Seorang pria asal Taiwan divonis 12 tahun penjara atas perilakunya, membiarkan ibunya yang sedang sakit meninggal karena kelaparan. Yang menyedihkan, jasad sang ibu dibiarkan selama berhari-hari hingga penuh dengan belatung.
Chang Chih-chiang (36), nama anak durhaka itu, terbuktu bersalah dan dihukum atas dugaan menelantarkan ibu hingga meninggal. Demikian putusan Pengadilan Tinggi setempat. Terdakwa masih punya kesempatan banding.
Kasus ini mengemuka saat istri Chang menelepon polisi Agustus tahun lalu, saat ia menemukan ibu mertuanya yang menderita diabetes dan hanya bisa terbaring di tempat tidur, meninggal di apartemen mereka di utara Taiwan.
Seperti dimuat News.com.au, Kamis (1/8/2013), saat petugas datang, mereka menemukan tubuh korban yang kurus kering, berat kurang dari 30 kilogram, dipenuhi belatung di sebuah ruangan yang dipenuhi sampah.
Petugas koroner memastikan perempuan malang berusia 53 tahun itu meninggal dunia seminggu sebelum ditemukan. Uji forensik juga menyimpulkan, selama 5 hari terakhir hidupnya, perempuan paruh baya itu tak diberi makan sama sekali.
Media setempat juga melaporkan, Chang lebih suka menghabiskan waktu main game di warung internet dan tega menelantarkan ibunya yang tak berdaya, meski mereka tinggal serumah.
Kasus penelantaran orang lanjut usia marak di Taiwan dalam beberapa tahun terakhir, membuat para pembuat UU mengajukan RUU bagi warga dewasa yang menelantarkan orangtuanya.
Orang tua di atas 65 tahun mencapai 10,7 persen populasi Taiwan, yang total berjumlah 23 juta. Di atas ambang batas 7,0 persen di mana masyarakat didefinisikan sebagai "menua" oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Sebelumnya, kasus anak durhaka juga ada di India. Menimpa bapak malang asal Bangalore, India, Anantaiah Shetty. Pria 93 tahun itu dirantai oleh putranya di teras rumah yang terletak di lantai tiga. Bapak 6 anak --4 putra dan 2 putri-- ini harus tinggal di bawah tangki air. Padahal di bawahnya, anak dan menantunya hidup di rumah mewah.
"Tolong selamatkan saya," kata Anantaiah Shetty lirih kepada polisi yang datang untuk mengevakuasinya. (Ein/Yus)
Chang Chih-chiang (36), nama anak durhaka itu, terbuktu bersalah dan dihukum atas dugaan menelantarkan ibu hingga meninggal. Demikian putusan Pengadilan Tinggi setempat. Terdakwa masih punya kesempatan banding.
Kasus ini mengemuka saat istri Chang menelepon polisi Agustus tahun lalu, saat ia menemukan ibu mertuanya yang menderita diabetes dan hanya bisa terbaring di tempat tidur, meninggal di apartemen mereka di utara Taiwan.
Seperti dimuat News.com.au, Kamis (1/8/2013), saat petugas datang, mereka menemukan tubuh korban yang kurus kering, berat kurang dari 30 kilogram, dipenuhi belatung di sebuah ruangan yang dipenuhi sampah.
Petugas koroner memastikan perempuan malang berusia 53 tahun itu meninggal dunia seminggu sebelum ditemukan. Uji forensik juga menyimpulkan, selama 5 hari terakhir hidupnya, perempuan paruh baya itu tak diberi makan sama sekali.
Media setempat juga melaporkan, Chang lebih suka menghabiskan waktu main game di warung internet dan tega menelantarkan ibunya yang tak berdaya, meski mereka tinggal serumah.
Kasus penelantaran orang lanjut usia marak di Taiwan dalam beberapa tahun terakhir, membuat para pembuat UU mengajukan RUU bagi warga dewasa yang menelantarkan orangtuanya.
Orang tua di atas 65 tahun mencapai 10,7 persen populasi Taiwan, yang total berjumlah 23 juta. Di atas ambang batas 7,0 persen di mana masyarakat didefinisikan sebagai "menua" oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Sebelumnya, kasus anak durhaka juga ada di India. Menimpa bapak malang asal Bangalore, India, Anantaiah Shetty. Pria 93 tahun itu dirantai oleh putranya di teras rumah yang terletak di lantai tiga. Bapak 6 anak --4 putra dan 2 putri-- ini harus tinggal di bawah tangki air. Padahal di bawahnya, anak dan menantunya hidup di rumah mewah.
"Tolong selamatkan saya," kata Anantaiah Shetty lirih kepada polisi yang datang untuk mengevakuasinya. (Ein/Yus)