Liputan6.com, Jakarta Parkour atau seni bergerak yang membantu manusia bergerak dengan cepat dan efisien mengunakan beberapa gerakan seperti berlari, memanjat, meloncat dan melewati segala bentuk rintangan ini sedang ramai dibincangkan di dalam dan luar negeri. Tapi yang menarik, ternyata parkour bukan hanya bisa dilakukan oleh anak-anak muda tapi juga para veteran di usia senja.
Seperti dikutip laman Mirror, Jumat (4/7/2014), seorang veteran tentara mencoba seni parkour ini didampingi para ahli. Sebut saja, Lara Thomson. Ia berlatih berputar di bangku-bangku, berayun menyeimbangkan tubuhnya.
Di usianya yang mencapai 79 tahun, Lara rajin mengikuti kelas mingguan untuk olahraga parkour yang dipercaya dapat mencegah arthritis.
"Dulu, saya pikir, pemerintah bercanda untuk memasukkan kami ke kelas parkour. Secara saya memiliki masalah keseimbangan. Tapi sekarang saya menjadi lebih percaya diri dan tubuh terasa ringan," ungkapnya.
Di sisi lain, terapis fisik dari University College London, Bruce Paton mengungkapkan, program parkour untuk lansia lebih lembut dan hanya bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas yang dapat membantu mereka melakukan kegiatan sehari-hari.
Tapi karena termasuk olahraga berbahaya, Paton sendiri sangat berhati-hati bila ada lansia yang mengalami masalah jantung serius dan sendi serta kelemahan otot.
Menanggapi hal tersebut, Ahli kesehatan dan kebugaran, David Terrace mengatakan, program untuk lansia ini sangat positif karena dapat membuat mereka lebih aktif.
"Tidak ada batasan usia untuk latihan, semua tergantung individu dan apakah mereka nyaman melakukannya," katanya.
Usut punya usut, dari seluruh peserta, ternyata ada peserta tertua yang mengikuti kelas parkour. Ia adalah mantan tentara dan petinju, George Jackson (85). Gara-gara ikutan parkour, katanya, ia dapat berjalan lurus setelah bertahun-tahun pergelangan kaki bengkak dan lututnya bengkak.
Advertisement