Liputan6.com, Jakarta Kasus pelecehan seksual di Jakarta International School (JIS) masih menjadi perhatian masyarakat. Pasalnya dugaan adanya predator seksual di sekolah kawasan Pondok Indah tersebut mencuat ke media sejak pemberitahuan dari FBI.
Dalam situs resmi milik mereka disebutkan predator seksual bernama William James Vahey yang pernah mengajar di sekolah tersebut selama 10 tahun.
Tidak sedikit yang terkejut mendengar pemberitaan kasus pelecehan seksual terhadap bocah A di sekolah yang pengamanannya begitu ketat. "Sekolah tersebut meiliki pengamanan yang bergitu ketat namun bisa kebobolan. Terlebih lagi ada kabar penjahat pedofilia yang tengah diburu FBI pernah mengajar di sana," kata Psikolog, Nunki Suwandi, Jumat (25/4/2014).
Nunki mengatakan pelaku kejahatan seksual pada anak merupakan pelaku kiriminal yang paling licik. "Mereka sangat lihai mengontrol gerak-gerik tubuhnya dan cara bicara agar nampak meyakinkan sehingga polahnya tak dicurigai orang sekitarnya. Mereka juga mahir membaca bahasa tubuh anak-anak yang menjadi target korbannya, ini yang menjadi alasan predator seksual sulit ditandai," kata Nunki.
Nundi berpesan masyarakat sebaiknya jangan mudah percaya dengan penampilan seseorang. "Jangan pernah menandai predator seksual berdasarkan penampilan fisik, seragam atau jabatan, kedekatan hubungan dan wajah tidak bersalah," kata Nunki.
Berikut ini pesan yang disampaikan Psikolog, Nunki agar masyarakat tidak mudah tertipu predator seksual anak:
1. Penampilan Fisik
"Mereka bisa saja terlihat menarik atau justru biasa-biasa saja," katanya.
2. Seragam atau Jabatan
"Jangan tertipu pakaian dan jabatan seseorang, sebab pelaku bisa saja seorang yang dihormati seperti pemuka masyarakat, guru, penegak hukum dan lainnya," ujar Nunki.
3. Kedekatan Hubungan
"Banyak kasus ditemukan bahwa pelaku bisa jadi orang yang anda percayai seperti tetangga, supir, pembantu di rumah, bahkan keluarga sendiri seperti keponakan, ipar dan lainnya," kata Nunki.
4. Wajah Tidak Bersalah
"Jangan tertipu mulut manis mereka. Kedermawanan dan kebaikan hatinya, perilaku yang lembut dan cara bicaranya yang santun. Seorang pedofilia dengan korban belasan anak pernah bercerita pada pemeriksanya kalau dia meyakinkan orang bahwa dirinya pribadi yang baik dan mereka akan mengarang cerita untuk membuat masyarakat percaya," kata Nunki.