Benarkah Karakter Mickey Mouse Bikin Anak Bodoh?

Karakter kartun seperti Mickey Mouse ternyata tak bagus untuk anak-ana karena dianggap mengganggu pemikiran anak-anak.

oleh Melly Febrida diperbarui 29 Mar 2014, 08:00 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2014, 08:00 WIB
Mickey Mouse Buruk Buat Anak
(Foto: Disney.com)

Liputan6.com, Toronto Orangtua umumnya beranggapan buku cerita anak-anak yang bergambar tokoh kartun tak berbahaya dan menyenangkan. Selain itu, buku tersebut bisa membantu anak-anak belajar. Tapi, psikolog beranggapan berbeda.

Menurut para peneliti dari Departement of Applied Psychology and Human Development, Toronto University, kartun seperti Mickey Mouse dan Winnie the Pooh mungkin buruk untuk pembelajaran anak-anak.

"Membaca buku yang menunjukkan hewan berbicara ataupun memakai pakaian menyebabkan anak-anak berpikir bahwa hewan seperti itu di dalam kehidupan nyata," kata Psikolog Profesor Patricia Ganea seperti dilansir MailOnline, Sabtu (29/3/2014).

Hal tersebut bisa memengaruhi kemampuan anak dalam mempelajari fakta nyata dan pengetahuannya tentang hewan.

Peneliti melakukan sejumlah tes pada anak-anak usia tiga dan lima tahun dengan membaca buku literatur tentang hewan yang sesuai fakta  dan memberikan buku yang menceritakan hewan berkarkter manusia yang dikenal sebagai antropomorfisme.

Kemudian, anak-anak ini diuji pengetahuannya tentang satwa liar. Hasilnya, anak-anak yang mendengar cerita tentang binatang berbicara lebih mungkin berpikir hewan sebenarnya bisa berbicara.

"Kami kaget menemukan anak-anak yang lebih tua saja di dalam penelitian kami sensitif terhadap penggambaran hewan antroposentris di dalam buku dan mengaitkan karakter manusia ke binatang setelah terpapar buku fiksi dibanding terpapar buku realitas," kata Profesor Ganea.

Profesor Ganea mengatakan, ia tak akan berhenti membaca buku-buku tersebut untuk anak-anak, tapi dia akan menambahkan buku tentang hewan yang nyata juga.

"(Kami) menyarankan orangtua dan guru untuk mempertimbangkan menggunakan berbagai buku yang memberikan informasi dan nonfiksi, dan menggunakan bahasa faktual ketika menggambarkan dunia biologis untuk anak-anak," tulis peneliti dalam jurnal Frontiers in Psychology.

Buku-buku yang menampilkan binatang berbicara ataupun seperti manusia dengan memakai pakaian mengarahkan pada pemahaman yang kurang realistis. Buku tersebut tak hanya menghambat pembelajaran tentang fakta di alam tapi juga mengganggu pemikiran abstrak pada anak-anak dan penalarannya tentang binatang.


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya