Di masa lalu, Kota Detroit di Amerika Serikat pernah jaya berkat industri otomotifnya. Menjadi 'kota motor'. Namun, ia tergilas roda zaman. Kamis kemarin, pemerintah kota di negara bagian Michigan itu mengajukan status pailit ke Pengadilan Federal. Bangkrut!
Seperti dimuat situs News.com.au, Jumat (19/7/2013), Detroit menjadi kota terbesar di AS yang mengajukan pailit sepanjang sejarah.
Keputusan untuk mendapatkan perlindungan kepailitan diambil setelah Detroit menerima arahan dari manajer fiskal dan pakar kepailitan yang ditunjuk pemerintah negara bagian sejak Maret lalu, Kevyn Orr.
Ada sejumlah faktor yang diduga jadi biang keladi kebangkrutan Detroit. Di antaranya, jumlah penduduk yang terus susut, penurunan pendapatan pajak yang anjlok. Juga korupsi dan salah kelola keuangan.
Detroit kehilangan 250 ribu penduduknya antara tahun 2000 hingga 2010. Pada tahun 1950, populasi Detroit mencapai 1,8 juta. Kini untuk bertahan di angka 700 ribu saja sulit. Banyak kelas menengah dan sektor bisnis memilih hengkang, membawa serta kontribusi pajak mereka.
Dalam beberapa bulan terakhir, kota ini mengandalkan uang jaminan dan dukungan negara federal untuk membayar gaji sekitar 10.000 karyawannya.
Bahkan Kevyn Orr sekalipun tak bisa meyakinkan kreditor, serikat pekerja, dan organisasi pensiun, untuk membantu memfasilitasi restrukturisasi finansial. Jika permohonan pailit dikabulkan, aset kota akan dilikuidasi untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang sebesar US$ 18,5 miliar atau lebih dari Rp 185 triliun.
"Ini satu-satunya jalan keluar yang mungkin dilakukan," kata Gubernur Rick Snyder dalam suratnya pada Orr, dan Bendahara Negara Andy Dillon menyetujui permohonan pailit itu.
Seperti dimuat VOA, Profesor Eric Scorsone dari Michigan State University mengatakan, jalan Detroit menuju kebangkrutan tidak terjadi dalam semalam.
"Kota ini bergantung pada satu industri. Tidak seperti Chicago, New York dan kota-kota lain yang memiliki keragaman ekonomi, Detroit tidak punya itu. Kota ini memiliki industri otomotif, pemasok untuk industri otomotif, sehingga saat industri itu menurun, kota ini harus berjuang keras secara ekonomi sejak 50 tahun lalu," ujarnya.
Dalam dekade terakhir, Detroit mengalami kondisi keuangan terburuk sejak Depresi Besar pada 1930an-1940an. Masalah ini dipicu oleh perlambatan penjualan, di tengah penurunan nilai rumah dan praktek pinjaman yang lebih ketat.
Ditambah lagi korupsi. Walikota Detroit terpilih saat itu, Kwame Kilpatrick, terlibat dalam skandal korupsi yang memaksanya berhenti dan akhirnya dipenjara, situasi yang menambah penderitaan finansial kota itu.
Namun, tetap ada titik terang. Profesor tata kota di Wayne State University, Robin Boyle mengatakan, ada harapan di kawasan pusat kota.
"General Motors pindah ke sana sekarang. Mulai ada revitalisasi di pusat kota, dari aktivitas-aktivitas dari satu atau dua investor properti," kata Boyle. (Ein/Sss)
Seperti dimuat situs News.com.au, Jumat (19/7/2013), Detroit menjadi kota terbesar di AS yang mengajukan pailit sepanjang sejarah.
Keputusan untuk mendapatkan perlindungan kepailitan diambil setelah Detroit menerima arahan dari manajer fiskal dan pakar kepailitan yang ditunjuk pemerintah negara bagian sejak Maret lalu, Kevyn Orr.
Ada sejumlah faktor yang diduga jadi biang keladi kebangkrutan Detroit. Di antaranya, jumlah penduduk yang terus susut, penurunan pendapatan pajak yang anjlok. Juga korupsi dan salah kelola keuangan.
Detroit kehilangan 250 ribu penduduknya antara tahun 2000 hingga 2010. Pada tahun 1950, populasi Detroit mencapai 1,8 juta. Kini untuk bertahan di angka 700 ribu saja sulit. Banyak kelas menengah dan sektor bisnis memilih hengkang, membawa serta kontribusi pajak mereka.
Dalam beberapa bulan terakhir, kota ini mengandalkan uang jaminan dan dukungan negara federal untuk membayar gaji sekitar 10.000 karyawannya.
Bahkan Kevyn Orr sekalipun tak bisa meyakinkan kreditor, serikat pekerja, dan organisasi pensiun, untuk membantu memfasilitasi restrukturisasi finansial. Jika permohonan pailit dikabulkan, aset kota akan dilikuidasi untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang sebesar US$ 18,5 miliar atau lebih dari Rp 185 triliun.
"Ini satu-satunya jalan keluar yang mungkin dilakukan," kata Gubernur Rick Snyder dalam suratnya pada Orr, dan Bendahara Negara Andy Dillon menyetujui permohonan pailit itu.
Seperti dimuat VOA, Profesor Eric Scorsone dari Michigan State University mengatakan, jalan Detroit menuju kebangkrutan tidak terjadi dalam semalam.
"Kota ini bergantung pada satu industri. Tidak seperti Chicago, New York dan kota-kota lain yang memiliki keragaman ekonomi, Detroit tidak punya itu. Kota ini memiliki industri otomotif, pemasok untuk industri otomotif, sehingga saat industri itu menurun, kota ini harus berjuang keras secara ekonomi sejak 50 tahun lalu," ujarnya.
Dalam dekade terakhir, Detroit mengalami kondisi keuangan terburuk sejak Depresi Besar pada 1930an-1940an. Masalah ini dipicu oleh perlambatan penjualan, di tengah penurunan nilai rumah dan praktek pinjaman yang lebih ketat.
Ditambah lagi korupsi. Walikota Detroit terpilih saat itu, Kwame Kilpatrick, terlibat dalam skandal korupsi yang memaksanya berhenti dan akhirnya dipenjara, situasi yang menambah penderitaan finansial kota itu.
Namun, tetap ada titik terang. Profesor tata kota di Wayne State University, Robin Boyle mengatakan, ada harapan di kawasan pusat kota.
"General Motors pindah ke sana sekarang. Mulai ada revitalisasi di pusat kota, dari aktivitas-aktivitas dari satu atau dua investor properti," kata Boyle. (Ein/Sss)