Kisah `Perempuan Ajaib` Lolos dari Gedung Rubuh Bangladesh Hoax?

Reshma Begum lolos dari maut setelah terjebak di puing bangunan selama 13 hari. Namun, muncul dugaan, itu rekayasa.

oleh Liputan6 diperbarui 01 Jul 2013, 15:55 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2013, 15:55 WIB
gedung-roboh-bangladesh-130701b.jpg
Gedung berlantai delapan runtuh di Savar, Dhaka, Bangladesh pada 24 April 2013. Ribuan orang terjebak di dalamnya, termasuk gadis 19 tahun bernama Reshma Begum. Tak ada yang menyangka, ia masih bernyawa meski tertimbun puing selama 17 hari.

Reshma mengaku, ia mampu bertahan hidup selama 15 hari dengan memakan sisa-sisa makanan, salah satunya biskuit, milik rekan-rekannya yang sama-sama terjebak di reruntuhan gedung Rana Plaza. Setelah semua makanan habis, ia mengaku hanya menenggak air mineral.

Untuk bernafas, Reshma mengandalkan kantong oksigen yang tertinggal di ruangan bawah tanah, tepatnya di musala. Penantian gadis 19 tahun itu akhirnya berakhir pada 13 Mei. Ia ditemukan petugas, dalam kondisi berpelukan dengan rekannya yang sudah tak bernyawa, tersembunyi di antara baja dan beton remuk.

Kisah Reshma "si penjahit" berhasil bertahan hidup, menjadi inspirasi dunia. Ia bahkan dijuluki "perempuan ajaib".

Namun, belakangan dikabarkan kisah Reshma diduga bohong belaka, alias hoax.


Penyelamatan Palsu?

Tuduhan muncul dari salah seorang rekan kerja Reshma. Menuduh gadis ini berpura-pura terperangkap dalam reruntuhan.

Diduga, skrenario penyelamatannya sengaja dibuat pihak berwenang untuk menepis berita-berita miring mengenai insiden yang menewaskan 1.221 orang dan menyebabkan sekitar 2.500 luka-luka tersebut.

Laki-laki yang menuduhnya itu mengatakan, Reshma sejatinya sudah berhasil meloloskan diri dari gedung. “Kami meloloskan diri bersama-sama, berusaha menghindari puing-puing. Kami berada di rumah sakit selama dua hari, kemudian dia menghilang," kata dia seperti dimuat News.com.au, Senin (1/7/2013).

"Tiba-tiba saya melihat dia di televisi 17 hari kemudian. Orang lain menyebutnya keajaiban, tetapi itu semua palsu,” katanya pada wartawan lokal.

Muncul dugaan baru, untuk menutupi kejadian yang sesungguhnya, masyarakat di dekat pabrik yang gedungnya ambrol, dipaksa pindah keluar rumah mereka sehari sebelum hari "penyelamatan" Reshma. Mereka baru diizinkan kembali setelahnya.

Dugaan menguat karena polisi melarang  adanya pengambilan gambar selama 24 jam di saat operasi penyelamatan itu.

Wartawan investigasi juga mempertanyakan munculnya Reshma dalam "kondisi baik-baik saja" untuk seseorang yang terperangkap selama 17 hari di reruntuhan bangunan.

"Dia mengatakan, dia harus merayap di puing-puing sepanjang perjalanannya untuk mencari air di ransel-ransel korban yang telah tewas. Namun, tangan dan kukunya tidak menunjukkan tanda-tanda yang sesuai," ujar Shishir Abdullah, seorang wartawan setempat.

"Selain itu, matanya yang terbuka lebar ketika petugas menariknya keluar. Matanya juga tidak terlihat tak sensitif terhadap teriknya matahari saat itu. Sarinya tidak robek atau tercabik. Ia muncul dalam keadaan ‘bersih’."

"Beberapa pihak sudah curiga. Pemerintah diduga membuat kehebohan besar dan mengatakannya  sebagai keajaiban. Semua orang tertipu,” lanjutnya.

Sementara dari pihak keluarga, ibunda Reshma, Jobeda, bersyukur atas keberanian putrinya untuk memulai hidup baru. "Lolosnya Reshma adalah keajaiban. Semua orang berpikir begitu," katanya, tegas. (Ein/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya