Liputan6.com, Jakarta Di Jepang, boneka seks ini dikenal dengan sebutan 'dutch wives' dan sekarang ini sedang ramai dibicarakan orang di sosial media.
Bentuknya boneka dengan wajah, postur, dan bahan yang dibuat semirip mungkin dengan perempuan cantik dan seksi. Mannequin atau manekin jelas kalah dengan boneka ini. Apalagi dengan versi terbaru di zaman ini.
Kalau manekin lebih kaku dan keras, boneka ini berkulit lembut bak pualam milik seorang putri. Bagian-bagian tangan, kaki, serta tangan pun bisa ditaruh sesuai dengan posisi yang diinginkan si empunya.
Advertisement
Nyaris sempurna, hanya tak berjiwa, boneka ini menjadi tren peneman tidur dan hidup para pria yang tidak ingin diikat oleh rumitnya perkawinan, perselingkuhan, juga pacaran.
Sejak Penjajahan Belanda
Istilah Dutch Wives muncul karena sebelum boneka ini muncul, peneman tidur para pria lajang adalah bantal guling.
Kisah sebenarnya bermula ketika para serdadu Belanda yang tinggal di Indonesia, sebagai negeri jajahan selalu berkeringat kala tidur. Tahun 1602, saat Belanda menguasai sebagian besar wilayah Indonesia, para serdadu itu menggunakan batang bambu agar badannya tetap dingin. Ditambah lagi, jauhnya istri membuat laskar-laskar kompeni itu butuh sesuatu yang harus dipeluk kala tidur. Bambulah sasarannya.
"Sebuah perjalanan mengelilingi dunia selama tahun 1835,36, dan 37" yang ditulis oleh ahli bedah bernama William Samuel W.Ruschenberger dan dipublikasi pada 1838 menggambarkan saat dia tinggal di Pulau Jawa, Indonesia.
"Kami berada di sebuah kamar yang nyaman dan enak. Kasurnya dilengkapi dengan pengganjal tambahan yang bisa dikepit mirip bantal yang kemudian disebut 'dutch wife."
Bantal-batal ini, oleh orang Jepang disebut "Dakimakura". Daki berarti memeluk dan makura artinya bantal. Lama-lama bantal ini populer dan digemari banyak orang terutama para pria, diproduksi dengan bentuk mirip seorang wanita.
Boneka bantal ini akhirnya diberi baju dan disebut Love dolls. Para penjelajah Spanyol dan Prancis juga memanfaatkan produk seperti ini saat berlayar ke tengah samudera dan berbulan-bulan meninggalkan rumah.
Jadi, kalau Anda berjalan-jalan melalui Jalan Rembrandtplein atau 'distrik lampu merah' di Amsterdam, Belanda Anda akan menemui balon-balon cantik berbentuk wanita, akan teringat sejumput kisah mengenai 'dutch wives' ini.