Dua bersaudara asal Pakistan dijebloskan ke penjara dalam kasus yang menggerkan seantero negeri. Mohammad Ali Farman dan Mohammad Arif Ali, nama mereka, dinyatakan bersalah karena mencuri mayat dari kuburan dan menggunakannya untuk membuat kari daging.
Karena mereka tidak membunuh seorang pun dan tak ada hukum yang terkait kanibalisme di Pakistan, pasangan kakak beradik itu hanya dibui 2 tahun dalam kasus pengrusakan kuburan, menyusul penangkapan mereka April 2011 lalu.
Juni kemarin mereka dibebaskan. Kebebasan mereka disambut marah penduduk kota gurun Darya Khan, Punjab, sekitar 200 kilometer dari ibukota Islamabad. Para pendemo yang mengamuk membakar ban-ban bekas di jalanan utama, memacetkan lalu lintas selama beberapa jam.
Polisi pun bertindak, menyembunyikan kakak beradik itu di tempat perlindungan, daripada jadi korban main hakim warga.
Seperti dimuat BBC, Sabtu (3/8/2013), setelah amarah warga reda, dua pelaku kembali ke kampung halamannya. Meski masih bersembunyi.
Si adik, Arif Ali ditemukan di sebuah pondok. Tubuhnya bergetar, keringat dingin mengalir, saat menyadari lokasi persembunyiannya didatangi orang. "Ini terjadi, Anda tahu, bahwa (orang terbunuh)," ia mencoba menjelaskan dengan nada goyah, "jadi (aku takut) aku bisa mendapat masalah."
Di ujung halaman yang lain, ada rumah berkamar dua. Arif Ali pernah tinggal di sebuah kamar di bersama istri dan bayi laki-laki. Sementara kamar sebelahnya selalu terkunci, ternyata di situlah horor terjadi 2 tahun lalu.
Mayat Hilang
Semuanya diawali meninggalnya seorang wanita 24 tahun, Saira Parveen, karena kanker tenggorokan. Sehari setelah dimakamkan, beberapa kerabat wanita yang mengunjugi kuburan terkejut bukan main. Makamnya rusak.
"Jasadnya hilang, kami menghubungi para tetua, dan memanggil polisi," kata Aijaz Hussain, saudara lelaki korban.
Penyelidikan polisi mengarah ke rumah Ali bersaudara. Anggota polisi, Inspektur Fakhar Bhatti yang memimpin penggerebekan di sana masih ingat apa yang dilihat pagi itu.
"Arif sedang tidur di kamarnya. Ayah dan salah satu saudara perempuannya ada di sana. Pelaku yang lain, Farman tidak ada di rumah. Kami menggeledah rumah dan meminta kunci kamar Farman yang tertutup," kata Inspektur Bhatti.
Saat membuka kamar itu, bau masakan kari dan anyirnya jasad manusia menguar. "Di tengah-tengah ruangan, aku melihat periuk yang setengah penuh kari daging. Di dekatnya ada papan kayu, kapak tukang daging dan pisau dapur besar," kata dia.
Polisi juga mencurigai koloni semut, yang iring-iringannya berakhir di bawah tempat tidur.
"Kami mengikuti iring-iringan semut itu. Ada beberapa karung pupuk di bawah tempat tidur. Kami menariknya keluar, dan di dalam karung goni itu kami menemukan potongan tubuh manusia," kata Inspektur Bhatti.
Dukun
Dari hasil interogasi kepolisian, dua bersaudara itu mengaku telah menggali dan melahap beberapa mayat lainnya dari komplek kuburan setempat.
Penyelidikan kepolisian setempat menyimpulkan, dua bersaudara ini mempraktekkan kanibalisme setelah bertemu seorang dukun lokal yang sebelumnya pernah ditangkap karena mencuri mayat dari kuburan.
Dukun itu mengharuskan dua bersaudara itu makan daging manusia jika ingin mendapatkan kesaktian, kata Inspektur Polisi Fakhar Bhatti, yang menangani kasus kanibalisme ini.
"Agar mantranya manjur, mereka harus menyantap daging manusia," kata Bhatti.
Sejumlah orang yang pernah berhubungan dengan Farman Ali kurang yakin dengan anggapan yang menyatakan bahwa dua bersaudara itu mengalami gangguan kejiwaan.
"Dia cerdas dan mampu sekolah sampai tingkat 10," kata Tanvir Khwawar, warga lokal yang mengaku pernah satu sekolah dengan mereka selama 10 tahun. "Tapi setelah kelas 10, dia berhenti sekolah, dan semakin terpencil. Kita jarang bersua setelah itu."
Dua bersaudara itu diketahui telah menikah dan punya anak. Namun mereka berpisah dengan istrinya masing-masing sebelum mereka ditangkap.
Para mantan istri mereka, seperti ditirukan Inspektur Bhatti, mengaku mengeluhkan perilaku suaminya yang tidak bekerja, dan kerap mengunci mereka berjam-jam di dalam rumah saat para suami pergi keluar.
Saudara perempuan yang dulu tinggal dengan mereka menderita gangguan jiwa dan ditemukan tenggelam di sebuah kanal beberapa hari setelah mereka ditangkap.
Pengacara mereka Rao Hussain mengatakan tugasnya adalah memastikan keduanya mendapat hukuman penjara ringan dan ia berhasil melakukannya.
"Mereka tidak gila, mereka hanya bodoh," kata Rao. (Ein)
Karena mereka tidak membunuh seorang pun dan tak ada hukum yang terkait kanibalisme di Pakistan, pasangan kakak beradik itu hanya dibui 2 tahun dalam kasus pengrusakan kuburan, menyusul penangkapan mereka April 2011 lalu.
Juni kemarin mereka dibebaskan. Kebebasan mereka disambut marah penduduk kota gurun Darya Khan, Punjab, sekitar 200 kilometer dari ibukota Islamabad. Para pendemo yang mengamuk membakar ban-ban bekas di jalanan utama, memacetkan lalu lintas selama beberapa jam.
Polisi pun bertindak, menyembunyikan kakak beradik itu di tempat perlindungan, daripada jadi korban main hakim warga.
Seperti dimuat BBC, Sabtu (3/8/2013), setelah amarah warga reda, dua pelaku kembali ke kampung halamannya. Meski masih bersembunyi.
Si adik, Arif Ali ditemukan di sebuah pondok. Tubuhnya bergetar, keringat dingin mengalir, saat menyadari lokasi persembunyiannya didatangi orang. "Ini terjadi, Anda tahu, bahwa (orang terbunuh)," ia mencoba menjelaskan dengan nada goyah, "jadi (aku takut) aku bisa mendapat masalah."
Di ujung halaman yang lain, ada rumah berkamar dua. Arif Ali pernah tinggal di sebuah kamar di bersama istri dan bayi laki-laki. Sementara kamar sebelahnya selalu terkunci, ternyata di situlah horor terjadi 2 tahun lalu.
Mayat Hilang
Semuanya diawali meninggalnya seorang wanita 24 tahun, Saira Parveen, karena kanker tenggorokan. Sehari setelah dimakamkan, beberapa kerabat wanita yang mengunjugi kuburan terkejut bukan main. Makamnya rusak.
"Jasadnya hilang, kami menghubungi para tetua, dan memanggil polisi," kata Aijaz Hussain, saudara lelaki korban.
Penyelidikan polisi mengarah ke rumah Ali bersaudara. Anggota polisi, Inspektur Fakhar Bhatti yang memimpin penggerebekan di sana masih ingat apa yang dilihat pagi itu.
"Arif sedang tidur di kamarnya. Ayah dan salah satu saudara perempuannya ada di sana. Pelaku yang lain, Farman tidak ada di rumah. Kami menggeledah rumah dan meminta kunci kamar Farman yang tertutup," kata Inspektur Bhatti.
Saat membuka kamar itu, bau masakan kari dan anyirnya jasad manusia menguar. "Di tengah-tengah ruangan, aku melihat periuk yang setengah penuh kari daging. Di dekatnya ada papan kayu, kapak tukang daging dan pisau dapur besar," kata dia.
Polisi juga mencurigai koloni semut, yang iring-iringannya berakhir di bawah tempat tidur.
"Kami mengikuti iring-iringan semut itu. Ada beberapa karung pupuk di bawah tempat tidur. Kami menariknya keluar, dan di dalam karung goni itu kami menemukan potongan tubuh manusia," kata Inspektur Bhatti.
Dukun
Dari hasil interogasi kepolisian, dua bersaudara itu mengaku telah menggali dan melahap beberapa mayat lainnya dari komplek kuburan setempat.
Penyelidikan kepolisian setempat menyimpulkan, dua bersaudara ini mempraktekkan kanibalisme setelah bertemu seorang dukun lokal yang sebelumnya pernah ditangkap karena mencuri mayat dari kuburan.
Dukun itu mengharuskan dua bersaudara itu makan daging manusia jika ingin mendapatkan kesaktian, kata Inspektur Polisi Fakhar Bhatti, yang menangani kasus kanibalisme ini.
"Agar mantranya manjur, mereka harus menyantap daging manusia," kata Bhatti.
Sejumlah orang yang pernah berhubungan dengan Farman Ali kurang yakin dengan anggapan yang menyatakan bahwa dua bersaudara itu mengalami gangguan kejiwaan.
"Dia cerdas dan mampu sekolah sampai tingkat 10," kata Tanvir Khwawar, warga lokal yang mengaku pernah satu sekolah dengan mereka selama 10 tahun. "Tapi setelah kelas 10, dia berhenti sekolah, dan semakin terpencil. Kita jarang bersua setelah itu."
Dua bersaudara itu diketahui telah menikah dan punya anak. Namun mereka berpisah dengan istrinya masing-masing sebelum mereka ditangkap.
Para mantan istri mereka, seperti ditirukan Inspektur Bhatti, mengaku mengeluhkan perilaku suaminya yang tidak bekerja, dan kerap mengunci mereka berjam-jam di dalam rumah saat para suami pergi keluar.
Saudara perempuan yang dulu tinggal dengan mereka menderita gangguan jiwa dan ditemukan tenggelam di sebuah kanal beberapa hari setelah mereka ditangkap.
Pengacara mereka Rao Hussain mengatakan tugasnya adalah memastikan keduanya mendapat hukuman penjara ringan dan ia berhasil melakukannya.
"Mereka tidak gila, mereka hanya bodoh," kata Rao. (Ein)