Salah satu perayaan khas untuk memperingati HUT Indonesia adalah panjat pinang. Tak hanya di Indonesia, di Valleta, Malta, Eropa bagian selatan punya tradisi yang hampir sama. Bedanya, ajang itu untuk memperingati perayaan keagamaan.
Seperti ditulis Daily Mail, 25 Agustus 2013, perayaan keagamaan St Julian berlangsung dari tanggal 24 Agustus 2013 lalu. Orang kudus itu dipercayai sebagai pelindung kota St Julian, bagian utara negara Malta.
Peringatan itu dirayakan meriah, kota dipenuhi dengan lampu-lampu cantik juga bendera. Perayaan itu termasuk prosesi arak-arak di sekitar kota yang membawa patung St Julian yang diiringi dengan musik dari Brass Band--harmoni instrumen alat musik tiup termasuk terompet, trombone, juga terompet Prancis.
Puncaknya, pada 25 Agustus 2013, diadakan kompetisi panjat tiang yang sangat digemari warga -- gostra.
Permainan itu telah ada sejak abad pertengahan. Gostra bisa dimainkan oleh siapapun di Malta, baik anak-anak, wanita, ataupun pemudanya.
Siapapun harus naik untuk mendapatkan hadiah yang sudah disiapkan di atas. Tentu saja tak mudah. Malta memakai lemak hewan sebagai pelumas yang menjadi tantangan tersendiri selain ketinggian. Yang harus diraih oleh Maltese adalah bendera yang sudah direkatkan di puncak tiang.
Bedanya dengan panjat pinang versi Indonesia, tiang grosta tidak didirikan, melainkan miring. Juga tak ada unsur kerja sama untuk mendapatkan hadiahnya.
Selain warga yang berpartisipasi dalam pemanjatan tiang itu, warga kota lainnya juga memadati area itu demi menyaksikan kelincahan peserta yang mengundang rasa penasaran. Sebab, tak ada yang pernah tahu apakah peserta berhasil atau gagal. Semuanya tak terduga, itulah bagian yang menarik.
Sejak bulan Mei hingga September 2013 nanti, akhir pekan di Malta selalu padat dengan perayaan keagamaan yang dihormati di gereja yang berbeda.
Biasanya perayaan keagamaan diselenggarakan oleh paroki setempat. Peringatan itu juga menjadi ikon pada musim panas di Malta. Acaranya mencakup pesta kembang api, pertunjukkan dari band, prosesi arak-arakan. (Ein/Mut)
Seperti ditulis Daily Mail, 25 Agustus 2013, perayaan keagamaan St Julian berlangsung dari tanggal 24 Agustus 2013 lalu. Orang kudus itu dipercayai sebagai pelindung kota St Julian, bagian utara negara Malta.
Peringatan itu dirayakan meriah, kota dipenuhi dengan lampu-lampu cantik juga bendera. Perayaan itu termasuk prosesi arak-arak di sekitar kota yang membawa patung St Julian yang diiringi dengan musik dari Brass Band--harmoni instrumen alat musik tiup termasuk terompet, trombone, juga terompet Prancis.
Puncaknya, pada 25 Agustus 2013, diadakan kompetisi panjat tiang yang sangat digemari warga -- gostra.
Permainan itu telah ada sejak abad pertengahan. Gostra bisa dimainkan oleh siapapun di Malta, baik anak-anak, wanita, ataupun pemudanya.
Siapapun harus naik untuk mendapatkan hadiah yang sudah disiapkan di atas. Tentu saja tak mudah. Malta memakai lemak hewan sebagai pelumas yang menjadi tantangan tersendiri selain ketinggian. Yang harus diraih oleh Maltese adalah bendera yang sudah direkatkan di puncak tiang.
Bedanya dengan panjat pinang versi Indonesia, tiang grosta tidak didirikan, melainkan miring. Juga tak ada unsur kerja sama untuk mendapatkan hadiahnya.
Selain warga yang berpartisipasi dalam pemanjatan tiang itu, warga kota lainnya juga memadati area itu demi menyaksikan kelincahan peserta yang mengundang rasa penasaran. Sebab, tak ada yang pernah tahu apakah peserta berhasil atau gagal. Semuanya tak terduga, itulah bagian yang menarik.
Sejak bulan Mei hingga September 2013 nanti, akhir pekan di Malta selalu padat dengan perayaan keagamaan yang dihormati di gereja yang berbeda.
Biasanya perayaan keagamaan diselenggarakan oleh paroki setempat. Peringatan itu juga menjadi ikon pada musim panas di Malta. Acaranya mencakup pesta kembang api, pertunjukkan dari band, prosesi arak-arakan. (Ein/Mut)