Liputan6.com, Naypyidaw - Seorang jurnalis foto dari kantor berita independen Myanmar Now, Sai Zaw Thaike, dilaporkan mengalami kekerasan fisik dan mental secara rutin sejak Januari saat ditahan di Penjara Insein, sebuah fasilitas yang terkenal dengan catatan buruk pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (5/3/2025), menurut laporan Myanmar Now, Sai Zaw Thaike dan dua tahanan lainnya, Thet Hnin Aung dan Naing Win, menjadi sasaran pemukulan setiap hari sebagai bentuk pembalasan karena mereka memberikan informasi kepada perwakilan Komisi Hak Asasi Manusia Nasional Myanmar yang berkunjung ke penjara tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Informasi yang mereka bocorkan mengungkap pelanggaran HAM yang dilakukan staf penjara terhadap para tahanan.
Advertisement
Myanmar Now meyakini bahwa kekerasan terhadap jurnalisnya juga berkaitan dengan bocornya informasi ke media serta laporan kritisnya terhadap militer sebelum ia ditahan. Sai Zaw Thaike ditangkap pada Mei 2023 dan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara atas tuduhan penghasutan.
Sejak kudeta militer pada Februari 2021, puluhan jurnalis telah ditahan, dan banyak media independen dipaksa tutup atau beroperasi dari luar negeri. Militer Myanmar, yang dikenal sebagai Tatmadaw, terus menekan kebebasan pers melalui pemenjaraan jurnalis, pencabutan izin siaran, serta pembatasan akses internet.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengecam tindakan brutal yang dilakukan terhadap Sai Zaw Thaike dan mendesak junta Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap jurnalis.
"Junta Myanmar harus mengidentifikasi dan meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab menyerang jurnalis Sai Zaw Thaike," ujar Shawn Crispin, perwakilan senior CPJ untuk Asia Tenggara.
"Jenis kekerasan ini kejam dan mengerikan. Mereka harus segera menghentikan pemenjaraan dan kekerasan terhadap jurnalis."
Penyiksaan di Penjara Myanmar
VOA tidak dapat secara independen memverifikasi laporan kekerasan terhadap Sai Zaw Thaike, tetapi kelompok HAM telah lama mendokumentasikan penyiksaan terhadap tahanan di Myanmar. Mantan narapidana di Penjara Insein melaporkan telah mengalami pemukulan, pembakaran, hingga penyetruman listrik.
Pada 2022, seorang jurnalis dari media independen Frontier Myanmar mengungkap bahwa dirinya dipukuli dan diperkosa oleh tentara rezim saat ditahan.
Menurut CPJ, Myanmar berada di peringkat ketiga terburuk di dunia dalam hal pemenjaraan jurnalis, dengan 35 jurnalis ditahan hingga Desember 2023. Negara itu juga berada di peringkat 171 dari 180 negara dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia, menandakan lingkungan media yang sangat represif di bawah rezim militer.
Advertisement
