Kebakaran Hutan Terparah dalam 3 Dekade Landa Jepang, 1.700 Pemadam Dikerahkan

Menurut pihak berwenang, sekitar 2.000 orang telah meninggalkan daerah dekat lokasi kebakaran hutan Jepang untuk tinggal bersama teman atau kerabat, sementara lebih dari 1.200 orang telah mengungsi ke tempat penampungan.

oleh Tanti Yulianingsih Diperbarui 03 Mar 2025, 16:04 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2025, 16:04 WIB
Kebakaran besar terjadi pada hari Selasa (26/11/2024) di lokasi Japan space agency atau Badan Antariksa Jepang saat menguji roket berbahan bakar padat Epsilon S. (Kyodo News)
Kebakaran besar terjadi pada hari Selasa (26/11/2024) di lokasi Japan space agency atau Badan Antariksa Jepang saat menguji roket berbahan bakar padat Epsilon S. (Kyodo News)... Selengkapnya

Liputan6.com, Iwate - Kebakaran hutan yang melanda Jepang tercatat terbesar dalamtiga dekade. Jumlah pemadam kebakaran yang dikerahkan pun fantastis, mencapai seribuan. 

"Hampir 1.700 petugas pemadam kebakaran berjuang melawan kebakaran hutan terbesar di Jepang dalam tiga dekade," kata sejumlah pihak berwenang pada hari Senin (3/3) seperti dikutip dari Channel News Asia (CNA), sementara sekitar 4.600 penduduk masih berada di bawah imbauan evakuasi.

Satu orang dilaporkan tewas pekan lalu dalam kebakaran di wilayah utara Iwate, yang terjadi setelah rekor curah hujan rendah di daerah tersebut dan musim panas terpanas tahun lalu yang pernah tercatat di seluruh Jepang.

"Kebakaran di dekat Kota Ofunato telah membakar sekitar 2.100 hektar sejak Kamis (27/2)," kata Badan Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana pada Senin (3/3).

Petugas pemadam kebakaran dari 14 wilayah Jepang, termasuk unit dari Tokyo, kini menangani kobaran api, dengan 16 helikopter - termasuk dari militer - yang mencoba memadamkan api.

"Kebakaran hutan Jepang ini diperkirakan telah merusak 84 bangunan hingga hari Minggu (2/3), meskipun rinciannya masih dikaji," kata badan tersebut.

Sekitar 2.000 orang telah meninggalkan daerah itu untuk tinggal bersama teman atau kerabat, sementara lebih dari 1.200 orang telah mengungsi ke tempat penampungan, menurut pihak berwenang.

Rekaman dini hari dari Ofunato di lembaga penyiaran nasional NHK menunjukkan api berwarna oranye di dekat gedung-gedung dan asap putih mengepul ke udara.

Menurut informasi, jumlah kebakaran hutan di Jepang telah menurun sejak puncaknya pada tahun 1970-an.

Menurut data pemerintah, ada sekitar 1.300 di seluruh negeri pada tahun 2023, terkonsentrasi pada periode Februari hingga April ketika udara mengering dan angin bertiup kencang.

Ofunato tercatat hanya mengalami curah hujan 2,5 mm pada bulan Februari, memecahkan rekor terendah sebelumnya untuk bulan tersebut sebesar 4,4 mm pada tahun 1967 dan di bawah rata-rata biasanya sebesar 41 mm.

Kebakaran hutan besar melanda Ofunato, Prefektur Iwate, Jepang utara, sejak Rabu, 26 Februari 2025. Api yang meluas hingga 1.800 hektar lebih merupakan kebakaran hutan terbesar di Jepang dalam tiga dekade terakhir, melampaui kebakaran di Kushiro, Hokkaido pada tahun 1992.

Penyebab pasti kebakaran masih diselidiki, namun kondisi cuaca kering dan angin kencang di wilayah tersebut, ditambah curah hujan yang sangat rendah (hanya 2,5 mm di bulan Februari), menjadi faktor yang mempercepat penyebaran api.

Kejadian ini menyoroti dampak perubahan iklim dan pentingnya upaya pencegahan kebakaran hutan di Jepang. Tahun 2024 Negeri Sakura juga tercatat sebagai tahun terpanas di Jepang, meningkatkan risiko kebakaran hutan di masa mendatang. Pemerintah Jepang akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk meningkatkan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan.

Skala Kebakaran yang Mengkhawatirkan

Kebakaran hutan di Jepang. (ZT_FOLLOWERS/X, RYO/X)
Kebakaran hutan di Jepang. (ZT_FOLLOWERS/X, RYO/X)... Selengkapnya

Sejumlah sumber menyiarkan rekaman udara yang menunjukkan kobaran api yang dahsyat, membakar sejumlah rumah hingga hangus. Upaya pemadaman yang dilakukan oleh ratusan petugas pemadam kebakaran dari seluruh Jepang, baik dari darat maupun udara, masih terus berlanjut. Namun, api masih terus meluas dan upaya pemadaman menghadapi tantangan yang cukup berat.

Situasi ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman kebakaran hutan di Jepang, dan betapa pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana untuk meminimalkan dampak kerugian yang ditimbulkan.

Sebelumnya, Wali Kota Ofunato Kiyoshi Fuchigami menggambarkan kebakaran itu sebagai "skala besar" pada malam hari tanggal 26 Februari, mengatakan sekitar 600 hektar lahan – tiga kali ukuran Monaco – telah terbakar.

 

Tren Kebakaran Hutan di Jepang dan Dampak Perubahan Iklim

Ilustrasi bendera Jepang (pixabay)
Ilustrasi Jepang (pixabay)... Selengkapnya

Meskipun jumlah kebakaran hutan di Jepang telah menurun sejak puncaknya pada tahun 1970-an, sekitar 1.300 kebakaran hutan tercatat di seluruh Jepang pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa kebakaran hutan masih menjadi ancaman yang signifikan di Jepang.

Perubahan iklim dan cuaca ekstrem diperkirakan akan meningkatkan risiko kebakaran hutan di masa mendatang. Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas di Jepang, sejalan dengan tren pemanasan global. Oleh karena itu, upaya mitigasi perubahan iklim menjadi sangat penting untuk mengurangi risiko kebakaran hutan.

Langkah-langkah pencegahan, seperti peningkatan pengawasan hutan, edukasi masyarakat, dan peningkatan infrastruktur pemadam kebakaran, perlu dipertimbangkan untuk mengurangi risiko kebakaran hutan di masa mendatang. Kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait sangat krusial dalam menghadapi bencana alam seperti kebakaran hutan.

Kebakaran hutan di Ofunato merupakan peristiwa yang tragis dan menimbulkan kerugian besar. Upaya pemadaman yang besar-besaran dan penyelidikan menyeluruh akan menentukan langkah-langkah pencegahan di masa depan untuk mengurangi risiko kejadian serupa. Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan dan respons cepat terhadap kebakaran hutan. Sistem peringatan dini dan rencana evakuasi yang efektif sangat penting untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan harta benda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya