Rusuh bahkan maut, itu yang terjadi saat polisi Argentina mogok masal. Aparat di 19 dari 23 provinsi di Argentina tak mau kerja gara-gara menuntut kenaikan gaji.
Setidaknya 10 orang tewas dan ratusan lainnya terluka saat Negeri Tango dilanda chaos. Kerumunan massa mengambil alih jalanan, menjarah pertokoan, dan merampok rumah-rumah.
Pada Senin malam, 4 orang -- termasuk petugas polisi berusia 35 tahun -- terbunuh di Provinsi Chaco. Petugas itu tewas saat melindungi sebuah supermarket dari upaya penjarahan di ibukota provinsi, Resistencia. Dua korban nyawa juga melayang di Provinsi Jujuy, tepatnya di kota San Pedro dan Perico.
Seorang pria ditembak di provinsi Tucuman dan meninggal setelah operasi. Sementara seorang pemuda tewas akibat luka tembak pada Selasa malam.
Foto-foto dan video dari lokasi kejadian menunjukkan, para penjarah merusak jendela dan merampok berbagai produk -- termasuk peralatan dan barang-barang mewah seperti perhiasan.
Polisi federal, pasukan penjaga perbatasan, dan aparat lain yang diturunkan ke lokasi penjarahan. Namun mereka kalah banyak dari massa yang mempersenjatai diri.
Kekerasan awalnya pecah pekan lalu di Cordoba, 700 kilometer di utara ibukota Buenos Aires. Di tengah aksi mogok polisi yang menuntut kenaikan gaji untuk menyesuaikan dengan inflasi 25 persen per tahun.
Kekerasan demi kekerasan memaksa sejumlah pemerintah daerah memenuhi permintaan para polisi dengan menaikkan gaji mereka dua kali lipat sebesar 12.000 peso per bulan atau setara Rp 22 juta.
'Pengkhianatan'
Menteri utama Argentina, Jorge Capitanich, mendeskripsikan kerusuhan sebagai "pengkhianatan " yang bertujuan menyebarkan kekacauan di negaranya. Polisi pun ia kritik.
"Dalam beberapa hal, ini sama saja dengan kejahatan pengkhianatan," kata dia seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (11/12/2013).
Capitanich menambahkan, pemerintah pusat telah mengontak pemerintah provinsi dan menekankan bahwa perselisihan gaji harus diselesaikan lewat dialog. "Bukan dengan membuat gubernur sebagai tebusan." Tidak dengan mengorbankan keamanan dan keselamatan rakyat.
Sementara, Menteri Kehakiman, Julio Alak, mengatakan sanksi keras akan dijatuhkan pada para anggota kepolisian yang tak melaksanakan kewajibannya.
Kekerasan terjadi saat Argentina merayakan ulang tahun ke 30 pengembalian negara demokrasi, yang terjadi pada 10 Desember 1983. [Baca juga: Ratusan Kerangka Korban `Perang Kotor` Berserakan] (Ein/Yus)
Setidaknya 10 orang tewas dan ratusan lainnya terluka saat Negeri Tango dilanda chaos. Kerumunan massa mengambil alih jalanan, menjarah pertokoan, dan merampok rumah-rumah.
Pada Senin malam, 4 orang -- termasuk petugas polisi berusia 35 tahun -- terbunuh di Provinsi Chaco. Petugas itu tewas saat melindungi sebuah supermarket dari upaya penjarahan di ibukota provinsi, Resistencia. Dua korban nyawa juga melayang di Provinsi Jujuy, tepatnya di kota San Pedro dan Perico.
Seorang pria ditembak di provinsi Tucuman dan meninggal setelah operasi. Sementara seorang pemuda tewas akibat luka tembak pada Selasa malam.
Foto-foto dan video dari lokasi kejadian menunjukkan, para penjarah merusak jendela dan merampok berbagai produk -- termasuk peralatan dan barang-barang mewah seperti perhiasan.
Polisi federal, pasukan penjaga perbatasan, dan aparat lain yang diturunkan ke lokasi penjarahan. Namun mereka kalah banyak dari massa yang mempersenjatai diri.
Kekerasan awalnya pecah pekan lalu di Cordoba, 700 kilometer di utara ibukota Buenos Aires. Di tengah aksi mogok polisi yang menuntut kenaikan gaji untuk menyesuaikan dengan inflasi 25 persen per tahun.
Kekerasan demi kekerasan memaksa sejumlah pemerintah daerah memenuhi permintaan para polisi dengan menaikkan gaji mereka dua kali lipat sebesar 12.000 peso per bulan atau setara Rp 22 juta.
'Pengkhianatan'
Menteri utama Argentina, Jorge Capitanich, mendeskripsikan kerusuhan sebagai "pengkhianatan " yang bertujuan menyebarkan kekacauan di negaranya. Polisi pun ia kritik.
"Dalam beberapa hal, ini sama saja dengan kejahatan pengkhianatan," kata dia seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (11/12/2013).
Capitanich menambahkan, pemerintah pusat telah mengontak pemerintah provinsi dan menekankan bahwa perselisihan gaji harus diselesaikan lewat dialog. "Bukan dengan membuat gubernur sebagai tebusan." Tidak dengan mengorbankan keamanan dan keselamatan rakyat.
Sementara, Menteri Kehakiman, Julio Alak, mengatakan sanksi keras akan dijatuhkan pada para anggota kepolisian yang tak melaksanakan kewajibannya.
Kekerasan terjadi saat Argentina merayakan ulang tahun ke 30 pengembalian negara demokrasi, yang terjadi pada 10 Desember 1983. [Baca juga: Ratusan Kerangka Korban `Perang Kotor` Berserakan] (Ein/Yus)