (AP)... Selengkapnya

Itu adalah kunjungan kelima Zelenskyy ke Gedung Putih, tetapi empat kunjungan sebelumnya dilakukan selama pemerintahan Biden. Presiden Ukraina itu juga bertemu dengan para senator AS selama berada di Washington.

Kekhawatiran bahwa Trump dapat menjadi perantara kesepakatan damai dengan Rusia yang tidak menguntungkan Ukraina telah diperkuat oleh tindakan baru-baru ini yang melanggar preseden oleh pemerintahannya.

Trump melakukan panggilan telepon yang panjang dengan Putin, dan pejabat AS bertemu dengan rekan-rekan mereka dari Rusia di Arab Saudi tanpa mengundang para pemimpin Eropa atau Ukraina — keduanya merupakan perubahan dramatis dari kebijakan AS sebelumnya untuk mengisolasi Putin atas invasinya.

Trump kemudian tampaknya secara keliru menyalahkan Ukraina karena memulai perang dan menyebut Zelenskyy sebagai "diktator" karena tidak mengadakan pemilihan umum setelah masa jabatan regulernya berakhir tahun lalu, meskipun hukum Ukraina melarang pemilihan umum selama darurat militer diberlakukan.

Infografis Prediksi Gebrakan Awal Presiden AS Donald Trump
Infografis Prediksi Gebrakan Awal Presiden AS Donald Trump. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya