Membandingkan Virus Ebola dan MERS CoV

Selain pembicaaraan panjang kita tentang ebola, maka MERS CoV juga harus jadi perhatian penting

oleh Liputan6 diperbarui 19 Agu 2014, 16:30 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2014, 16:30 WIB
Ebola
Ilustrasi Virus Ebola (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Selain pembicaaraan panjang kita tentang ebola, maka MERS CoV juga harus jadi perhatian penting. Hari ini WHO kembali mengumumkan kasus baru MERS CoV di Arab Saudi.

Ada 5 alasan kenapa MERS CoV kini menjadi penting, juga dalam kaitannya dengan Ebola :

1. MERS CoV jelas sudah ada di Arab Saudi (jamaah kita sudah dan akan banyak di sana), dan juga sudah ada di Asia, Malaysia dan Filipina (dekat dengan kita). Sementara ebola baru ada di 4 negara Afrika

2. Angka kematian MERS CoV berkisar 30-40 persen angka yang tinggi. Walau potensi kematian 90 persen, tapi data kasus ebola kini menunjukkan angka kematian di bawah 60 persen, tidak jauh berbeda dengan MERS CoV.

3. Sekitar 1 bulan lagi jamaah haji Indonesia sudah akan berangkat. Sekarang saat tepat bagi para calon jamaaah memeriksakan diri karena kalau punya penyakit kronik maka risiko mendapat MERS CoV jauh lebih tinggi. Untuk Ebola tidak ada bentuk persiapan seperti ini.

4. MERS CoV menular melalui airborne, bisa lewat batuk dan lain-lain, sementara ebola baru menular kalau ada kontak langsung dengan cairan tubuh pasien.

5. Keluhan awal MERS CoV bisa relatif ringan sehingga pasiennya dapat naik pesawat terbang dan menularkan ke sesama penumpang atau membawa penyakitnya antara negara. Ebola jauh lebih berat gejala dan keluhannya, sehingga kemungkinan pasien Ebola naik pesawat jadi relatif amat kecil.

Situasi Global MERS CoV sampai pertengahan Agustus ini adalah sbb:

- Jumlah kasus pada Minggu 34 : 838 kasus, 293 kematian
- Angka kematian (Case Fatality Rate 34,96 %)
- Wilayah/area (negara) terjangkit: Jordania, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi
Arabia, Uni Emirat Arab, Mesir, Francis, Jerman, Itali, the United
Kingdom (UK), Amerika Serikat, Tunisia, Philipina, Malaysia, Libanon,
Nederland, Iran

Prof Tjandra Yoga Aditama SpP(K), DTM&H, MARS, DTCE
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya