Liputan6.com, Seoul - Sebuah kapal induk Amerika Serikat (AS) tiba di Korea Selatan pada Minggu (2/3/2025) sebagai bentuk unjuk kekuatan. Hal ini terjadi setelah Korea Utara menembakkan dua rudal jelajah pada Rabu (26/2) untuk menunjukkan kemampuan serang baliknya.
"Kedatangan USS Carl Vinson dan kelompok serangnya di pelabuhan Busan, Korea Selatan, dimaksudkan untuk menampilkan aliansi militer AS-Korea Selatan yang solid dalam menghadapi ancaman terus-menerus dari Korea Utara, serta meningkatkan interoperabilitas aset gabungan kedua sekutu," demikian menurut pernyataan Angkatan Laut Korea Selatan, seperti dikutip dari AP, Senin (3/3).
Advertisement
Baca Juga
Pengerahan kapal induk ini diperkirakan akan memicu kemarahan Korea Utara, yang menganggap kehadiran sementara aset militer AS yang kuat sebagai ancaman keamanan besar. Korea Utara sebelumnya telah merespons pengerahan kapal induk, pengebom jarak jauh, dan kapal selam bertenaga nuklir AS dengan uji coba rudal.
Advertisement
Sejak pelantikannya pada 20 Januari, Presiden Donald Trump menyatakan dia akan kembali menjangkau pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk menghidupkan kembali diplomasi. Korea Utara belum merespons langsung ajakan Trump, tetapi menuduh bahwa permusuhan yang dipimpin AS terhadap Korea Utara semakin intensif sejak pelantikan Trump.
Kata Kim Jong Un Pasca Uji Coba Rudal Jelajah Strategis
Korea Utara menyatakan pada Jumat (28/2), mereka melakukan uji coba rudal jelajah strategis pada Rabu lalu untuk memberi tahu lawan-lawannya tentang kemampuan serang balik militernya dan kesiapan operasi nuklirnya. Setelah menyaksikan peluncuran tersebut, yang merupakan uji coba rudal keempat Korea Utara tahun ini, Kim Jong Un mengatakan bahwa militer harus sepenuhnya siap menggunakan senjata nuklirnya.
Para ahli seperti dikutip dari AP menilai bahwa Kim Jong Un kemungkinan besar tidak akan menerima ajakan Trump dalam waktu dekat karena dia saat ini fokus pada dukungannya terhadap perang Rusia melawan Ukraina dengan menyediakan senjata dan pasukan. Mereka memprediksi Kim Jong Un akan mempertimbangkan untuk kembali melakukan diplomasi dengan Trump ketika dia merasa tidak dapat mempertahankan kerja sama yang sedang berkembang pesat antara negaranya dengan Rusia.
Kim Jong Un dan Trump bertemu tiga kali antara tahun 2018-2019 selama periode pertama Trump untuk membahas masa depan program nuklir Korea Utara. Diplomasi berisiko tinggi mereka akhirnya gagal karena perdebatan mengenai sanksi ekonomi terhadap Korea Utara.
Trump menyalahkan kegagalan tersebut pada desakan Korea Utara agar semua sanksi yang dijatuhkan AS terhadap Korea Utara dicabut tanpa Korea Utara berkomitmen untuk menghilangkan persenjataan nuklirnya.
Advertisement
