Selain Dire Wolf, Ini 5 Hewan Purba yang Pernah Dihidupkan Kembali

Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok ilmuwan di Amerika Serikat mengklaim berhasil "membangkitkan" kembali spesies serigala purba dire wolf yang telah punah ribuan tahun lalu. Serigala legendaris ini dikenal sebagai predator puncak yang pernah menjelajahi wilayah Amerika Utara selama Zaman Es.

Dire wolf (Canis dirus) memiliki ciri khas berbeda dibandingkan serigala modern. Kepalanya lebih lebar, bulunya lebih tebal untuk bertahan di suhu ekstrem, serta rahangnya jauh lebih kuat dan kokoh.

Dengan ukuran yang lebih besar dan tubuh yang kekar, dire wolf menjadi ancaman menakutkan bagi mangsanya, termasuk bison dan kuda purba. Para peneliti berhasil mengekstrak DNA purba dari dua fosil dire wolf yang ditemukan di tar pit La Brea, California, lokasi terkenal sebagai situs pengawetan alami fosil.

DNA tersebut kemudian dianalisis dan direkayasa menggunakan teknologi genetik mutakhir. Upaya ini menandai tonggak penting dalam bidang bioteknologi dan genetika, khususnya dalam praktik de-extinction atau proses menghidupkan kembali spesies yang telah punah.

Teknologi seperti pengeditan gen CRISPR, kloning, dan pemetaan genomik telah membuka kemungkinan yang sebelumnya hanya dapat ditemukan dalam fiksi ilmiah. Kini, ilmuwan berada di ambang menciptakan kembali makhluk-makhluk prasejarah dengan presisi yang belum pernah tercapai sebelumnya.

Tak hanya dire wolf, upaya serupa juga telah dilakukan terhadap sejumlah spesies lain yang telah punah. Dikutip dari laman Live Science pada Rabu (16/04/2025), berikut ini beberapa contoh hewan yang menjadi subjek proyek kebangkitan kembali:

1. Merpati Penumpang (Passenger Pigeon)

Ectopistes migratorius adalah spesies burung yang dulunya bermigrasi dalam kawanan besar di Amerika Utara, namun dinyatakan punah pada awal abad ke-20 karena perburuan besar-besaran dan hilangnya habitat.

Burung terakhir diketahui mati pada 1914 di kebun binatang Cincinnati. Ilmuwan kini mencoba menciptakan versi baru merpati penumpang dengan menyisipkan gen spesifik dari burung tersebut ke dalam genom merpati ekor pita (Patagioenas fasciata), kerabat terdekatnya.

Pendekatan ini dikenal sebagai genome editing with surrogate species.

2 dari 3 halaman

Harimau Tasmania (Tasmanian Tiger)

2. Harimau Tasmania (Tasmanian Tiger)

Thylacinus cynocephalus adalah marsupial karnivora dengan penampilan mirip serigala dan belang seperti harimau. Ia dianggap punah sejak 1936 setelah individu terakhirnya mati di Kebun Binatang Hobart, Australia.

Pada 2017, peneliti berhasil menyusun urutan genom harimau Tasmania. Kemudian, pada 2023, mereka juga berhasil mengekstraksi RNA dari spesimen yang diawetkan.

Meskipun demikian, tantangan teknis dan etika membuat proses ini belum berhasil sepenuhnya.

3. Burung Dodo

Burung dodo (Raphus cucullatus) adalah spesies endemik Pulau Mauritius yang punah pada abad ke-17 akibat perburuan dan predasi oleh hewan yang dibawa oleh kolonialis Eropa, seperti tikus dan kucing. DNA burung ini ditemukan masih tersimpan dalam spesimen museum.

Pada 2022, para ilmuwan berhasil menyusun peta genom burung dodo menggunakan spesimen dari museum di Denmark. Namun, menghidupkan kembali dodo masih jauh dari kata mudah, karena diperlukan pendekatan yang mencakup manipulasi genetika dan juga penciptaan lingkungan yang cocok.

3 dari 3 halaman

Auroch

4. Auroch

Auroch (Bos primigenius) adalah nenek moyang sapi modern yang dulunya menghuni wilayah Afrika, Asia, dan Eropa. Spesies ini punah sekitar 1627 karena perburuan dan konversi habitat.

Ilmuwan mencoba menghidupkan kembali auroch melalui metode back breeding, yaitu mengawinkan sapi domestik yang memiliki ciri-ciri paling mirip dengan auroch untuk menghasilkan keturunan yang mendekati spesies leluhur tersebut. Proyek ini lebih berfokus pada pelestarian genetik dan karakteristik liar dari auroch, bukan menciptakan klon identik.

5. Quagga

Equus quagga quagga adalah subspesies zebra yang memiliki pola garis yang unik, hanya di bagian depan tubuh, sedangkan bagian belakang menyerupai kuda biasa. Quagga punah sejak 1883 akibat perburuan dan eksploitasi.

Proyek Quagga di Afrika Selatan mencoba menghidupkan kembali spesies ini melalui pembiakan selektif zebra biasa yang menunjukkan pola genetik mirip quagga. Beberapa individu hasil persilangan kini sudah menunjukkan kemiripan secara visual, namun tetap bukan quagga sejati secara genetis.

Ilmuwan juga mengusulkan pendekatan kloning dengan mengekstrak DNA dari tulang belakang kerangka quagga yang diawetkan. Namun metode ini memerlukan investasi besar dan membawa pertanyaan etis tentang prioritas konservasi.

(Tifani)