Yang Harus Diperhatikan Ketika Wanita Depresi Ingin Miliki Anak

Para tenaga medis diminta untuk mengatakan, antidepresan dapat meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, dan kelainan janin.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 17 Jul 2014, 12:00 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2014, 12:00 WIB
Yang Harus Diperhatikan Ketika Wanita Depresi Ingin Miliki Anak
Para tenaga medis diminta untuk mengatakan, antidepresan dapat meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, dan kelainan janin.

Liputan6.com, London Baru-baru ini pengawas kesehatan National Institute for Health and Care Excellence (NICE) di Inggris, meminta pada tenaga medis untuk memperingatkan para wanita yang menderita depresi serta mengalami kegelisahan, tapi ingin memiliki anak bahwa saat masa kehamilan atau setelah melahirkan dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam merawat sang buah hati.

Selain itu, para tenaga medis diminta untuk mengatakan, antidepresan dapat meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, dan kelainan janin. Tidak dianjurkan untuk mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak boleh memiliki anak karena kesehatan mentalnya.

Tampaknya, apa yang menjadi kampanye tersebut justru dinilai akan memberatkan para dokter, serta membuat wanita yang mengalami depresi tersebut sedikit terganggu. Selama ini, seperempat wanita menerima pengobatan untuk gangguan kesehatan mental selama hidupnya, dan paling umum mengalami depresi, kecemasan, dan gangguan makan.

Tapi, Direktur Centre for Clinical Practice di NICE, Profesor Mark Baker, mengatakan, tindakan ini dinilai sangat penting, karena wanita akan mampu membuat keputusan tentang pengobatan yang akan diterimanya, dan membantu mereka menimbang risiko dan manfaat yang akan didapat setelah mereka berhenti mengonsumsi obat antidepresan. Bahkan, wanita menjadi tahu terapi obat apa yang harus diterimanya.

"Diskusikan dengan semua wanita saat ini dan potensi mereka di masa depan yang akan melahirkan anak, tapi memiliki masalah kesehatan mental yang baru. Tidak hanya itu, mereka wajib diberitahu tentang penggunaan kontrasepsi dan rencana kehamilan mereka," kata Mark Beker seperti dikutip Daily Mail, Rabu (16/7/2014)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya