Zelenskyy Tuding Serangan Rusia ke Kyiv Pakai Rudal Korea Utara

Liputan6.com, Tel Aviv - Volodymyr Zelenskyy bergegas pulang ke Ukraina setelah serangan dahsyat di Kyiv, mempersingkat perjalanan diplomatik ke Afrika Selatan.

Setidaknya 12 orang tewas, termasuk seorang saudara laki-laki dan perempuan, berusia 21 dan 19 tahun. Zelenskyy mengatakan, petugas penyelamat masih menyisir reruntuhan untuk mencari korban selamat.

Zelenskyy, lewat aplikasi X menyebut bahwa serangan Rusia dengan rudal balistik yang diproduksi di Korea Utara, dikutip dari laman The Guardian, Jumat (25/4/2025).

Ia mengungkapkan kata-kata kasar kepada Pyongyang: "Jika informasi bahwa rudal ini dibuat di Korea Utara dikonfirmasi, ini akan menjadi bukti lebih lanjut tentang sifat kriminal aliansi antara Rusia dan Pyongyang. Mereka membunuh orang dan menyiksa kehidupan bersama."

Ia melanjutkan dengan mengutip komandan militer tertinggi Ukraina, yang mengklaim pada Jumat pagi bahwa pasukan Rusia telah mencoba menggunakan serangan udara untuk menutupi peningkatan serangan darat. Zelenskyy mengatakan pasukan tersebut "ditolak dengan cara yang pantas."

Donald Trump mengeluarkan seruan langka kepada Moskow untuk menghentikan serangannya, menulis di media sosial: "Vladimir, BERHENTI!" Gedung Putih bersikeras meningkatkan tekanan untuk mengakhiri perang dan presiden AS mengatakan pada hari Kamis bahwa ia "tidak senang dengan serangan Rusia."

Di sisi lain, Trump menuduh Zelenskyy telah merusak perundingan dan menghalangi kesepakatan damai.

Zelenskyy mengatakan, selama perjalanannya ke Afrika Selatan bahwa Ukraina tidak dapat menerima pengakuan AS atas aneksasi Kremlin atas Krimea.

Boris Johnson mengatakan proposal perdamaian Trump "tidak menawarkan apa pun" kepada Ukraina.

"Putin tanpa pandang bulu membantai lebih banyak warga sipil Ukraina, membunuh dan melukai 100 orang di Kyiv termasuk anak-anak," tulis Johnson di X.